5 unread messages from Riana.
"Gue kira lo gak ada pacar." Panji, teman satu kelas Harsha tiba-tiba duduk di sebelah Harsha sambil meneguk es teh manis miliknya.
"Siapa yang pacaran. Ngaco, lo."
Panju mengetuk meja sebanyak tiga kali, menyerbu mata Harsha dengan tatapan dalam dan berakhir di tolak.
"Kan! Gue tau itu pacar lo, Sha! Jujur aja, siapa orangnya?" suara Panji terdengar nyaring hingga ujung kantin, hingga sebagian murid SMA Pelita Jaya memperhatikan mereka berdua.
Harsha merasakan kecanggungan yang begitu hebat, ia akhirnya menundukkan kepalanya sendiri lalu berpura-pura tuli dengan apapun yang berasal dari mulut seorang Arledion Panji Wicaksono itu.
"Gue cabut, ah!"
Harsha melangkahkan kakinya dari kantin sekolah, setelah itu ia melangkah menuju ruang kelasnya. Baginya tidak ada yang aman selain ruang kelasnya sendiri.
"Harsha, lo kayanya harus ikut gue."
Suara yang ia dengar terasa tidak asing, namun ia terlalu takut untuk menoleh ke belakang. Terpaksa ia langkahkan kakinya lebih cepat lagi, agar sosok itu menjauh darinya.
"Laksamana Harsha Abimanyu, gue tau lo denger suara gue!"
Dia berteriak nyaring. Teriakannya sukses membuat langkah Harsha terhenti mendadak lalu tidak bergeming sedikitpun. Harsha tertangkap basah.
Tangannya diraih oleh suara yang barusan ia dengar, badannya yang tinggi itu ditarik kasar menuju satu gudang yang tidak sembarang orang tahu tempat tersebut.
Bak korban bullying, tubuh Harsha di dorong hingga berbenturan dengan tembok, lalu wajahnya seketika menjadi tameng emosi. Tidak ada yang tahu kejadian tersebut, kecuali satu orang-
- yaitu Riana yang menangis dalam diam dari belakang gudang. Ia mendengar kakaknya meneriaki Harsha dengan beberapa umpatan, namanya disebut jelas, dan ia mendengar Harsha meringis kesakitan.
"Lo harusnya paham, Sha! Cousins can't be partners in a high school romance, apalagi kalau lo sampai jadi suami-istri! Tolong buka mata lo, Sha. Jihan itu saudara lo, bukan orang asing yang bisa lo pacari seenaknya," ucap Genia yang terdengar jelas oleh telinga Riana.
Tidak akan lagi ia biarkan. Ucapan kakaknya memang benar, namun kisah cinta antara mereka yang Jihan yakini tidak akan berakhir pada pernikahan tidak bisa berhenti karena ini.
"Kak, lo enggak ada hak buat ikut campur." Harsha menutup mata sambil menggertakan giginya
"Kenapa gak ada?" tanya Genia.
Selangkah demi selangkah Genia ambil untuk mencapai muka Harsha. Sisa selangkah lagi, Genia lebih memilih untuk melayangkan tangan kanannya ke wajah Harsha dibandingkan melangkahkan kaki kanannya.
"Kak Gen!" pekik Riana.
Genia menatap ke arah Riana, lalu tertawa licik. "Lo khawatir dengan pacar—eh, abang sepupu lo ini, kah?" tanya Genia.
Pintu gudang dengan penerangan yang minim itu sengaja di kunci, membiarkan Genia memaki Riana dan Harsha dengan perkataan yang tidak mungkin kita dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love
Fiksi Penggemar"Sekeras apapun kamu menaruh cinta padaku, sebanyak apapun dunia yang kuberikan untukmu, mereka tidak bisa membuat kita menyatu" - Harsha. - Ini adalah tentang kita; Kita yang tidak akan pernah bisa menjadi satu, walaupun hati terus berseru. ©jeonCo...