Part 20

370 33 0
                                    

"Flo, Flo anda dimana?" Teriak Zen saat memasuki rumah yang bernuansa putih minimalis.

"Istrinya Zen, dimana anda?" Teriaknya lagi. Tak ada jawaban.

"Nih bocah kemana sih, dari tadi diteriakin kok nggak nyaut-nyaut sih. Suara gue udah kayak toa mesjid lagi"

Ia berjalan mencari Flo di area dapur namun ia tak menemukan siapapun disana. Kemudian ia pun ke kamarnya, tak ada orang juga. Di kamar mandi, kamar disebelahnya pun tak ada. Zen mengerang frustasi saat seseorang yang ia cari belum ia temui.

Suara gemercik air dari arah luar rumah terdengar begitu pelan diarea kamar atas. Zen pun membuka tirai yang berhadapan dengan taman belakang rumahnya. Dilihatnya seseorang wanita mengenakan jilbab hitam sedang asyik menyiram tanaman. Zen kemudian berjalan menghampiri orang tersebut dari arah belakang.

"Hap" ucap Zen mengagetkan.

"Lalu ditangkap" sambungnya.

"Astaghfirullah, Hey anda siapa main meluk-meluk segala?" Kaget Flo yang belum mengetahui bahwa Zen lah yang mengagetkannya.

"Ini gue Zen, suami Lo yang gantengnya pake kuadrat"

"Halahhh, siimi Li Ying gintingnya kiidrit" ledeknya.

"Emang bener kan gw ganteng?"

"Enggak"

"Boong dosa loh, apalagi sama suami sendiri"

"Dosaan mana suami yang boongin istrinya yang ternyata masih punya rasa sama wanita lain daripada ini?"skakmat.

"......"Tak ada balasan dari Zen. Ia kemudian melepaskan pelukannya dan mundur dari tempat sebelumnya.

"Gimana?"Tanya Flo.

"Emmm,, itu salah. Iya Lo salah paham Flo. Wanita siapa maksud Lo?"

"Masa kamu nggak tau,  masa lalu kamu yang 10 tahun lalu?"

"Darimana Lo tahu?"

"Nggak penting. Tapi nggakpapa sih kan itu bukan urusan penting yah. Toh kita bukan siapa-siapa. Cuman modal nikah tanpa rasa kan yah?"

"Kok Lo ngomong gitu?"

"Nggakpapa dong. Itukan hak aku"

"Tapi Lo salah. Lo harus dengerin penjelasan gw dulu" ucap Zen sambil menatap mata Flo begitu tajam. Ada raut kecemburuan dan kecewa yang tersirat Dimata Flo.

"Terserah kamu mau jelasin atau enggak. Itukan hak kamu. Kalau kamu mau balik juga sama dia nggak papa kok aku ikhlas"

"Jangan asal ngomong. Gw punya prinsip sebagai cowok untuk menikah sekali seumur hidup"

"Prinsip juga bisa berubah ketika hati berkata tidak"

"Terserah Lo, emang yah orang keras kepala kalau di kasi tau susah"

"Kita lihat aja nanti"

"Oke. Kita lihat nanti"

Zen kemudian meninggalkan Flo yang masih berdiri di taman belakang. Hatinya begitu kecewa dan sakit kala Flo mengucapkan hal itu. Ia tak pernah berpikir untuk meninggalkan Flo demi masa lalunya yang sudah hampir punah dalam hatinya.

*****

"Halo Zen, Lo dimana?" Tanya Reno.

"Gue di rumah, kenapa Ren?"

"Gini Zen Lo kenal sama Rangga? Dia ngajak kita main ke kafe biasa katanya ada hal yang ingin dia bicarain sama kita"

"Rangga yang teman kita dulu kan?"

"Yoii"

"Emang mau bicarain apasih tuh orang"

"Kagak tau gue. Mending kita ikutin dia aja"

"Oke, gue jemput Lo"

"Tau banget Lo kebutuhan gue"

"Dari dulu gue tau"

"Yaelahhh"

~Sambungan terputus~

Zen bersiap-siap menuju rumah Reno. Namun, ada hal aneh. Zen begitu khawatir dengan Flo. Dirinya merasa ada sesuatu yang menyelimutinya.

"Mau kemana?" Tanya Flo dari balik pintu yang terbuka.

"Mau keluar dulu sebentar"

"Lama juga nggakpapa"

"Bentar doang"

"Nginap juga nggakpapa"

"Lo kenapa sih? Dari tadi sensian Mulu sama gue"

"Enggak kok perasaan kamu aja"

"Pasti ada sesuatu yang Lo tutupi kan?"

"Enggak. Sana pergi"

"Cerita sama gue atau gue bakalan kunciin Lo"

"Terserah kamu. Kan aku memang bukan siapa-siapa daripada dia. Aku cuman orang asing yang datang dan menjadi penghalang diantara kalian. Andai aja waktu itu, kita nggak nikah pasti nggak kayak gini"

"Ngomong apasih Lo? Ngelantur banget"

"Susah emang ngomong sama patung yang nggak punya perasaan"

"Maksud Lo apaan? Nggak ngerti gue. Kasi tau gue"

"Oke kalau kamu mau tau aku bakalan kasi tau kamu sejelas-jelasnya. Aku mau minta maaf karena sudah menjadi penghalang mimpi-mimpi mu yang telah kau susun dengan baik. Aku tau, siapa yang sebenarnya ingin kamu nikahi. Dia buka aku. Aku sadar kok dan tenyata kamu masih punya perasaan ke wanita lain bukan? Dan beberapa hari lalu kamu sudah ketemu dengan orangnya. Pasti kamu kaget darimana aku tau itu. Kamu nggak usah tau karena itu sudah takdirnya harus aku tau. Aku memang salah telah mencintai seseorang yang sama sekali tidak ada harapan buat aku di hati kamu walaupun kamu itu suami aku."

Zen terperangah kaget mendengar penuturan Flo. Ternyata Flo mencintainya.

"Enggak gitu Flo, Lo salah paham disini. Oke gue akui kalau gue pernah punya rasa sama dia tapi itu dulu bukan sekarang karena sekarang ada nama lain yang sudah menempatinya. Dan soal pertemuan aku waktu itu hanyalah pertemuan tanpa sengaja dan dia datang ke kantor aku cuman mau memberikan aku undangan nikahnya"

Flo hanya bisa menunduk menagis. Ia benar-benar sudah dibutakan karena cemburu. Flo sudah mengakui perasaannya untuk Zen yang sudah tak bisa lagi ia simpan terlalu lama. Toh mereka juga sudah sah jadi tidak ada salahnya mengakuinya.

"Tapi tunggu dulu, lo benran cinta sama gue?"

"Enggak, itu tadi cuman boongan" sangkalnya.

"Ngaku aja kali nggak usah malu"

"Enggak" Flo kemudian berlari meninggalkan Zen karena ia benar-benar malu dengan ungkapan hatinya sendiri yang tanpa sengaja ia utarakan.

"Dasar bocah. Tapi kok gue senang dengar penuturannya. Berarti dia emang cinta sama gue dan cemburu" ucapnya diikuti senyum yang mengembang di wajah tampannya.

Ia kemudian tersadar bahwa dirinya telah mempunyai janji dengan Reno. Zen berjalan menuju mobilnya dan mengemudikannya menujubatah rumah Reno.

Flo dan Zen (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang