first meet and first story of they (3)

115 41 0
                                    

— "I'm tired, please let me rest."

Chan berjalan gontai menuju rumahnya. Hari ini pukul satu dini hari dan Chan baru saja tiba di rumah. Dia sangat lelah karena baru saja pulang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Chan adalah tulang punggung keluarga. Dia tinggal bersama ibu dan kedua adiknya, ayahnya entah pergi ke mana—dia menghilang tanpa ada kabar sejak 4 tahun silam. Membuat Chan harus bekerja di beberapa tempat di usianya yang terbilang masih muda.

Chan melepas sepatunya. Dia menghela napas sebelum masuk ke dalam kamarnya.

"Harusnya ayah sama ibu bikin rumah yang kecil aja. Rumah seluas ini kalo sepi juga percuma, bener kata tetangga, luarnya aja yang keliatan mewah, aslinya orang miskin." Monolognya dengan suara lirih.

Tanpa berlama-lama berdiri di ruang tamu, dia langsung berjalan ke kamarnya dan menutup pintu dengan pelan. Chan melempar tas sekolahnya, dia langsung duduk di lantai dan menyender pada ranjang.

Chan akui, dia lelah melakukan semuanya. Ibunya menjadi orang yang sangat agresif dan terbilang gila. Lalu adik perempuannya yang sangat hedon dan juga gengsi, membuat Chan harus menuruti permintaannya.

Chan juga memiliki adik laki-laki yang nakal dan susah sekali untuk di atur. Adiknya yang satu itu selalu melakukan tindakan yang diluar batas dari umurnya.

Chan akui jika dia punya keluarga yang kurang beruntung. Mereka semua gila dan membuat Chan semakin frustasi di buatnya.

Chan menyesal.

"Bunuh mereka saja."

"Tikam saja mereka dengan pisau."

"Lakukan keinginan terpendammu itu, maka kamu akan terbebas dari semua hal."

"Bunuh mereka, Chan!"

Bisikan suara-suara itu kembali terdengar memekakkan rungunya. Chan menutup kedua telinganya dengan telapak tangan. Berharap jika suara-suara itu menghilang.

Tapi sayangnya suara-suara itu tidak menghilang dan semakin menjadi-jadi. Chan lelah mendengarnya.

Akhirnya, Chan menjauhkan kedua telapak tangannya dari telinga. Dia beranjak bangun dan keluar dari kamar.

Chan langsung pergi ke dapur rumahnya dan mengambil sebilah pisau. Lalu dia menggerakan tungkainya menuju kamar ibunya.

Di sana, dia melihat ibunya sedang tertidur pulas. Chan menatapnya dengan tajam, dia bahkan sampai menggertakan giginya dengan kuat.

Tanpa berpikir panjang, Chan menusukkan pisau yang dia pegang tepat di perut ibunya. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali sampai Chan pastikan jika ibunya sudah mati.

"Tinggal dua lagi dan hidupku akan tenang."

Chan berjalan ke arah kamar adik laki-lakinya. Dia membuka pintu kamar. Hal yang pertama dia lihat adalah sang adik yang belum tidur dan sedang merokok dengan beberapa botol alkohol yang berserakan di sana.

Sang adik terkejut dengan kedatangan kakaknya yang sangat mendadak, dia bahkan sampai melempar puntung rokoknya yang masih menyala secara sembarangan.

"E-eh... Lo mau ngapain, Kak?" tanya sang adik dengan panik ketika melihat pisau yang kotor dengan noda merah.

Tanpa menjawab, Chan langsung menghampirinya dan menghunuskan pisau itu pada leher sang adik.

Dengan cara yang sama, dia menusukkan pisau itu berkali-kali dengan hasrat yang sudah menyelimutinya.

Tanpa Chan ketahui, sebenarnya sang adik perempuan yang tidak sengaja lewat, melihat itu semua. Dan dia yang panik pergi ke kamarnya tak lupa mengunci pintu, alih-alih dia kabur keluar rumah.

still aliveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang