Chapter 2

1 1 0
                                    

"Bahagia mu adalah bahagia ku juga"

Happy reading 🌠

**
Daniel tidak langsung mengantarkan Natta pulang tadi, mereka berdua mampir sebentar untuk mengisi perut. Pukul 7 malam Natta sudah sampai di rumahnya yang sederhana.

"Nggak mampir dulu?" Tawar Natta di balas gelengan kepala oleh Daniel 

"Lain kali aja deh. Tidur yang nyenyak ya cantik, jangan terlalu mikirin pacar mu yang ganteng ini" ucap Daniel dengan kepedean tingkat tinggi

Natta terkekeh geli melihat kekasihnya ini, kok bisa sih dia pacaran dengan lelaki sok ganteng ini ya walaupun memang ganteng. "Udah sana pulang, hati hati ya"

Daniel mengangguk lalu melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Setelah memastikan Daniel benar benar pergi, langsung saja Natta memasuki rumahnya dan langsung di kejutkan dengn-

"JOVI!" Natta berteriak saat melihat keadaan sahabat nya. Ya Jovi memang sahabat Natta sedari SMP, Natta juga sudah tau tentang perlakuan orang tua sahabatnya itu

"Natta jangn teriak teriak, ini rumah loh bukan hutan" tegur Sania- bunda Natta

"Natta kaget bunda, ya ampun Jovi kamu pasti di pukuli lagi sama mereka. Ini sakit ya?" Ucap Natta memegang luka Jovi

Sania memijit pelipisnya melihat kelakuan putrinya ini, sudah tau luka ya pastinya sakit toh. "Jangn dipegang Natta itu kan luka" ucap Sania sabar

Natta cemberut. Dia menatap sendu Jovi yang sudah sangat pucat, kenapa penderitaan sahabat nya ini tidak pernah berhenti. Sudah cukup Natta tidak sanggup melihat wajah jelek sahabat nya itu.

"Hiks..hiks mukanya Jovi jadi jelek bunda, udah ga cantik lagi" ujar Natta lagi lagi membuat Sania merasa geram. Ngidam apa dulu dia sehingga memiliki anak yang sangat polos ini

Jovi tertawa ngakak, membuat Sania dan Natta menatapnya heran.
"Bunda, Jovi ga kuat hahahahaha Natta kok kaya gitu sih" ucap Jovi di sela sela tawanya

Radit- adik Natta menatap datar para wanita yang menurut dirinya aneh. Yang satu polos tak tertolong, yang satu baru saya terluka tapi ngakak , dan yang paling tua juga agak aneh sedikit seperti nya. Anak durhaka memang

"Jovi gila ih. Radit tolong muka nya di kondisikan" ucap Natta berlari menuju kamarnya untuk mengganti baju

"Gak ada yang bener" ucap Radit menghampiri Jovi. Ia mangintai seluruh wajah Jovi yang lebam akibat pukulan

"Kenapa ga lari?" Tanya Radit

"Lari? Lo kira semudah itu buat lari pas mereka udah marah" jawab Jovi menunduk

Radit menghela nafas kasar, lama lama dia juga kasihan dengan sahabat kakaknya ini. Ingin rasanya dia membantu, tapi dengan harta semuanya akan selesai begitu cepat bahkan sebelum kedua orang tua Jovi mendekam di penjara.

"Kenapa Lo gak tinggal di sini aja, mungkin dengan begitu Lo bakal jauh lebih baik"

"Setuju" celetuk Natta yang baru datang. "Dengan begitu Jovi ga bakal terluka lagi. Jovi tinggal sama Natta aja ya, biar kamu ga di sakiti lagi " Tanya Natta 

"Gw gak ngerepotin?" Tanya balik Jovi

Natta menggeleng. "Nggak kok, kamu kan sahabat aku" ucap Natta tulus

Jovi menunduk, dia sangat beruntung mempunyai sahabat sebaik Natta. Jika ayah dan ibunya menyakiti dirinya maka Jovi masih punya Natta yang akan melindunginya.

"Tapi kalo misalnya ayah marah gimana?"

"Itu urusan bunda sayang, yang terpenting Jovi baik baik disini" ucap Sania mengelus rambut Jovi lembut

Jovi tersenyum lebar penuh makna, "Jovi boleh peluk kalian ga?"

Tampa basa basi Natta dan Sania memeluk Jovi. Kadang Natta heran kenapa Jovi tidak pernah menangis, bahkan sejak awal pertemanan mereka Natta sama sekali tidak pernah melihat Jovi menangis.

"Heh kutu kupret, Lo ga mau meluk gw?" Tanya Jovi pada Radit

"Nggak" jawab Radit lalu pergi dari sana membuat Jovi melongo tak percaya 

"Dasar kulkas"

**

"DANIEL!!"

Teriakan menggema di seluruh ruangan. Bahkan wajan dan baskom sampai jatuh akibat teriakan maut itu.

"Mamah kenapa astaghfirullah...jangn teriak teriak kaya gitu" ucap pria paruh baya pada istrinya 

"Papah...Daniel itu balapan lagiiii, masa tadi pas mamah arisan katanya ada yang lihat Daniel balapan sama temennya" adu wanita paruh baya itu

Heru dan Asri adalah orang tua dari Daniel. Memiliki sifat yang jauh berbeda dengan mamah nya membuat Heru kadang dilanda darah tinggi menghadapi istri dan anaknya yang setiap hari bertengkar karna masalah kecil.

Masalah tentang sepatu nginjek tai saja di buat berantem oleh kedua orang itu. Asri yang tidak terima karna sepatu mahal milih Daniel nginjek tai dan Daniel yang merasa bahwa mamah nya ini lebay dan alay. Bolehkah Heru menyerah?

"Assalamualaikum wahai penghuni surga" salam Daniel yang baru tiba

"Nah ini nih anaknya, Daniellll kamu balapan lagi kan?" Geram Asri menjewer telinga Daniel

"Aduh mah sakit,duh kuping niell!" Teriak Daniel berusaha melepaskan
jeweran maut mamah nya

Beginilah keadaan rumah ketika anak dan ibu sudah berkelahi. Sangat ribut dan berisik, Heru menatap keduanya datar seakan-akan lelah dengan tingkah keduanya. Heru berjongkok sambil mengangkat kedua tangan tinggi tinggi

"PAPAH CAPEKK!! LANGIT BISA KAH KAU TURUN KAN ISTRI BARU UNTUK KU" teriak Heru membuat Asri dan Daniel menatap Heru datar

"Papah!! Mamah nggak mau jadi janda"

"Punya keluarga gini amat dah"

**

Gimna pendapat kalian tentang cerita ini?
Jangn lupa vote dan komen

Titik Luka  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang