27.Belajar Membuka Diri

21.6K 1.4K 16
                                    


°°°🐳°°°

Sudah lima hari sejak pernikahan Rasi dan Sierra. Cowok itu jadi semakin manja dan posesif. Banyak perubahan drastis yang terjadi di hidup Sierra.

Mulai dari tidak boleh kemana-mana tanpa izin Rasi, sampai hal-hal kecil pun ia sama sekali tak diperbolehkan.
Sierra jadi curiga apa sifat Rasi yang sebenarnya itu memang seperti ini, manja dan cengeng. Padahal dari dulu sierra selalu mengira kalau Rasi ini orang yang arogan dan pemarah, tapi nyatanya tidak sama sekali.

Malahan Seratus delapan puluh derajat, berbeda dari yang diceritakan orang-orang tentang Rasi.
Benar kata Anya dulu. Kalau kita tidak boleh melihat orang hanya dari satu sisinya saja.

Sierra sedang duduk di ruang tv sambil menonton acara favoritnya, kartun kambing yang tak bisa bicara dan si anjing pintar yang selalu menjadi babu laki-laki berkaca mata.

"Sayang..." Teriakan Rasi mengalihkan perhatiannya dari toples berisi buskuit di pangkuannya.

"Gue di bawah!" Balasnya, tak kalah berteriak.

Sesaat kemudian terdengar langkah kaki seseorang yang tengah menuruni anak tangga. Rasi datang dengan keadaan Rambut yang basah, dan acak-acakan. Kelihatan kalau cowok itu habis mandi.

Rasi duduk di samping sierra, sambil mencium singkat pipi gadis itu berkali-kali.

Sierra hanya menatap jengkel Rasi. Cowok itu selalu saja merecokinya. "Ihh, Jangan cium-cium." Sierra mengusap jejak bibir Rasi pada pipinya.

"Ra..."

"Apa?"

"Minta anak boleh nggak?"

Sierra menutup toples makanannya. dengan kesal ia meletakkan biskuitnya di meja kaca depannya. "Lo kenapa sih, dari kemaren bahas anak mulu."

"Gue pengen punya baby Ra, biar bisa gue gendong gendong."

Sierra meletakkan boneka paus ke tangan Rasi. "Nih gendong aja bayi paus. Sama aja kan? Bisa lo gendong-gendong."

"Gue minta yang asli dari rahim lo."

Rahim pala lo peyang. Dipikir punya anak tinggal mencet tombol on kali.

"Gue belom siap."

Rasi menatap dalam mata sierra." Kapan Ra? Kapan lo siap? Jangan bikin gue tersiksa kaya gini. Nahan nafsu itu ga gampang."

Tawa singkat namun punya makna tersirat itu membuat sierra semakin merasa bersalah. "Gue minta maaf Rasi, tapi tolong jangan paksa gue sekarang, karna gue bener-bener belom siap buat itu."

"Apa yang bikin lo ngga siap?" Rasi menatap sendu sierra.

"Gue- cuma takut."

"Emang gue bikin lo takut ya ra? Maaf." Rasi tertawa hambar. Sudut matanya sudah terlihat berair karena menahan air mata.

Sierra menggenggam erat tangan Rasi.  "Pliss jangan gini Rasi, gu-gue nggak maksud kaya gitu. Jujur gue belom siap, gue janji bakal turutin permintaan lo, tapi nggak sekarang."

Rasi tersenyum miring."iya."

Sierra semakin merasa bersalah pada Rasi kalau begini jadinya. Melihat ketulusan di mata rasi, sierra jadi semakin kalut dengan pikirannya.

"Tunggu Setelah ujian selesai ya."

"Gue tunggu sampek lo siap Ra."

Sierra merentangkan tangannya, untuk memberikan pelukan hangat untuk Rasi. Dengan senang hati rasi menerima pelukan sierra. Ia memeluk sierra begitu erat.

A R A S I [TERBIT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang