Chapter 5

3 1 0
                                    

                     Sudah dimulai?

**
Sore hari di kota Bandung memang cukup nikmat tapi tidak dengan dua remaja yang kini tengah masam di atas montor. Siapa lagi jika bukan Daniel dan Jovi. Setelah perdebatan yang cukup panjang tadi akhirnya Daniel mau mengantarkan Jovi dan Jovi juga mau di antarkan oleh Daniel.

Dubrak

BRUKK

PLAK

Jovi menampar helm yang dikenakan Daniel. "Lo kalo nggak bisa naik motor tuh bilang" ucap Jovi kesal lantaran Daniel menyetir dengan melewati lobang lobang yang ada di jalanan Tampa menghindari lobang itu, alhasil Jovi yang sedang dibelakang hampir jatuh jika saja ia tidak memegang jaket yang di kenakan Daniel 

"Bawel lo, gue turunin mampus" sinis Daniel 

"Gue aduin Natta" balas Jovi 

Daniel memutar bola matanya malas. Dasar cepu. "Belok mana nih!" Ngagas Daniel

"Selo aja dong! Belok kanan terus belok kiri rumah gue yang ada anjingnya" ujar Jovi membuat Daniel melotot. Apa tadi katanya? Ada anjingnya? Wah tidak benar nih Daniel kan takut dengan anjing

Daniel mengerem mendadak membuat Jovi refleks memeluk pinggang Daniel.
"Rumah Lo beneran ada anjingnya?" Tanya Daniel yang masih tidak sadar akan Jovi yang memeluk pinggangnya

"kalo ngerem tuh bilang bilang kan gue jadi meluk Lo!" ucap Jovi melepaskan pelukannya 

"Heh lo meluk gue? Wah berdosa Lo njirr" kesal Daniel furtasi

Tanpa pikir panjang Daniel langsung melajukan montor nya dengan kecepatan tinggi. Ingin segera sampai dan dirinya bisa cepat cepat pulang.

"Woy woy udah sampe astaghfirullah Daniel bangsat!" Teriak Jovi

Dengan kekuatan Rossi, Daniel berbelok dan hampir menabrak pagar rumah Jovi jika saja ia tidak mengerem.
Sedangkan Jovi,ia seperti sedang senam jantung. Wah nyawanya serasa akan copot. Jovi turun dari montor Daniel dengan perasaan yang tidak karu karuan. Ayo lah Jovi tenang jangan tegang.

"Lo nggak papa? Muka Lo tiba tiba jadi pucet" tanya Daniel 

Dengan cepat Jovi menggeleng. "Gue nggak kenapa kenapa kok Lo tenang aja. Btw thanks udah nganterin gue" ucap Jovi memberikan helm kepada Daniel 

Daniel menerima helm itu tanpa suara sedikitpun. Ia melihat punggung Jovi yang mulai menjauh memasuki rumahnya yang besar. Sebenernya ia penasaran sih tapi ya sudah itu kan bukan urusannya. 

Baru saja Daniel akan menyalakan montor nya dia di kejutkan dengan suara pecahan dan juga teriakan dari dalam rumah Jovi, tapi Daniel berusaha positif thinking dan bodo amat.

"AYAH AMPUN!!"

Daniel tersentak. Dia berlari menuju rumah Jovi setelah mendengar teriakkan yang menurut nya tidak main main masalahnya. 

BRAK

Arga dan Rena kompak menoleh kearah pintu yang baru saja di dobrak oleh Daniel.

"Siapa kamu? Pergi dari rumah saya!" usir Arga pada Daniel 

Daniel tidak menghiraukan suara Arga, ia menatap Jovi yang tengah tersungkur dengan lebam di sudut bibirnya. Jadi seperti ini kehidupan seorang Jovi?

