《《《PRESENT》》
Mp3 punya Baekhyun menjadi benda kesayangan Woozi kemudian hari. Siang ini, mendengarkan lagu dari mp3 tersebut, duduk dibibir pantai, ombak laut sering menerjang kaki yang terulur kedepan. Terik matahari dihadang kencang angin laut meniup, panas tidak menimbulkan gerah.
Pagi tadi baru mendapat kabar dari Seoul, beritanya menyakitkan.
Woozi kecewa berat.
Berada di pangkuan sekotak kue beras buatan nenek Ahn, permintaanya pada si nenek agar dibuatkan kue beras terbaik yang pernah dibuat. Satu kue beras ia ambil, mengambil gigitan besar, sebelah pipi mengembang kala mengunyah.
"Nenek Ahn baru saja membuat ini, terasa masih hangart. Dan setelah kuhitung-hitung jumlahnya cukup banyak, cocok untuk kita habiskan berdua. Tapi kau pergi tanpa mencicipi sedikit saja kue beras ini, tidak apa, akan ku habiskan sendiri kalau begitu," panjang monolog Woozy pada laut, sekira-kiranya laut bisa menyampaikan keluhnya.
Menikmati kue beras tiba-tiba sesuatu menyentuh telapak kaki, Woozi melirik benda hitam yang mengambang terbawa arus itu. Penasaran dengan bentuknya yang familiar, Woozi membawa kotak kue berasnya turun dari pangkuan, menyorongkan badan mengambil benda mengambang tersebut. Dan itu adalah mahluk, bercangkang keras, besar lebarnya sedikit melebihi telapak tangan. Sesaat sadar, yang mati itu penyu muda. Lalu goresan pada cangkang penyu menyadarkan Woozi pada sesuatu. Dulu, berdua bersama Baekhyun mereka pernah melepas berenang anak-anak penyu baru menetas. Jelas di ingatan anak penyu terakhir yang Baekhyun lepaskan memiliki goresan memanjang di atas cangkangnya.
Woozi pernah berkata : "Anggap itu tanda lahirnya, mungkin nanti kita akan bertemu anak penyu itu lagi."
"Kau mati, juga?"
Karena penyu itu telah mati, sebab Baekhyun sudah tiada, maka penyu sama seperti Baekhyun menjauh dari dunia. Woozi menangisi si penyu malang, keras tangisnya teredam angin, menangisi betapa malang hidup milik si penyu, menangis seorang diri sejak Baekhyun tak kembali, dan penyu kembali tapi tidak hidup.
"Baekkie, kita belum kegunung, mengapa kau pergi?" Karena angin membuat matanya membuka, kala berkedip air mata yang tertampung berjatuhan.
"Kue beras Nenek Ahn juga banyak sekali, aku tidak bisa menghabiskannya sendiri."
Segala rencana bersama Baekhyun sudah tertinggal kenangan.
Baekhyun memilih menjelajah sendiri di tempatnya yang baru.
.
.
.
Satu minggu terlewati ini tidak menimbulkan euforia baru demi menggantikan suram kemarin-kemarin.
Satu ketika Chanyeol mengunjungi tempat sederhana saksi bisu bertemunya ia dengan si kecil Baekhyun. Duduk beralaskan rerumputan menatap cahaya sore, di balik pohon besar yang masih kokoh berdiri meski daunnya tak serimbun dulu. Daerah sekitarnya juga tak sesubur waktu itu, pepohonan lain banyak tertebang, matahari tidak terlalu kesusahan lagi menembus kanopi dedaunan pohon. Di tangan Chanyeol buku catatan milik Baekhyun, menipis tersisa beberapa helai saja, pena yang terselip pada buku catatan juga tertinggal krisis. Tak berselang lama tangannya terlihat bergerak mencoretkan tinta pena pada lembar kertas catatan.
Tak ada hujan namun beberapa kali lembaran buku tersebut basah terkena setitik air yang jatuhnya lambat berulang-ulang.
Sementara sesekali membayangkan kisah-kisah awal dipertama pertemuan mereka. Mengingat pernah sekali ia bertanya pada Baekhyun kecil.
"Bagaimana masa depan kita yah Baekkie-ya? Hmm, kalau aku pikir-pikir sendiri, bersama-sama seperti ini dengan Baekkie terus, akan sangat menyengkan."
Dan inilah masa depan bagi mereka, mengarungi tanjakan dan turunan luka, berjembatankan ranting yang rapuh. Banyak air mata sedikit tersisa senyuman.
Dalam benak selalu terlintas bagaimana kabar Baekhyun sekarang, apa ia melihatnya dari sana, apakah Baekhyun memperhatikan hidupnya yang tak lagi dekat dari kata baik-baik saja.
Lalu sering bertanya dalam diam ia, mengapa bisa berakhir seperti ini cintanya. Mengapa tak bisa baik-baik saja berakhirnya ia dan cinta. Marah jelas sering ia rasakan, mengeluhkan mengapa kasusnya harus semenyedihkan ini, mengapa harus ada menyakiti dan tersakiti di dalam cintanya. Mengapa juga tak bisa saja dulu ia begitu mulus menerima cintanya.
Kegilaan macam apa yang sempat menyinggahi jalan pikirnya?
Ia ingin seperti orang lain, jatuh cinta, saling mencintai, dan hidup bahagia. Tapi tersesat membuat ia merusak sesuatu yang harusnya bisa berjalan lebih mudah. Membuat ia mulai ketakutan pada hati, pemilik cinta.
Hanya kekosongan dalam dirinya yang tersisa.
Dari tulisannya bersabda :
"Apabila aku mengatakan : mencintaimu Baekhyun. Akankah itu memalukan setelah apa yang sudah terjadi? Sangkaku, iya. Maka dari itu akan hanya akan menuliskannya saja. Bukan, bukan karena aku tidak serius mengatakan aku mencintaimu Baekhyun, hanya saja aku tidak memiliki keberanian untuk mengucapkan kalimat sakral itu lagi. Salahku terlalu banyak, aku malu pada bukti telah mengenyahkanmu begitu saja tanpa mempertahankan dengan cara yang benar.
"Lalu saat semuanya sudah terjadi, dan kau tidak ada lagi di sini Baekhyun. Aku benar-benar bertemankan sesal. Perih rasanya saat tahu aku bersalah padamu. Seandainya bisa bertemu lagi, entah kapan bila masa itu tercapai, aku ingin mencoba merubah diri, jadi tolong untuk tetap menjadi Baekhyun yang sama, agar aku bisa mengulangi diri sebagai Chanyeol yang sama dengan cinta dan kepercayaan diri yang lebih membanggakan. Tolong jangan berubah, agar aku bisa mengutarakan maaf memperbaiki salahku."
"Park Chanyeol ini sangat mencintaimu Byun Baekhyun. Maaf mengatakannya sangat terlambat."
Lalu setelah hari ini, Chanyeol hanya akan menunggu.
Mungkin saja Tuhan bermurah hati mempertemukan ia dan Baekhyun, lagi.
----------o0o----------
23-Januari-2022
KAMU SEDANG MEMBACA
My Day Are A Struggle [CHANBAEK] [REMAKE]
FanfictionAkibat 'kebodohan' di masa lalu Baekhyun diasingkan dari hangatnya dekapan keluarga. Hidupnya berputar hanya tentang menebus dosa, dosa yang ia torehkan kepada kembarnya. Miliknya pergi, bahkan cintanya ia biarkan pergi demi penebusan dosa. Baekhyun...