03. Praktikum

159 22 5
                                    

____________________________

Matahari sangat terik menyelimuti siang itu.
Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing sampai ketua koordinator asisten dosen menyuruh mereka untuk secepatnya berbaris dan menyeror tiket masuk ke dalam laboratorium praktikum.

Mereka membentuk dua barisan dan disela-sela mengantri salah satu circle yang sejak ormik selalu bersama itu berbisik-bisik, "ada teh nih, guys."

"Jangan berisik, Nya!" tegur Bumi dengan suara pelan.

"Lo juga berisik, Bumi!" tegur Galuna, "mending berdoa prakrikum hari ini mulus, semulus pantat bayi!" sambungnya.

Baru saja Silvia ingin berbicara, namun Hesa deluan membekap mulut gadis itu. "Mending lo gausah nyaut deh, Sil, suara lo cempreng banget sumpah, kalo lagi bisik-bisik bunyinya nyaring," ujar Hesa.

Mendengar perkataan Hesa mereka semua menahan tawa dan Silvia menahan emosinya, coba saja sekarang tidak sedang praktikum, mungkin perut Hesa sudah biru-biru ia cubit.

"Teh apa nih, penasaran gue?" tanya Yasmin.

Belum sempat Anya menjawab kini giliran Galuna yang menyetor tiketnya kemudian masuk ke dalam laboratorium dan disusul oleh Yasmin yang berada di sampingnya diikuti oleh Anya, Silvia, Bumi dan Hesa.

Setelah semua masuk ke dalam laboratorium, semua peserta praktikum sudah berada di meja kelompok mereka masing-masing dan Anya mulai berbisik-bisik mengenai teh yang dia maksud tadi, "guys, katanya semua asdos jadi ngeri-ngeri kalo di dalam lab," ujarnya.

"Udah, gue beneran pasrah ini, serius," gumam Yasmin yang sejak tadi panik.

"Tapi, kemarin Kak Najwan baik banget ke kita," timpal Galuna yang tiba-tiba mengingat Najwan yang baik kepada mereka.

"Sekarang kita mulai dengan berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa dimulai!" ujar koordinator asdos dan mereka pun serentak berdoa.

Setelah ada aba-aba bahwa sesi berdoa selesai Galuna yang duduk paling depan tepat ditengah-tengah meja mendongkak seketika berkontak mata dengan asisten dosen kelompoknya ituㅡ Najwan. Galuna bingung mau bereaksi seperti apa, karena wajah Najwan sedikit datar. Galuna pun memasang wajah tanpa ekspresi kemudian mengalihkan tatapannya ke koordinator asdos yang berdiri di tengah ruangan.

Posisi Yasmin dan Anya yang berada tepat di sisi kanan dan kiri Galuna dengan kompak menyenggol kaki Galuna, Galuna menoleh dan menatap kiri dan kanannya dengan ekspresi wajah 'kenapa?', namun sayang sekali saat itu juga ketua kelompok diarahkan untuk maju dan mengambil objek untuk mereka bedahㅡ katak hidup, pada saat itu juga Galuna selaku ketua kelompok rasanya ingin menangis.

Galuna dengan perasaan takut mencoba untuk menangkap katak sambil menahan air matanya, para asdos perempuan terus sinis menatapnya sambil mengintimidasinya 'jangan manja' 'jangan jijik' 'ini belum seberapa' dan masih banyak lagi; membuat Galuna takut untuk menyerah, tapi dia juga takut untuk meneruskannya.

"Ganti! Yang cowok tukeran sini!" ucap Najwan tiba-tiba.

"Nggak bisa gitu dong, Jwan!" protes salah satu asisten dosen perempuan.

"Iya, peraturannya kan harus ketua kelompok yang mengambil objek!" sambung salah satu asisten dosen perempuan yang lainnya.

"Tapi, kalian liat! Dia udah keringetan, tremor terus pucet kaya gini, mau kalian paksa? Kalo anak orang sampe pingsan gimana? Lagian disini yang ketua kelompoknya cewek kelompok dia doang yang lain cowok," sanggah Najwan dengan tegas.

Pada saat itu juga teman sekelompok Galuna bernafas legah karena mereka mendapatkan asisten dosen yang sedap di dalam mau pun di luar laboratorium. Sedangkan Galuna masih terus menunduk menatap lantai, ia malu dan takut. 

Semua orang yang berada di dalam laboratorium pun mengambil pemungutan suara, tidak memakan waktu yang lama akhirnya pemungutan suara terkumpul.

"Oke, karna konteksnya disini hanya kelompok delapan yang mempunyai ketua kelompok cewek dan pada pemungutan suara banyak yang menyetujui untuk meringankan kelompok ini, maka kelompok ini kita ringankan dengan; jika mengambil objek harus perwakilan salah satu cowok di dalam kelompok mereka," ujar koordinator asdos sambil mengetuk mejanya tiga kaliㅡ pertanda bahwa keputusan telah sah.

Galuna kembali duduk di tempatnya dan Hesa menggantikan posisi Galuna untuk mengambil objek. Galuna terus menunduk dan tiba-tiba Najwan memberikannya air minum, namun Galuna menolaknya. "Tapi kak, kan nggak boleh minum dalam lab...."

"Minum aja, gue yang tanggung jawab!" seru Najwan kemudian melangkah menghampiri koordinator asdos dan membisikan sesuatu.

Meanwhile, Anya dan Yasmin berbisik-bisik. "Galuna, lo harus tau tadi waktu gue nyenggol kaki lo ngasih kode itu, Kak Najwan lagi senyum natap lo tapi lo malah datar terus malah buang muka gitu," bisik Yasmin dan Anya mengangguk setuju dengan ucapan Yasmin barusan.

Setelah selesai membedah akhirnya sekarang waktu mereka untuk mengisi laporan praktikum hari ini. Pada bagian laporan ini mereka harus menggambar bagian-bagian organ tubuh katak dan sebagainya. Galuna yang dari dulu tidak pandai menggambar pun terlihat frustasi. "Bumi, bantu gambarin dong!" pintahnya kepada Bumi.

"Gambar-gambar aja semampu lo, Lun, kalo lo nungguin gue keburu habis waktunya," tolak Bumi yang sedang sibuk menggambar.

Galuna mengelah nafas dan membuangnya, ia memandang teman-teman kelompoknya satu-persatu. Najwan yang melihat melihat Galuna hanya menatap teman-temannya satu-persatu langsung menegurnya. "Ketua kelompok..."

Galuna menoleh tanpa ekspresi.

"Kenapa diam? Laporannya udah selesai?" tanya Najwan sambil mendekati Galuna.

Galuna tersenyum kecut, "anu kak, gue nggak bisa gambar."

Najwan tersenyum, "gambar-gambar aja semampu lo, nggak perlu bagus-bagus amat."

Galuna mengangguk kemudian berusaha menggambarnya sebisa mungkin. Setelah selesai menggambar Najwan yang kebetulan lewat di depannya menghentikan langkahnya, kemudian ia melihat laporan Galuna yang sudah selesai.

Najwan mencoba menahan tawanya dan Galuna yang menyadari itu langsung cepat-cepat menutup buku laporannya. "Ih, Kak Najwan! Jangan diliat!" pekiknya kemudian memeluk buku laporan praktikumnya itu.

"Gemes banget nih anak...." ucap Najwan dalam hati.

_____________________________TBC

ASISTEN DOSEN, whitoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang