2. Aneh

703 63 3
                                    

"Aku pulang!" Chenle yang baru saja membuka pintu kini langsung ditubruk oleh adiknya. Chenle tersenyum lalu memeluk sang adik yang lebih pendek darinya.

"Ey, Eunjin ayo makan dulu." Anak kecil yang berada di pelukan Chenle menggeleng kuat.

Oh, Chenle tau masalahnya.

Chenle menggendong Eunjin lalu mengecup pipinya.

"Kenapa tidak makan? Ayo makan, kasihan mama sudah memasakkan makanan untukmu." Eunjin diam lalu menatap Renjun yang terlihat lebih pendek karna dirinya berada di gendongan sang kakak.

"Tidak, aku mau disuapi kak Lele saja." Chenle terkekeh lalu mengisyaratkan Renjun untuk memberikan mangkuk berisi makanan Eunjin.

Sedikit cerita, Eunjin adalah anak ketiga yang berjenis kelamin perempuan dari Renjun dan Haechan. Eunjin baru berusia lima tahun dan masih tadika. Berbeda dengan Chenle yang sudah kelas akhir dan bersiap kuliah.

Sedangkan anak kedua mereka, Jidan sudah berusia sebelas tahun. Sebenarnya Jidan adalah anak yang lebih pendiam dari Chenle dan Eunjin. Jidan juga sedikit nakal walaupun dia masih sekolah dasar.

"Baiklah ayo makan!" Eunjin yang berada di gendongan Chenle tersenyum senang dan memeluk leher sang kakak. Berbeda dengan Jidan yang sibuk dengan handphone miliknya yang masih baru.

"Ji, apa kau tidak bosan?" Jidan melirik sang ibu lalu menggeleng. Menghindari pertanyaan selanjutnya, dirinya memilih berjalan menuju ke kamar dan mendengarkan musik lewat earphone yang baru ia beli.

Jidan memang orang yang cuek dan tidak mementingkan sekitar, tapi ia hanya bisa luluh dengan Haechan juga Yujin-anak Jeno.

Yujin dan Jidan memang dekat karna Yujin lah yang mengajaknya bermain hingga dewasa. Mereka sangat akrab bahkan seperti kakak dan adik kandung. Jenis kelamin tidak mempengaruhi mereka.

Renjun hanya bisa menggelengkan kepalanya lelah karna Jidan memang tidak banyak bicara juga sensitif. Jidan tidak suka jika diberi pertanyaan yang tidak penting.

Renjun beralih ke televisinya dan menonton acara talk show yang sekiranya membuatnya sedikit melupakan rasa penat. Biasanya gosip di sore hari lebih menyenangkan.

Tapi baru saja ia beristirahat, suaminya datang dan mengeluh padanya. Padahal suaminya baru menginjakkan kaki ke rumah dan berteriak kelelahan dari pintu depan. Memang menyebalkan.

Renjun menyusul sang suami lalu membawakan tas dan jas nya.

"Sayang aku ingin mandi denganmu." Haechan merangkul sang istri, membuatnya mendengus.

"Tidak, aku sudah mandi."

"Ayolah."

"Tidak, Chan."

"Sayang."

"Tidak, yah." Baiklah Haechan menyerah.

Haechan memasang raut lesu dan itu membuat Renjun meringis. Kemudian saat mereka sudah sampai di kamar, Renjun membuka kancing kemeja suaminya dengan pelan.

"Mau apa kau?" Alis Haechan menukik membuat sang lawan mendengus kesal.

"Katamu mandi bersama?"

"Kau mau?"

"Tentu, aku lihat kau sangat kelelahan." Renjun melanjutkan kegiatannya dan terlihat kaos hitam sebagai dalaman Haechan ketika bekerja.

Haechan tersenyum lalu meraih dagu Renjun. Mempertemukan bibir keduanya dalam lumatan lembut dan menyalurkan penat mereka lewat ciuman itu.

BRAK!

Tautan mereka terlepas lalu menatap pintu. Ah, mereka lupa menutupnya.

"AKU TIDAK MAU ADIK LAGI YA AYAH!" Teriak si sulung yang membuat Haechan terkekeh.

Wrong [Jichen]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang