4. Kantin

154 29 9
                                    

Happy reading <3

__________________


Pagi ini Galuna melangkah masuk ke kelas sambil menguapㅡdia sangat mengantuk akibat semalam begadang mengerjakan laporan akhir. Sebenarnya dia terlalu cepat mengerjakannya, namun ia tidak ingin menunda-nunda; kata Galuna pelan-pelan tapi pasti.

Langkah Galuna terhenti ketika melihat sosok asisten dosennya yang mana adalah Najwan yang sedang tersenyum menatapnya. Galuna membalas senyuman Najwan sambil menaruh tasnya di atas meja, kemudian duduk.

“Pagi Galuna....” sapa Najwan kemudian mendekati Galuna.

“Pagi, Kak,” jawab Galuna.

Najwan kemudian duduk di samping Galuna. Galuna yang dalam hati bertanya-tanya, kenapa Najwan duduk di sampingnya padahal mereka tidak sedekat itu untuk duduk berdampingan seperti ini. Galuna mencoba bersikap biasa.

"Kak Najwan, ngapain disini?" tanya Galuna.

"Gue program matkul ini, soalnya kemarin pas UAS gue sakit dan nggak bisa ujian susulan," jawab Najwan dan Galuna mengangguk paham.

"Oh, jadi kita bisa mengulang gitu ya, Kak?" tanya Galuna lagi.

Najwan mengangguk, "iya, bisa."

“Kak, kok penghuni kelas cuman kita berdua ya? Atau gue yang terlalu pagi datangnya?” tanya Galuna yang bingung karena sejak ia masuk tidak ada orang yang masuk dan sejak tadi hanya ada mereka berdua.
 
Najwan tertawa, “coba liat, sekarang udah jam berapa!” serunya.

Galuna mengangguk, kemudian melihat jam di ponselnya dan sekarang waktu menunjukan pukul setengah sembilan; yang berarti bahwa seharusnya sekarang mata kuliah sedang berlangsung, "udah stengah sembilan, Kak, gue telat ya?"

Najwan menggeleng, "enggak."

"Terus?"

"Dosennya lagi sakit katanya dan teman-teman lo semuanya lagi di kantin," jawab Najwan.

"Ya ampun, Kak, tau gitu gue langsung ke kantin juga tadi, laper banget, belom sarapan ini," ujar Galuna sambil bergegas.

"Biar gue ada temennya sih disini," celetuk Najwan sambil menahan senyum, melihat Galuna yang menggembungkan pipinya.

Gemes banget anak orang, batin Najwan.

"Maaf, Kak, gue laper banget ini, gue ke kantin dulu ya ... atau kaka mau ikut?"

Tidak sesuai dengan harapan Galuna, Najwan malah mengangguk, "boleh."

Galuna sekarang meruntuki kebodohannya karena mengajak Najwan ke kantin bersamanya, sekarang semua mata tertuju kepada mereka. Namun, dia juga tidak enak jika meninggalkan Najwan sendirian di dalam kelas, tanpa mengajaknya.

"Malu banget, Kak, diliatin orang-orang...." ujar Galuna sambil menunduk.

"Ngapain malu? Emang ada yang salah?"

"Enggak gitu, Kak, cuman gue nggak nyaman aja jadi pusat perhatian...."

Najwan tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, "berarti lo cantik, Dek, makanya jadi pusat perhatian," timpalnya yang sukses membuat pipi Galuna memerah.

"Aduh, Kak, jangan gitu ... gue tambah malu ini," ujar Galuna sambil menepuk-nepuk kedua pipinya yang terasa panas.

Najwan tertawa sambil menghambur rambut Galuna dan detik selanjutnya Galuna rasanya ingin menghilang saat itu juga. Selain Galuna tambah merasa malu, beberapa wajah mahasiswi yang mereka lewati langsung berubah; seperti ingin menerkam Galuna saat itu juga.

"Kak, jangan gitu, Kak, gue belom mau pulang botak abis dijambakin cewek-cewek yang ngeri banget natap gue udah kaya mau makan orang," ujar Galuna kemudian melajukan langkahnya meninggalkan Najwan di belakang.

Najwan tersenyum menatap punggung Galuna, "Lun, tungguin gue!" panggilnya sambil berlari mengejar Galuna.

Akhirnya mereka sampai di kantin dan Galuna bernafas legah, karena tiba-tiba Najwan bertemu dengan temannya di kantin dan mereka akhirnya berpisah. Galuna rasanya sedang uji nyali ketika jalan berdua bersama Najwan. Sepertinya ini pertama dan terakhir kalinya dia akan jalan berdua bersama asdosnya itu.

"Ada angin apa sampe lo jalan berdua sama Kak Najwan?" tanya Silvia dengan tatapan jahilnya.

"Enggak ada apa-apa, lo diem deh!" jawab Galuna kemudia  menyendok makanan ke dalam mulutnya.

"Gue pikir ada hilal lo nggak jomblo lagi," timpal Yasmin disusul gelagak tawan teman-temannya.

"Terserah kalian ya mau ngomong apa, gue lagi laper nih," ujar santai Galuna kemudian melanjutkan makannya, tanpa mempedulikan omongan teman-temannya.

Setelah selesai makan Galuna dan teman-temannya membeli kopi yang biasa mereka beli melalui aplikasi ojek online, tidak butuh waktu yang lama kopi mereka tiba. Galuna selain memesan kopi ia juga memesan toast; meski tubuh Galuna terlihat kecil namun makannya sangat banyak.

"Buset, nasi sepiring lo belum kenyang?" tanya Bumi yang terheran-heran.

"Lo nggak usah sok kaget gitu ya! Lo juga mesen toast malah mesennya tiga...." jawab sinis Galuna.

"Badan kerempeng makan banyak, cacingan ya, mbaknya?!" sindir Silvia.

"Ngaca, mbak!" celetuk Galuna.

"Tapi diantara kita kurusan Anya nggak sih?" celetuk Yasmin tiba-tiba.

"Gue dari tadi diam loh, Min! Lo belom pernah di tampar sama polisi india kan?" sahut Anya.

Yasmin dengan polos menggeleng.

"Inspektur Hesa, tampar!" pekik Anya yang memancing gelagak tawa teman-temannya dan pada saat itu juga semua mata tertuju kepada meja mereka.

"Anjir, ntar kita disangka attention seekers lagi," kata Hesa yang pura-pura malu sambil menutup wajahnya dengan rambut Yasmin yang berada tepat di sampingnya.

"Galuna, gue deluan ya...." pamit Najwan tiba-tiba.

"Hah? I-iya, Kak," jawab Galuna yang terkejut.

"Pamitnya cuman sama Galuna aja nih, Kak?" celetuk Anya dengan tatapan jahilnya.

"Eh soryy-sorry," jawab Najwan, "Anya, Silvia, Yasmin, Bumi, Hesa ... gue deluan ya...." sambungnya kemudian lanjut melangkah menyusul teman-temannya.

Setelah Najwan pergi, teman-teman Galuna langsung menggoda Galuna sampai pipinya memerah. Jujur saja selain malu, Galuna takut; takut berharap terlalu besar, takut jatuh cinta terlalu cepat dan takut diamuk sama mahasiswi yang suka sama Najwan.

______________________________

So far alurnya gimana, guys?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ASISTEN DOSEN, whitoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang