7. Yujin dan otaknya

362 44 1
                                    

Renjun, Haechan, Mark, Jaemin serta anak-anak mereka sudah pulang. Tetapi Jisung dan Chenle masih ingin berada di rumah pamannya untuk berbicara dengan Yujin.

Mereka berada di kamar saudarinya. Yujin kini tengah berpikir tentang perkataan yang meluncur dari Renjun dan Jaemin tadi.

"Ini rumit, kak. Aku justru berpikir kalau kalian adalah saudara." Chenle dan Jisung mengerutkan keningnya.

"Kami memang saudara, Jin." Jawab Jisung tapi membuat Yujin menggeleng.

"Bukan, maksudku kalian adalah saudara kandung."


Pikiran Chenle terus memikirkan hal tersebut. Kepalanya serasa mau pecah memikirkan hal rumit yang menimpa dirinya. Sebenarnya Jisung juga sih.

Jisung dan Chenle sudah sampai di rumah masing-masing setelah jam makan siang karna Hyera memasak banyak makanan untuk mereka.

"Argh! Kapan aku menemukan titik terang!" Ujar Chenle di kamarnya setengah berteriak karna merasa kesal tak kunjung menemukan kebenaran.

Chenle kemudian pergi dapur dan mengambil segelas air putih dingin. Meneguknya hingga tandas dalam sekali minum.

Dirinya merasa pening, kesal, marah, dan semua perasaan jelek itu bercampur bagai adonan. Bisa gila dia memikirkan hal ini.

Chenle melangkah ke arah kamarnya, melewati kamar orang tuanya. Tapi langkahnya terhenti karna dirinya tak sengaja mendengar percakapan singkat kedua orangtuanya.

"Chenle manis sekali seperti mu." Celetuk Haechan pada sang istri yang berada di pangkuannya.

"Tapi aku melihat sedikit kemiripan Chenle dengan Jeno."

"Ya memang, aku juga menyadari hal itu. Tapi kedua anakku mirip seperti ku kan?" Renjun yang mendengarnya terkekeh.

"Tidak juga, yang mirip seperti mu itu Eunjin sayang. Wajahnya sedikit mirip walaupun 98% nya mirip denganku." Haechan merengut.

Di detik kemudian Chenle mendengar tawaan keras dari sang ibu karna ayahnya itu menggelitiki Renjun karna kesal.

Mata remaja delapan belas tahun itu bergetar. Pikirannya kembali ke perkataan Yujin.

Chenle kemudian berlari ke kamarnya dan menutup pintu kamar bernuansa biru itu dengan keras. Membuat suara dentuman yang sama kerasnya.

"Aku dan... Jisung?" Ucapnya sembari berpikir, tapi otaknya yang seakan loading itu membuatnya semakin tidak dapat berpikir.

Chenle kemudian pergi menyambar hoodie coklat yang tersampir di belakang pintu dengan keras. Tujuannya hanya satu, bertemu dengan anak sulung Jeno.

Kakinya menghentak, kesal bercampur rasa menahan air matanya itu membuatnya tak tenang. Pemuda manis itu terus malajukan motornya menuju rumah Jeno, tidak peduli pertanyaan yang akan dilemparkan oleh 'paman' nya itu.

Melajukan motornya dengan tergesa dan menerobos lampu merah. Tak peduli dengan tilangan dan kejaran polisi, dia tetap menarik gas kendaraan itu penuh.

Dirinya mengerem secara mendadak saat sampai di depan pagar rumah Yujin. Chenle membuka pagarnya lalu memasukkan motornya ke dalam pekarangan yang tak terlalu luas itu.

"Ada apa, Le?" Tanya Hyera yang membuat Chenle menoleh. Dia tersenyum sebentar lalu menghembuskan nafas.

"Ada urusan dengan Yujin, Bi. Aku boleh masuk?" Tanya nya sopan walau sebenarnya dia tak ingin mengulur waktu karna ini sangat-sangat penting.

"Masuk saja, anak itu ada di kamarnya." Kata ibu itu sambil tersenyum dan mengangguk membuat Chenle membalas anggukan itu dengan sedikit membungkukkan badan.

Wrong [Jichen]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang