"Kak, papa kok gak kelihatan, ya, dari semalam?"
Ariani yang baru saja masuk rumah dan melepas sepatunya sontak mengangkat wajah serta memandang sekeliling. Ia pun membuka pintu kamar sang ayah untuk memastikan apakah sang ayah pulang tadi malam atau tidak. Namun, jika melihat kasur tersebut terlihat masih rapi dan tak tampak bekas ditiduri, kemungkinan besar ayahnya tak pulang kemarin malam.
"Iya, ya, Dek. Papa tumben gak pulang," balas Ariani dengan nada mengambang. Ia berusaha menggali ingatannya apakah ayahnya pernah mengatakan untuk tak pulang ke rumah atau tidak. "Terakhir kali," gumam Ariani dengan suara kecil.
Giana menarik napas panjang dan mengembuskannya secara perlahan. "Terakhir kali kita lihat Papa itu pas kemarin sebelum Papa berangkat kerja, Kak. Terus Papa ada bilang, bakal pulang larut karna mau ketemu Om Jordy dulu," jelas Giana dengan suara tenang.
Ariani mengadu kedua telapak tangannya dengan suara keras. Senyum semringah tercetak di wajahnya. "Pinter kamu, Dek." Tangannya terulur mengusap-atau lebih tepatnya mengacak-rambut Giana heboh.
Giana menepis tangan sang kakak. "Mandi sana," usirnya dengan nada datar. Hidungnya mengernyit jijik seolah-olah ia sedang memberitahukan bahwa Ariani bau.
Ariani mendecak sebal. Dijawilnya sejenak cuping hidung adiknya, lalu berjalan dengan cepat menuju kamar mengambil peralatan mandi. Sepuluh menit kemudian, Ariani sudah muncul kembali dari balik pintu kamar mandi dengan wangi sabun yang menguar dari tubuhnya.
"Kamu belum lapar, 'kan?" tanya Ariani sembari mendaratkan bokongnya di atas sofa murahan yang sudah mulai lapuk dimakan usia.
Giana menggeleng pelan. Matanya mengikuti pergerakan tangan sang kakak yang tengah menghidupkan televisi tabung mereka. Layar yang semula hitam kini menampilkan wajah salah seorang aktris Indonesia yang tengah naik daun saat ini.
"Ihh ... ngapain nonton yang begituan? Gak mutu banget," cibir Giana sembari merebut remote control-nya, lalu mematikan televisi. Ia menatap Ariani dengan pandangan jenaka. "Ternyata selera kakak sudah turun, ya, jadi sinetron emak-emak."
Ariani menjitak kepala sang adik. "Dasar! Kalau ngomong suka bener kamu, Dek," balasnya memicu gelak keduanya.
Giana bangkit dari duduknya, lalu berjalan ke depan sebentar. Kemudian, gadis itu kembali mengambil duduk di sebelah Ariani-tanpa kata. Ariani menatap Giana yang sedang memandang ke luar dengan gelisah. Decakan keras pun sudah meluncur dari bibirnya beberapa kali. Jemari kurusnya sedari tadi saling memilin cemas. Akhirnya, Ariani sudah tak tahan lagi dengan tingkah adiknya. "Kamu kenapa, sih, Dek?' tegurnya.
Kening Ariani berkerut melihat respons sang adik yang berlebihan. Padahal suaranya tak begitu keras sampai bisa membuat Giana terlompat dari duduknya. Ariani pun memutuskan untuk bangkit dari duduknya dan berjalan ke hadapan sang adik. Ia meletakkan kedua tangannya di atas bahu Giana dan menatap ke dalam matanya.
"Kamu kenapa? Apa yang bikin kamu gelisah banget, Dek?" tanyanya lembut.
Giana menatap Ariani ragu. Kemudian, melempar pandang ke arah luar. Kecemasannya sama sekali tak berhasil ia sembunyikan. "Sepertinya ada yang terjadi. Sesuatu yang besar. Aku gak tahu itu apa, tapi ada yang salah saat ini. Papa juga tiba-tiba gak pulang. Padahal sebelumnya gak pernah kayak gini. Papa selalu pulang, bahkan kalau itu subuh sekalipun," ungkap Giana membeberkan kegelisahannya.
Ariani menarik napas dalam. Ia tahu insting Giana selalu kuat. Sedari kecil, adiknya memang selalu seperti itu. Walau ia juga merasa sedikit aneh dengan ketidakpulangan sang ayah. Namun, ia merasa itu wajar saja. Apalagi, mengingat ayahnya hendak bertemu dengan teman baik yang sudah tak pernah ia jumpai selama 20 tahun lamanya. "Kamu terlalu berlebihan, Dek. Itu semua cuma perasaanmu aja, kok." Ariani mengelus puncak kepala Giana lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who's the Killer [ON GOING]
Misterio / Suspenso[Berisi adegan Kekerasan!!!] Label "anak pembunuh" sudah melekat sempurna pada diri Giana setelah berita resmi ayahnya keluar. Muak dengan label tersebut, Giana memutuskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Awalnya, ia berusaha mencari...