"Jovi Lo nggak papa?" Panik Daniel menghampiri Jovi dan membantunya untuk duduk

"S-sakit el" eluh Jovi  meringis  

Bahu Daniel ditarik kasar oleh Arga. Sorot mata Arga memancarkan aura kemarahan yang besar. "PERGI KAMU!" bentak Arga mendorong tubuh Daniel kasar

"Anda adalah ayah yang sangat kejam! Beginikah perlakuan seorang ayah kepada anaknya?" Tekan Daniel menujuk wajah Arga

"Tidak usah ikut campur!" Bentak Rena

Mengabaikan dua orang itu. Daniel memilih menghampiri Jovi dan menggendongnya. "Saya bawa Jovi" ucap Daniel lalu melangkah keluar rumah

"Bawa aja dan jangan pernah bawa dia kembali kerumah ini!" Teriak Arga membuat Jovi seperti kehilangan dunianya. Jika seperti itu lalu bagaimana kehidupan yang harus ia jalani mulai sekarang? Apakah ia harus merepotkan Natta dan keluarganya lagi? Jovi sungguh sangat malu jika dia harus merepotkan Natta lagi.

Daniel membawa Jovi ke apartemen milik nya. Ya Daniel memang mempunyai apartemen, jika dia sedang ingin sendiri maka Daniel akan mengunjungi apartemen.

"Lo istirahat di sini dulu" ucap Daniel

Jovi mendongak menatap wajah Daniel. Dia menggeleng membuat Daniel menyeritkan dahinya bingung

"Gue nggak mau ngerepotin" cicit Jovi membuat Daniel beroh ria

"Sans aja. Lagian nih apartemen jarang gue tempatin, Lo boleh tinggal di sini sementara. Atau Lo mau gue anterin kerumah Natta?" Tawar Daniel

"Nggak! Jangan kasih tau Natta soal ini Daniel. Gue nggak mau dia khawatir" ucap Jovi

Daniel menghela nafas. Dia mendudukkan dirinya di samping Jovi lalu menatap wajah Jovi dengan intai. Sangat jelek karna luka lebam itu.

"Jadi ini masalah Lo? Lo anak broken home?" Tanya Daniel

"Setelah Lo liat kejadian tadi apa Lo masih ngira kalo gue itu anak dari keluarga humoris? Nggak." Lirih Jovi

"Gue ambillin obat buat luka Lo" ucap Daniel berdiri dari duduknya

Jovi menunduk. Ingin rasanya Jovi menangis tapi entah kenapa air mata Jovi seperti tidak ingin keluar. Suatu saat apakah dirinya bisa menangis? Tapi menangis karena hal apa?

••

Kini keluarga Natta sedang bersantai di teras rumah. Di temani suara jangkrik dan juga kodok. Suasana seperti ini lah yang amat Natta rindukan, ia jadi teringat akan almarhum ayahnya.

"Bun.. kira kira ayah udah bahagia belum ya?" Pertanyaan yang di lontarkan Natta membuat Sania tersenyum manis

"Bunda yakin ayah pasti udah bahagia di atas sana, karna ayah lihat anak anak nya tubuh menjadi remaja yang cantik dan juga ganteng" jawab Sania sedikit bercanda. Bercanda bukan berarti Natta dan Radit tidak good looking ya gyuss wk, Sania hanya berusaha untuk tidak menegangkan suasana saja.

"Tapi kayanya ayah lebih bahagia kalo liat senyum bunda terus mengembangkan setiap hari" ujar Radit membuat Sania malu malu

"Waktu muda ayah juga sering bilang kaya gitu. Kata ayah senyum bunda itu menawan"ucap Sania di akhiri dengan kekehan geli

"Menurut Natta biasa aja" celetuk Natta

"Alah bilang aja kamu cemburu kan?" Goda Sania 

Natta tersenyum miring. Tapi senyuman itu kayanya tidak cocok untuk muka Natta yang seperti itu.

"Konyol Lo kak" tawa Radit membuat Natta kesal. Konyol dari mana coba, dasar adik laknat 

"Udah udah sana kalian berdua tidur, besok harus sekolah" suruh Sania dan di balas jempolan oleh kedua kakak beradik itu 

Sania menatap Natta yang digendong Radit menuju kamarnya. Dia tersenyum tipis melihatnya. "Mas.. sekarang anak anak sudah besar. Ternyata kamu sudah lama sekali ya ninggalin aku di sini. Kamu bahagia kan mas? Aku harap kamu selalu lihat aku dah anak anak di sini mas" ucap Sania. Dia merindukan suaminya.

**

Titik Luka  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang