1

101 16 0
                                    


Hari ini, hari yang sangat menyebalkan bagi Jennie. Dia baru saja di pecat karna menampar pelanggan yang melecehkan nya. Jennie tak habis pikir, mengapa ia yang harus di hakimi, mengapa bukan pelaku nya?

Jennie pulang dengan langkah gontai menuju apartemen nya, namun apa yang ia lihat? Semua barang milik Jennie berada di luar gedung dengan secarik surat.

"Apa apaan ini?"

Kepada Jennie kim

Maaf, di karenakan anda belum membayar uang sewa selama 3 bulan, dengan terpaksa pihak apartemen tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

Terimakasih.

Astaga rasanya Jennie ingin menangis sejadi - jadi nya. Jennie menghentak-hentakan kaki nya ke lantai dengan kesal kemudian mulai menarik koper dan pergi dari gedung tersebut.

.
.
.

Hari sudah gelap, dan Jennie sendirian di pinggir jalan gantung.

"Sekarang bagaimana hidup ku? Apa aku masi layak untuk hidup? Aku bahkan di salahkan oleh orang-orang karna kesalahan orang lain. Lebih baik dunia ini tidak melihat ku lagi."

Setelah berucap demikian Jennie melepas kan sepatu nya dan menaruhnya dekat koper. Jennie mulai berdiri di atas pembatas jalan. Ia ingin mengakhiri hidup nya, ia ingin sekali, penderitaan yang tak henti henti nya datang, membuat Jennie kehabisan kesabaranya.

"Maaf kan aku, mama." Setelah berucap itu penglihatan Jennie hitam semua.

.
.
.

"Hei nona bangun lah ini sudah pagi."

"Eungh apa aku sudah berada di surga?" Ucap Jennie melantur.

"Cepat lah bangun, kau sudah sangat merepotkan ku nona." Ucap pemuda itu lagi.

Dengan cepat Jennie bangun, menyipitkan matanya melihat sekitar nya dan melihat badan nya. Ia tahu sekarang sedang berada di kamar seseorang.

"Kenapa aku masi hidup?!" Kesal Jennie.

"Dasar wanita gila."

"Diam lah, kau cerewet sekali paman." Jennie melangkah mencari koper nya di kamar itu.

"paman!? Kau bilang paman?!! Cepatlah keluar dari apartemen ku, sudah di selamatkan kan malah tidak tahu terimakasih." Ucap Jeon Wonwoo, pemuda yang menyelamatkan Jennie dari insiden itu.

"Aku tidak meminta mu menyelamatkan ku, tuan." Jennie berbalik lalu berucap dengan wajah jutek.

"Jika kau mau aku pergi, tolong lah beri aku makan ya? Aku dari kemarin belum sempat makan apapun, jadi ku harap kau mengerti." Jennie berbicara dengan wajah memelas.

Wonwoo hanya mendecih tidak membalas perkataan Jennie, ia melangkah keluar kamar di ikuti dengan Jennie.

"Hei! Kau tak mendengarkan ku?! Aku lapar ingin makan, kau ini manusia atau rentenir? pelit sekali" Jennie kesal.

Wonwoo dengan santai duduk di  meja makan nya. Lalu sarapan dengan tenang dengan Jennie yang berdiri tak jauh dari nya sambil menunduk.

Wonwoo melirik Jennie. Kemudian menghela nafas. Mendorong sarapan nya. Kemudian Jennie menatap piring tersebut bergantian.

"Makan." Ucap wonwoo

"Tidak mau itu bekas mu."

"Makan, atau ku tarik kembali makanan ku?"

"Tidak mau, jika aku memakan itu, lalu bagaimana dengan mu? Aku akan di cap merepotkan lagi oleh mu." Jawab Jennie.

"Makan saja, uang ku sudah terlalu banyak jadi--, sudahlah kau makan saja dengan cepat." Wonwoo terpaksa memberikan sarapan.

Jennie kemudian duduk, lalu langsung memakan sarapan itu dengan agresif.

"Hei! Mengapa kau tidak mengganti sendok itu?" Tanya wonwoo.

