Chapter 3

1 1 0
                                    

"ku kira ini hanya sebuah pertemuan pertama biasa, tapi ternyata pertemuan ini adalah awal dari kisah kita bertiga"

**
Pagi ini Daniel sudah rapih dengan seragam sekolah. Biasanya Daniel akan menjemput Natta terlebih dahulu

"Daniel berangkat yo pah, mah" ucap Daniel menyalimi tangan kedua orang tuanya

"Nggak sarapan dulu?" Tanya Asri

"Sarapan di rumah Natta aja mah" jawab Daniel lalu melangkah meninggalkan dapur

Asrie menatap punggung Daniel yang mulai menjauh.
"Mamah harap Daniel bisa setia sama Natta" ucap Asri

"Daniel itu anak papah, pastinya dia juga setia kaya papah" ucap Heru tersenyum bangga. Dia juga menaik turunkan alisnya untuk menggoda sang istri.

Asri tersenyum remeh. "Kepedean"

**
Motor Daniel berhenti di depan rumah Natta. Membuka helm dan merapikan rambutnya yang sedikit berangkat, Daniel bergaya layaknya seorang pangeran yang akan menjemput putri

"Berkunjung kerumahhhhhhhh pacar heh...heyakk huhuyyy" Daniel bernyanyi dengan nada yang mungkin agak aneh sebenarnya

"Maaf mas saya nggak punya uang receh"

Langkah Daniel berhenti, dia berbalik dan menatap orang yang baru saja berbicara. Apa tadi katanya? tidak punya uang receh? Hello memangnya dirinya ini sedang mengamen apa

"Lo kira gw pengamen? Wah wah cowo seganteng gw di kira pengamen" ucap Daniel menyibakkan rambutnya sok ganteng

'ganteng? Hahahahahah kaya jamet' batin Jovi tertawa keras

"Kalo Lo bukan pengamen terus tadi ngapa Lo nyanyi nyanyi ga jelas" sinis Jovi

"Suka suka gw lah...Lo siapa sih anjirr, ngapain Lo di rumah pacar gw" ucap Daniel

Daniel dan Jovi masih terus saja adu bacot. Mendengar keributan di luar, Natta berdiri dari duduknya dan melihat apa yang terjadi di luar. Dengan pandangan datar Natta hanya menghela nafas saat melihat Daniel dan Jovi  Jambak jambakan di halaman rumahnya. sungguh memalukan

"KALIAN NGAPAIN!!"

Sontak Jovi dan Daniel menatap Natta yang sedang berancak pinggang di depan pintu dengan wajah garang dari gadis itu. Tanpa melepaskan jamabakan mereka Jovi menjawab "pacar sok ganteng Lo ini cari gara gara sama gw Nat" teriak Jovi 

Daniel melotot tak terima "heh Lo dulu yang cari masalah sama gw"  dan akhirnya mereka melanjutkan jambak jambakan yang tertunda tadi

"Udah. Kalian gak malu dilihatin sama orang, Daniel ayo berangkat udah telat nih" ucap Natta berhasil menghentikan perkelahian tak berfaedah itu. Natta mendorong Daniel agar naik ke montornya, lalu ia menghampiri Jovi yang keadaan sangat berantakan

"Jovi...Natta berangkat sekolah dulu ya. Oh iya kalo kepalanya sakit mending Jovi tidur aja ya" ucap Natta mengelus rambut Jovi dan berjalan menghampiri Daniel yang masih masam

Jovi menatap Natta yang mulai menjauh dari pandangannya. Jovi tersenyum manis.

"Jovi" Sania menghampiri Jovi yang berdiri sambil tersenyum

"Kenapa Bun" jawab Jovi

"Jovi kenapa? Jovi mau sekolah?" Tanya Sania dan dibalas anggukan oleh Jovi. "Jovi mau sekolah bun, tapi sekolah Jovi banyak Pembullyan dan Jovi jadi sasaran mereka juga" lirih Jovi

Sania menatap sedu sahabat putrinya ini, ingin rasanya dia menyekolahkan Jovi di sekolah yang sama dengan Natta. Tapi Sania tidak punya uang lagi, bahkan Radit harus iya sekolahkan di sekolah yang kecil.

"Jovi jangn sedih ya, nanti kita pikirkan tentang hal itu"

"Iya Bun"

Sedangkan di sisi lain, Natta sedang menceramahi Daniel tentang perlakuannya terhadap Jovi tadi.

"Kamu jangn gitu lagi" ucap Natta

"Iya iya aku yang salah. Tapi ka-" ucapan Daniel terpotong kala Natta membekam mulutnya 

"Udah jangn tapi tapian" sarkas Natta

Akhirnya Daniel memilih diam dan fokus pada jalanan. Tak butuh waktu lama akhirnya mereka berdua sudah sampai di sekolah. Tapi sepertinya keberuntungan tak berpihak pada mereka berdua pasalnya gerbang sekolah sudah ditutup

"Ayolah pakk, bukain gerbangnya" mohon Natta

"Nggak bisa neng, kalian teh udah telat 10 menit loh. Mending pulang aja sana" suruh pak Nono- saptam SMA abadi jaya. Mendengar ucapan pak Nono tadi membuat Daniel senang, sekali bolos tak apa kan

"Yuk pulang aja Nat atau mau jalan jalan dulu?" Ucap Daniel

Natta memutar bola matanya malas. "Aku mau sekolah el. Pak ayolah bukain gerbangnya"

"Tapi Nat jalan jalan itu lebih enak dari pada sekolah, nanti aku bel-" belum sempat Daniel melanjutkan ucapannya, Seorang guru besar sudah berdiri sambil melotot kearah Daniel. Seketika Daniel di banjiri keringat

"Tadi kamu bilang apa Daniel? Kamu bilang sekolah itu nggak enak?" Tekan buk Suti- guru BK SMA Abadi Jaya

"E eh buk suti yang cantik, tadi itu saya cuman bercada loh buk iya kan Nat?" Panik Daniel

Natta terkekeh geli. "Maaf buk kita terlambat"

"Natta... Daniel kalian cepat berdiri di lapangan sampai jam istirahat!" Bentak Buk Suti

Raut wajah Daniel langsung berubah. Kali ini dia tidak setuju dengan hukuman yang di berikan guru BK, ini masih jam pelajaran pertama dan istirahat akan tiba jam setengah 10 nanti dan itu waktu yang sangat lama di tambah cuaca hari ini sangat panas.

"Saya nggak setuju buk, apa ibu nggak lihat sekarang ini cuaca nya lagi panas banget" tegas Daniel

"Nggak usah banyak alasan. Sekarang cepat kalian kelapangan!" Suruh buk suti lalu pergi dari hadapan Daniel dan Natta

Natta menggenggam tangan Daniel, ia tersenyum lebar. "Udah gak papa, kan di hukumnya bareng kamu" 

Mendengar ucapan Natta membuat Daniel salah tingkah, ah kenapa ia harus salting sih

"Daniel kok kuping kamu merah sih, padahal kan kita belum berjemur" panik Natta lalu mengelap keringat Daniel menggunakan sapu tangan yang selalu ia bawa

"Ck dia itu lagi salah tingkah neng, masa gitu aja nggak tau" celetuk pak Nono 

"Ohhh"

"Udah Nat ayo kita kelapangan" ucap Daniel berjalan menuju lapangan

**

Gimana pendapat kalian tentang cerita ini?
Jangn lupa vote dan komen deh:)

Titik Luka  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang