5

5 0 0
                                    

"Baik!" Xylona lekas berdiri tegas. Dia tampa mengangkat kedua tangannya karena kegembiraan.

"Ayo kita temukan calon suami-- Ughh!" Xylona melangkah tampa melihat arah dan akhirnya.

Xylona menabrak seseorang. Orang itu bertubuh tinggi dan tampak seperti sarjanawan kutu buku akut yang hanya melihat ke bukunya tampa melihat ke depan sehingga menabrak Xylona. Tunggu, barusan nabrak aku? OWh iya, dia yang nabrak Xylona. Bukan Xylona, ayo yakin dan percaya.

Pasal 1 ayat 1, "Perempuan selalu benar!"

"Ah ... maaf-maaf, Nona."

Laki-laki itu beritikat baik dan meminta maaf terlebih dahulu. Dia dengan sopan dan canggung menolong Xylona yang telah terbalik ke belakang. Tapi laki-laki ini tak menangkapnya, malah dengan cepat meraih bukunya agar tidak terjatuh. 

Sungguh? Apakah kecantikan Xylona ini tidak ada? Menghilang dan ditelan bumi? Baik, sepertinya buku lebih menarik daripada buku.

Xylona menatap tajam kearah laki-laki itu. Tetapi dengan tidak bersalah laki-laki itu tersenyum ramah dan mengulurkan tangan.

Ah, tidak orang tampan.

Senyumannya sangat tampan, walaupun di tutupi rambut yang panjang sehingga sebagian wajahnya tertutup dan wajahnya kurang jelas. Tapi senyumnya tampan, tapi sial dia dia mementingkan buku. Tetapi tampan, walaupun raja juga tampan tapi sudah tertutup. Ah sudahlah lupakan, mari kita pikirkan laki-laki di depan ini. Sebagai yang menganalisa ekonomi kerajaan selama beberapa tahun. 

Xylona melihat "kebocoran" yang di dapati Xylona sudah banyak karena target yang Xylona inginkan sudah hilang akibat laki-laki ini. Jadi kita perlu Value/ suntikan lebih dari laki-laki berkacamata ini.

"Mohon maaf, Tuan. Sepertinya apa yang terjadi barusan setidaknya harus ada timbal balik, Tuan."

Xylona bertingkah laku paling menyedihkan sambil mengibas-ngibas gaunnya. Xylona hampir menangis menangis sungguhan sambil mendalami karakter.

"Padahal ini gaun saya satu-satunya." cicit Xylona kecil. Padahal itu sungguh tidak kecil tetapi sengaja di keraskan agar lawan bicara terdengar. Xylona mendesis kecil, sepertinya actingnya terlalu berlebihan atau pas. Dia sarjana  tentu saja dia tidak sebodoh itu. 

Laki-laki ini menarik senyumnya makin dalam, "Baiklah, Lady." 

Sembari menarik Xylona perlahan, laki-laki itu berbisik, "Lalu, apa yang Lady inginkan dari saya yang lemah ini." 

Dia tau tingkahnya dan kebohongannya. Xylona tidaklah bodoh dan udik serta tak tahu apa-apa. Dengan raut wajah dan matanya Xylona mengetahui, laki-laki ini sedang bermain dengan dirinya. Seorang ratu yang telah bermain dengan selir pembohong dan raja seperti anjing peliharaan yang menurut pada, Tuannya. Xylona benar-benar sudah hapal dengan trik murahan itu.

Baik, mari kita bermain-main juga di sini. Laki-laki ini sepertinya bisa masuk ke dalam kategori Xylona. 

"Tuan, bukanlah orang selemah itu. Tuan adalah seorang sarjana. Bagaimana sarjana bisa berkata selemah itu dengan dirinya," Xylona mengelurkan sedikit air mata dan wajah memelas.

"Tuan hanya tak sudi menolong saya," Xylona sabil mengeluarkan sapu tangan yang ada di kantong baju bangsawan ber jas di depannya. 

Hiiiiiiks .... 

Xylona menggunakan sapu tangan 'Tuan' didepannya, lalu mengeluarkan ingus (?) buatannya di saputangan itu. 

Bagaimana pria tampan? Sudah cukup membodohi aku!

Xylona lupa diri bahwa dia yang berbohong duluan.

Laki-laki itu mematung sejenak, wajahnya membeku tampak kaget dengan kejadian yang terjadi barusan. Tampak tak menyangka Xylona akan melakukan ini. 

Xalvandora [Return Back The Queen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang