Hembus angin dingin mengiringi pergantian langit yang sebelumnya cerah menjadi jingga dan kini menggulita. Suhu mulai menyentuh dua derajat, sesekali rintik butiran salju menghambur di udara. Agaknya, tak mengurangi intensitas sebuah kelompok untuk melakukan penyerangan yang sudah di rencanakan secara matang.
Masing-masing anggota inti kompak berseragam hitam telah memasang in-ear dan berdiri secara melingkar pada meja. Tak terkecuali, V— omega manis dengan gurat gelisah yang cukup kentara pada wajah. Bagaimana tidak, sang meneer tetiba menginterupsi jika ia harus turut ada dalam misi kali ini.
Misi yang baru ia pahami setelah hampir tujuh puluh menit penjelasan yang di lakukan oleh sahabatnya, Hoseok.
Berbahaya? Sudah sangat Jelas.
Terlebih lagi, ia belum cukup ahli dalam memproteksi diri. Bagaimana jika hal buruk terjadi nanti? Seperti sebelum-sebelumnya?
Ah, tidak!
Ia terlalu lelah jika harus tenggelam dalam pesakitan mental maupun fisik.
Bukan, bukan bermaksud menilai rendah. Ia tahu kapasitas The Black Diamond. Ia terlebih tahu bagaimana kelompok yang di ketuai oleh Meneer-nya bukanlah kelas teri. Akan tetapi, sendirinya hanya berasumsi bahwa segala hal buruk bisa saja terjadi bukan? Meski perencanaan telah matang.
Maka dengan penuh kecemasan yang masih berusaha di sembunyikan, ia memasang telinganya baik-baik atas interuksi detil yang di jabarkan oleh Namjoon.
Manik secoklat eboninya menelisik satu per satu anggota sebelum terhenti pada sosok yang membuat dahinya mengernyit dalam.
Jungkook.
Alpha muda yang sebaya dengannya tampak memasang wajah tegang. V tahu, ini merupakan misi pertama bagi pemuda bergigi kelinci itu. Dan jelas, Jin lah yang memerintahkan secara langsung di hadapannya tadi pagi.
Segalanya tak bisa di nilai enteng bung jika kau berurusan dengan Jin.
V menarik nafasnya dalam-dalam sebelum di hembuskan perlahan. Jantungnya bertalu begitu kencang. Fikirnya mulai di penuhi asumsi buruk yang belum terbukti benar.
Jin, yang sebelumnya menaruh total atensi pada kalimat Namjoon kini beralih pada mimik sang omega. Feromon kelabu yang menguar dari tubuhnya cukup mengusik diri sehingga ia bertanya dalam bisik—
"What's wrong, Lieve?"
V menatap Jin yang kini melingkarkan lengannya erat pada pinggang. Ada satu decapan bibir basah setelah ia menjilatnya. Lalu tanpa ragu ia menjawab-
"I'm so nervous. And maybe, scared too. I don't know, Jin. You know this is the first time, and~ "
"You doubting me?"
Manik secoklat kayu eboni itu melebar segera. Ia tak menyangka jika sang alpha akan berkata demikian, namun sendirinya pun tak menampik.
"You'll fine. Don't worry too much. Hoseok and some bodyguards will protect you."
"I know" anggukan kepala mengiringi setelah dua kata itu terucap. Jemari lentiknya meremas milik sang meneer yang masih setia melingkari pinggangnya, lalu berakhir menepuknya lembut.
"I believe in you, Jin" imbuhnya walau rasa cemas yang menyeruak hanya kikis tak lebih dari separuh.
Sebenarnya, hal utama yang ia takutkan adalah Jin sendiri. Ia tak ingin sang meneer terluka, atau hal lebih buruk lainnya. Terlebih lagi, penyerangan terhadap kantor polisi bukanlah persoalan enteng.
Bagaimana jika pemerintah mengambil tindakan hukum?
Lalu barang bukti dan kekacauan yang mereka buat?
KAMU SEDANG MEMBACA
• K R A C H T • JINV • ABO
Fanfiction• When the mafia fights for the position and love • -6th book- TAGS : -Dark Fiction -ABO-VERSE (ALPHA, BETA, OMEGA) -MPREG (Male Pregnant) -Romance -Action + Gore -Happy/Sad Ending -Death Chara -Written in Indonesian, English and Dutch TRIGGER WAR...