Genia, Raina dan Harsha terduduk dalam satu ruangan yang di yakini sebagai ruang tamu keluarga Irawan. Bersamaan dengan kucingnya yang berubah posisi, Riana membuka mulutnya.
"Kak Genia, tatapan lo jangan gitu."
Genia mendengus kesal, tatapannya terhadap Harsha maupun Riana semakin mendingin. Adiknya tidak boleh mencetak sejarah menikah dengan seseorang yang masih terikat hubungan keluarga.
"Tatapan lo yang harusnya jangan gitu!" sentak Genia kepada Riana, membuat adiknya menunduk sedalam mungkin guna memalingkan wajah dari tatapan Genia.
"Elo," Genia menunjuk Harsha dengan penuh emosi, "Gue gak paham lagi kenapa lo bisa suka sama sepupu sendiri, Sha. Where did the girls go until you were desperate to go out with your own cousin?"
Harsha tidak mau membuat suasana semakin keruh, ia tetap mengunci mulutnya serapat mungkin walau tangan ingin menghantam tulang rahang Genia.
"Lo kalo ditanya, jawab! Punya mulut kok enggak dipakai."
Harsha menatap tajam mata Genia, lalu berkata, "Because feelings can't be held back, and can't be transferred to another heart, Kak. Gue berusaha untuk hilangin itu, tapi semakin gue coba semakin gue terjerumus sama perasaan ini," ucap Harsha dengan lantang.
Harsha yakin, jika ia menjawab dengan suara kecil, maka akan terjadi baku hantam yang bisa membuat semakin banyak yang tahu tentang kisah cinta terlarangnya.
Genia melempar gelas kaca dengan frustasi. Bagaimana mungkin ia tidak menyadari jika selama ini adiknya tersenyum menatap layar gawai, tertawa kecil ketika mendapat telepon, pulang dengan tangan yang membawa beberapa hadiah, serta banyak hal yang tidak bisa ia sadari jika itu berasal dari pemberian Riana.
"Kakak boleh tau kisah kita, tapi sebisa mungkin tutup mulut kalau ada perkumpulan keluarga."
Genia terdiam, pikirannya berkecamuk mencari jalan keluar untuk masalah ini. Adiknya sangat menciptakan masalah yang serius.
"Berapa lama?"
Harsha dan Riana terdiam, keduanya kebingungan akan pertanyaan Genia yang terkesan ambigu.
"Ana, gue tanya. Kalian udah berapa lama pacaran?"
Riana menggigit bibirnya. Jika ia jujur, bisakah kakaknya merestui mereka? Akankah kisah mereka akan seindah kisah cinta para remaja yang lain?
"Enam bulan, Dan ... besok itu hari gue sama Abang yang ke-tujuh bulan."
"Abang, lo bilang?" Genia mendengus kesal.
Sungguh, Genia merasa jantungnya tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya karena pengakuan Raina.
"Lo berdua gila. Hei, sadar! Kalian saudara, jangan begini, dong!" teriak Genia agar keduanya tersadarkan dari imajinasi liar mereka, namun tidak membuahkan hasil yang baik.
Harsha menatap mata lawan bicaranya kali ini dengan sangat tegas, "Kak, kalo gue sama dia saling suka, kenapa kita gak di izinkan pacaran? Gue tau konsekuensinya, maka dari itu gue ikutin perasaan gue."
Tidak, Harsha. Perasaanmu salah ...
Genia memajukan badannya, "Lo yakin nanyain itu ke gue, Sha? Na?"
Genia melayangkan tangan kanannya. Lagi-lagi, Genia menampar adiknya sendiri-Harsha, di depan adik sepupunya-Riana.
"Sinting lo berdua! Ada lo tanya begitu ke kakak sendiri yang notabene-nya gak mungkin dukung kalian?"
Genia berjingkok di depan Riana, "Lo pikir, seorang Genia Mikhaela Irawan yang lo bilang baik hati itu, bakalan kasih kalian izin buat pacaran, Na?"
Sepulang Riana dari kediaman keluarga Irawan, Genia terduduk lemas di depan meja riasnya. Terlihat kerut wajah Genia yang sangat frustasi menghadapi permasalahan ini.
Setidaknya Harsha masih beruntung. Karena kejadian ini tidak di saksikan langsung oleh orangtuanya, dikarenakan adanya business trip dengan beberapa kolega ke Malang.
"Ma, Pa, kakak kira Bandung bakalan jadi tempat yang aman untuk kita. Ternyata kakak salah, old history repeats itself. Lewat Harsha."
Genia tergeletak tak berdaya, tangan kanannya berusaha meraih bonekanya, tangisan Genia menggelegar seakan melepaskan semua beban yang dia tahan selama ini.
"Gue, tuh, sayang sama lo, Sha. Mangkannya gue ajak semuanya pindah ke Bandung biar gak keulang lagi. Tapi ... sialnya lo malah mengulang lagi!" Genia menjerit dalam tangisnya yang ia dekap dibalik boneka. Berharap tidak ada seorang pun yang mendengar teriakannya.
Namun Genia salah. Selama ini, diam-diam Harsha mendengar dibalik pintu kamar. Harsha menutup wajahnya frustasi namun bingung. Sebenarnya, apa yang terjadi? Kejadian apa yang terulang kembali?
We won't know until we find out why.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love
Fanfiction"Sekeras apapun kamu menaruh cinta padaku, sebanyak apapun dunia yang kuberikan untukmu, mereka tidak bisa membuat kita menyatu" - Harsha. - Ini adalah tentang kita; Kita yang tidak akan pernah bisa menjadi satu, walaupun hati terus berseru. ©jeonCo...