— "Biarkan rahasia itu tersimpan selamanya."
"Changbin!" panggil seseorang kepada pemuda yang sedang berkutat dengan bukunya.
Untung saja perpustakaan sedang sepi, kalau tidak, pasti suara yang menggelegar satu ruangan itu akan menganggu orang-orang yang berada di sana.
Changbin menoleh, ia mendapati Jeongin yang sedang melambai ke arahnya.
Jeongin menghampiri Changbin dan dia duduk di sebelah pemuda itu.
"Lo lagi ngapain?" tanya Jeongin basa-basi.
"Lo ga liat gue lagi ngapain? Mau apaan datengin gue? Gue tau lo ada maksud terselubung, gak usah basa basi." Cibir Changbin.
Dalam satu bulan ini, mereka jadi akrab sekali. Entahlah, Jeongin merasa hanya Changbin yang bisa ia percayai, dan ia juga berpikir jika sebelum kecelakaan terjadi—mereka adalah sepasang sahabat sejati.
Jeongin terkekeh kecil, "gue mau bahas tentang sekolah ini dan temen-temen kita. Lo ngerasa aneh gak sih?"
"Jeo, lo udah ngomongin ini keberapa ratus juta kali. Stop deh anjir, emang sih gue juga ngerasa aneh, tapi mungkin kita yang amnesia ini masih belum terbiasa sama lingkungan sekitar. Otak kita itu perlu waktu buat adaptasi." Ucap Changbin.
Jeongin menggeleng kuat, "harusnya lo sadar anjir! Kalo kita amnesia, masa kita gak di kasih pengobatan atau terapi? Masa kita tetep lanjutin sekolah tanpa pulang ke rumah? Harusnya kita dikunjungin keluarga atau kerabat kan kalo kita kecelakaan?"
"Terus kalo kita emang kecelakaan brutal sampe satu kelas mati, tapi kita kita doang yang masih hidup. Masa dalam waktu satu minggu udah sehat bugar tanpa bekas luka sedikit pun?" Imbuh Jeongin.
Pernyataan yang Jeongin lontarkan memang ada benarnya, tapi Changbin tidak mau ambil pusing. Ia kembali fokus pada bukunya, dan tidak menghiraukan suara Jeongin yang terus mencerocos.
"Ah gak asik lo, Bin!"
"Kalo lo trust issue sama kejadian yang sebenernya, kenapa lo gak tanyain ke orang yang ada di sini? Yang gak ngalamin kecelakaan? Ke Haknyeon, Seonghwa? Atau ke yang lain, gue yakin lo pinter ngomong." Ujar Changbin yang masih fokus pada bukunya.
Saran dari Changbin ada benarnya, selama ini Jeongin hanya cocoklogi dan bertanya kepada korban korban yang mengalami kecelakaan bersamanya.
Jeongin beranjak dari duduknya, dan memilih untuk pergi dari sana.
Di tengah perjalanan, ia tidak sengaja menabrak seseorang dengan bahunya. Dan seseorang itu sampai terjatuh akibat ulahnya, bukan hanya itu, kertas-kertas yang dia pegang sampai berhamburan di lantai.
Jeongin cukup terkejut ketika orang yang tidak sengaja ia tabrak adalah Felix.
Dengan cepat Jeongin mengulurkan tangannya, bermaksud membantu Felix berdiri. Namun, Felix malah mengabaikannya dan memilih untuk berdiri sendiri.
Felix memungut kertas yang berhamburan di sana. Jeongin dengan berniat hati membantunya, namun baru saja ia akan mengambil satu kertas, Felix menepis tangannya cukup kasar.
Setelahnya, Felix pergi terburu-buru meninggalkan Jeongin. Felix seperti sedang di kejar oleh pembunuh, karena presensinya sudah tidak terlihat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
still alive
Fanfiction✸﹐𝐬𝐭𝐫𝐚𝐲 𝐤𝐢𝐝𝐬﹒ ❝jiwa dan raga yang sama dengan nasib yang berbeda.❞