"Kau ini, terlalu lama untuk mengambil nya, aku sudah lapar."

"Omong - omong bagaimana kau menyelamatkan ku? Ku rasa aku sudah tiada malam itu." Tanya Jennie penasaran dengan mulut penuh.

"Mengapa kau bertanya? Makan saja makanan mu." Wonwoo kemudian membuka handphone nya.

.
.
.

Sudah sekitar 10 menit Jennie selesai dengan kegiatan sarapan nya. Sekarang ia bingung akan melakukan apa.

"Dimana koper dan barang lain milik ku?"

Wonwoo melihat Jennie kemudian memberi arah dengan matanya, menunjukan ke arah ruang tamu.

Jennie bergegas mengambil nya, dan hendak pamit.

"Eum tuan yang sangat baik hatii, terimakasi atas sarapan nya, kau sangat sangat baik hati, tapi akan lebih baik hati jika meminjam kan ku uang. Tidak usa banyak banyak, cukup untuk taxi saja.." Wonwoo yang mendengar itu mendelik.

"Tidak, aku tidak mau meminjam kan mu uang ku." Jawaban wonwoo membuat Jennie membuka mulut nya.

"Kenapa? Apa kau tak percaya padaku??"

"Hmm"

"Hei! Ini Jennie kim. J E N N I E K I M JENNIEKIM asal kau tahu."

"Lalu?" Tanya wonwoo santai.

"Yasudah jika kau tak mau. Terimakasi atas makanan mu. Maaf telah merepotkan mu." Ucap jutek Jennie menekan setiap kata nya lalu menarik koper nya.

"Cepat katakan apa password nya tuan!" Teriak Jennie dekat pintu.

Wonwoo mendekat kemudian memberikan 5 lembar uang seratus ribuan.

"Aku tunggu 7 hari, jika kau tak mengembalikan uang ku, kau akan ku tuntut."

"Akan ku kembalikan bahkan sebelum hari itu tuan?" Jawab enteng Jennie

"Jeon wonwoo."

"Baiklah tuan wonwoo tolong cepat buka pintu nya." Jennie menghentak hentakan kakinya.

"Cepat lah keluar dari rumahku."

.
.
.

Sepi. Padahal baru 2 jam yang lalu ada seorang wanita hyperaktif berada di apartemen ini.

Mengapa Wonwoo merasa seperti kehilangan? Jennie bukan lah siapa siapa nya.

"Eung gadis itu? Siapa namanya?  Kim? Ah Jennie kim. Apa dia masi hidup?"

Flashback

Wonwoo baru saja pulang dari kantor nya. Ia berniat akan mampir minum dulu, karna terlalu stress memikirkan kerja sama nya yang gagal total dan harus menanggung kerugian karna ada banyak tuduhan.

"Ah benar ini saya jeon Wonwoo." Berbicara dengan orang di telepon.

"Iya? Saya akan tanyakan besok, untuk masalah ganti rugi biar saya urus juga besok, saya sudah sangat lelah sekarang saya harap anda mengerti."

Setelah mengatakan itu wonwoo mematikan sepihak telepon nya.

"Apa dia akan melompat? Hahh orang orang sekarang sangat gila."  Wonwoo berhenti tak jauh dari sosok wanita yang sepertinya akan melompat.

"Yak dia akan benar benar melompat?"

Wonwoo berlari menarik tangan wanita itu kemudian terjatuh di atas tubuh nya, wanita itu pingsan, mau tidak mau dia harus membantu wanita ini, atau dia akan di cap orang tidak punya hati nurani.

Wonwoo membaringkan gadis itu di kasur. Menatap wajah gadis itu dengan teliti. Mata gadis itu sangat indah bahkan ketika terpejam.

Flashback off

Wonwoo sedikit terhanyut mengingat kejadian itu, seperti nya gadis itu sudah terlalu banyak menghadapi masalah, dan tidak ada siapa siapa yang berada di sisinya.

.
.
.
.
.
.
.
.
V O T E IIIII

My Annoying Roomate's [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang