first meet and first story of they (2)

105 40 0
                                    

— "Being a perfect person is not my dream."

Seungmin tidak menyukai kata sempurna. Berbanding terbalik dengan ibunya yang sangat terobsesi dengan kata 'sempurna', beliau selalu menuntut anaknya harus sempurna melebihi siapapun.

Seungmin membenci semua hal yang ibunya lakukan, dia merasa terpenjara. Semua kegiatan dan pergaulannya di atur oleh ibunya, Seungmin tidak bisa sembarangan bertindak, ibunya pasti akan menghukumnya.

Seungmin juga membenci jamuan makan malam yang diadakan ibunya dan teman-teman ibunya.

Seungmin ingin kabur agar tidak bisa ikut jamuan itu, karena pasti mereka akan memamerkan prestasi anak-anaknya, dan jika sang ibu mendengar satu hal yang anak teman-temannya bisa, pasti beliau juga akan memaksa Seungmin untuk melakukannya.

Seperti saat ini.

"Ibu Kim, prestasi non-akademik anakmu semakin meningkat ya. Wah saya menjadi iri karena anak saya baru bisa mendapat prestasi akademik." Ujar salah satu teman ibu Seungmin.

Nyonya Kim hanya tersenyum, lalu dia memegang gelas—hanya memegangnya. Tapi Seungmin bisa melihat jika ibunya tengah meremat gelas itu.

Sepertinya Seungmin dalam bahaya.

Bisa dibilang prestasi akademik Seungmin agak terganggu. Tatapan Seungmin beralih pada anak-anak seumurannya yang kini tengah menatapnya juga. Seungmin membenci salah satu anak di sana, yang menjadi saingannya.

"Saya dengar Renjun akan mengikuti olimpiade fisika, benarkah begitu?"

Satu nama itu adalah orang yang Seungmin benci. Renjun, manusia yang wajahnya terlihat lugu dan ambisius, ternyata seseorang yang licik.

"Benar sekali, doa'kan anakku agar menjadi juara ya!" balas Nyonya Huang. Semua yang berada di sana langsung bersorak senang, kecuali ibu Seungmin.

Nyonya Huang yang menyadari hal itu hanya tersenyum licik. "Saya dengar kelas unggulan akan diresmikan minggu depan di sekolah, wah anakku harus masuk ke sana! Bagaimana denganmu, Seungmin?"

Seungmin sebenarnya malas berbincang tentang kelas unggulan, satu minggu penuh sang ibu selalu membicarakannya dan menyuruh Seungmin untuk masuk kelas itu—tapi dia malas, pasti di dalam sana dia juga harus bersaing dengan anak-anak lain.

Baru saja Seungmin akan menjawab, ibunya terlebih dahulu menyela.

"Tentu saja, anakku akan mendaftar ke sana!" balas Nyonya Kim ketus.

Nyonya Huang yang tidak ingin kalah pun kembali bertanya. "Berapa peringkatmu Seungmin?"

Untuk yang satu ini, Seungmin ragu untuk menjawabnya. Ibunya selalu mengatakan untuk tidak memberitahu peringkatnya pada teman-teman ibunya itu. Tapi Seungmin tidak peduli, dia merasa bangga dengan peringkatnya—berapapun itu.

"Tujuh." Balasnya.

Setelah menjawab itu, Seungmin menoleh pada ibunya. Dia bisa melihat ibunya yang sedang menahan amarah dengan mata yang melotot padanya.

"Enam peringkat di bawah Renjun ya. Aku dengar-dengar juga jika masuk kelas unggulan harus peringkat tiga besar? Apakah kau yakin untuk masuk, Seungmin?"

Oke, untuk yang kali ini, Seungmin ikut tersulut emosi. Dia bangkit dari duduknya dan menatap nyonya Huang dengan tajam.

"Dengar! Masuk kelas unggulan bukan berdasarkan peringkat, peringkat berapapun bisa masuk asalkan mereka mempunyai otak cerdas! Mereka akan melewati bermacam ujian untuk masuk kelas unggulan, dan masuk ke sana tidak segampang anda memalsukan peringkat anak anda! Bagaimana jika anak anda itu tidak lolos?! Anda yang akan menanggung malunya, nyonya Huang."

still aliveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang