Masih ada typo mohon dimaklum.
"fuck" upat seorang gadis cantik melempar kasar helmet full face nya kesembarang arah ketika lagi-lagi ia mendapatkan acaman dari atasannya itu, sial sebenarnya apa mau pria itu? Pikirnya menghembuskan napasnya kasar.
Rebecca Michiavelly itulah nama gadis cantik itu, gadis berusia dua puluh enam tahun yang kini berkerja di bawah kepemimpinan Attaric Steel Leonardo pria yang begitu kejam dan otoriter, Rebecca cukup menyesali keputusannya yang ikut bergabung ke organisasi itu hanya karena setumpuk uang yang ia dapatkan setiap bulannya.
Dan entah rencana gila apa lagi yang di rencanakan pria itu yang akan mengirimnya ke Milan untuk mengawasi seorang wanita cantik yang bahkan tidak di kenali oleh Rebecca, setelah merasa cukup tenang Rebecca kembali memungut helmet yang sempat ia lempar sebelum memakainya kembali dan mendekati motor Ducati hitamnya, tubuhnya yang tinggi dan ramping terlihat begitu memukau kala mengendarai sepeda motornya yang kini tengah membelah jalanan kota piacenza membuat beberapa pria terpesona kala melihatnya.
Sekitar pukul tiga sore Rebecca telah menginjak kakinya di markas besar Attaric yang ada di pinggiran kota piacenza, karena mau tak mau Rebecca harus mengikuti rencana gila pria itu kalau tidak maka entah ancaman macam apa lagi yang akan pria itu ucapkan."Selamat sore nona" sapa kedua bawahannya yang kini mulai mengikuti langkahnya memasuki markas yang hanya di angguki oleh Rebecca, Rebecca menghembuskan napasnya lelah ketika melihat bossnya yang kini tengah duduk di kursi yang ada di ruangannya.
"Apa anda sudah lama menunggu?" Tanya Rebecca dengan suara yang terdengar cukup engan.
Attaric mengakat sudut bibirnya. "Tentu saja, kemarilah" ucap Attaric menepuk pahanya menyuruh Rebecca agar duduk di pangkuan pria itu.
Namun bukan Rebecca namanya bila ia menuruti keinginan Attaric, Rebecca lebih memilih berdiri di depan meja yang menjadi penghalang mereka saat ini karena Gila saja bila Rebecca langsung menuruti keinginan bossnya itu.
"Jadi apa yang harus saya lakukan?" Tanya rebecca to the points karena tidak ingin berlama-lama berhadapan dengan Attaric mengingat moodnya saat ini tengah hancur ulah pria di hadapannya ini.
Attaric menghembuskan napasnya tidak suka ketika Rebecca tidak mengikuti keinginannya, wanita pembangkang begitulah pikir Attaric
"Aku akan mengirim mu ke Milan Minggu depan dan di sana kau akan ku tugaskan untuk mengawasi seseorang dan ku harap kau tidak mengecewakan ku nanti" jelas Attaric, Rebecca mengagukan kepalanya pelan.
"Hanya itu?" Tanya Rebecca ketika Attaric tidak lagi bersuara dan malah memandangnya lekat,
Pandangan yang bak menelanjanginya, Rebecca risih bila Attaric sudah memandang nya seperti itu, Attaric adalah pria pertama yang mengambil kesuciannya tiga tahun lalu pria otoriter itu telah menjeratnya dalam belenggu hitam yang tidak dapat Rebecca hindari.
"Bila tidak ada lagi yang ingin anda sampaikan saya pamit untuk undur diri, karena saya cukup sibuk saat ini" ucap Rebecca yang tentu saja langsung di tahan oleh Attaric.
"Ya kalau begitu pergilah dan selesaikan urusan mu sebelum temui aku nanti malam" ucap Attaric seraya menyerahkan key card hitam apartemennya pada Rebecca yang kini menatap engan key card itu.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi" Rebecca menyambar key card hitam itu dan pergi begitu saja meningalkan Attaric.
Andai ia tidak membutuhkan uang untuk biaya hidup dan pendidikan kedua adiknya Rebecca sudah dari awal tidak akan sudi berkerja di bawah kepemimpinan pria gila seperti Attaric, Rebecca selalu ngupati hidupnya yang begitu tidak baik.
Sebenarnya dulu Rebecca bercita-cita menjadi seorang polisi wanita namun ia harus menghentikan pendidikannya di tengah jalan kala sang ayah mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat empat tahun lalu ketika tengah menyelesaikan proyek pembangunan salah satu gedung besar di kota Irsenia, ayahnya yang seorang arsitek saat itu terjatuh dari ketinggian ketika tengah memantau hasil pembangunan yang hampir selesai, sebenarnya Rebecca tidak percaya dengan penjelasan para saksi saat itu karena ke jadian itu terasa begitu janggal namun tidak ada seorangpun polisi yang mau menyelidiki hal itu membuat Rebecca semakin curiga namun apalah daya, saat itu ia masih berusia 22 tahun yang baru saja masuk ke sekolah kepolisian dan tidak memiliki dukungan dari siapapun membuat Rebecca dan ibunya hanya bisa bungkam menerima itu semua.
Ibunya yang kini mengalami sedikit depresi tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhannya dan kedua adiknya, membuat Rebecca harus turun tangan dan mengubur dalam cita-citanya itu.
Rebecca mencengkam erat key card di tangan, apapun akan ia lakukan asalkan kedua adik dan ibunya bisa hidup dengan nyaman tanpa harus merasakan yang namanya kelaparan, bahkan bila perlu Rebecca akan menjadi jalang murahan demi masa depan mereka yang mungkin akan sedikit lebih cerah dari pada hidupnya saat ini.
"Agam" panggil Rebecca pada salah satu anak buah kepercayaannya yang kini tengah duduk berkumpul di ruang tengah markas dengan rekan-rekannya yang lain, mereka tengah membahas masalah pertimbangan pengiriman barang menuju Bulgaria, entah apa yang menjadi masalah mereka Rebecca tidak mau ikut campur dan membuat kepalanya bertambah sakit.
"Iya Nona?" Sahut agam berdiri dari sofa.
"Tolong ambilkan senjata baruku di gudang atas aku akan mencobanya dan bilang pada Excel untuk menemui di hutan buatan yang ada belakang" pinta Rebecca melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan.
"Baik nona" Agam langsung saja pergi ke gudang atas yang ada di Markas, gudang atas berisi semua barang dan senjata milik Rebecca yang di buat khusus oleh Attaric, Agam kadang di buat kagum dengan semua barang dan senjata yang ada di gudang atas, di sana terdapat banyak bermacam-macam senjata sampai senjata api yang paling mematikan di duniapun ada di dalam sana.
Rebecca mengigit bibir bawahnya kesal kala peluru yang ia arahkan tidak berhasil mengenai sasaran yang ia bidik sebelum menatap tajam sang pelaku yang membuatnya seperti itu.
Seorang gadis cantik berambut pirang ikal kini tengah berdiri di sampingnya dan terseyum tanpa dosa seakan ia tak melakukan kesalahan apupun. "Hehehe... Nona sedang apa?" Tanyanya pura-pura tidak tahu yang membuat Rebecca memutar bola matanya malas.
"Apa kau tidak lihat aku sedang mencoba senjata baru dan kau malah tiba-tiba datang dan mengacaukan kegiatan ku ini" sebal Rebecca meletakan kasar pistolnya di atas meja kayu bundar yang tak terlalu jauh dari posisinya saat ini.
"Bukankan ini sudah terlalu larut untuk itu?" ucapnya.
"Begitukah!"
"Iya ini bahkan sudah hampir jam enam sore, apa papan target itu masih terlihat? Jagankan melihat titik target yang ada di papan, aku bahkan tidak bisa melihat papan targetnya karena pohon-pohon lebat di hutan ini"
"Kalau begitu pergilah ke dokter dan periksalah matamu sepertinya kau mulai buta" sarkas Rebecca membuat gadis cantik itu mengerucutkan bibirnya lucu.
"Bukan mata ku yang buta tetapi mata nona saja yang terlalu bagus untuk di sebut mata manusia" dumelnya yang otomatis membuat Rebecca membelalakkan matanya, menatap tajam gadis cantik yang bernama Rosalia itu. Dasar bisa-bisanya Rosalia mengatakan hal itu.
....
Masih banyak typo mohon dimaklum ya soalnya belum sempet An revisi 😅😅🙏🙏.
Next chapter....
KAMU SEDANG MEMBACA
A BASTARD'S OBSESSION.
Romance[ SEQUEL, THE BEGINNING OF THE BLACK FLOWER ] Pertamakali di publikasikan tanggal 16 September 2022. Ini ceritanya ATTARIC sama REBECCA ya 😆. ⚠️ PERINGATAN KERAS CERITA INI MEMUAT CONTENT DEWASA, DAN BERBAHASA KASAR JADI BUAT ADE-ADE YANG MASIH DI...