04.

656 44 38
                                    

Masih banyak typo mohon di maklum 😅.

Sedangkan disisi lain Attaric kini tengah berdiri memperhatikan pemandangan malam kota Piacenza dari atas gedung perusahaannya, padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam namun pria itu masih betah di dalam ruangannya yang kini terasa begitu sepi mengingat semua penghuni gedung telah memilih pulang hanya untuk sekedar beristirahat dan kembali lagi di esok harinya.

Dan Rutinitas yang sama selalu berputar setiap harinya, membosankan!.

Kornea matanya yang berwarna coklat terang terlihat begitu tajam memandang hamparan lampu yang kini menghiasi kota, entah apa yang sekarang ia pikirkan hanya dia dan Tuhan yang tahu.

Sampai suara bising diri ponsel yang ada di atas meja kerjanya mencuri fokus Attaric, membuat pria itu mengalihkan pandangannya sebelum melangkahkan kakinya menuju meja dan meraih ponselnya yang terus berdering.

Unknown number...

Kata itu yang tertera di layar ponselnya, membuat Attaric mengangkat sebelah alisnya heran, namun beberapa detik kemudian sudut bibirnya sedikit terangkat setelah ia berhasil menebak siapa kemungkinan yang sedang menghubunginya sekarang.

"Hello baby girl, ada apa sampai kau menghubungi ku selarut ini" tanya Attaric dengan seyum di bibirnya ketika mendengar suara wanita di sebrang sana yang tengah mencoba menahan emosi.

"Jangan berpura-pura bodoh dan katakan saja apa tujuanmu mengirim seseorang ke kediaman ku" kesal sang wanita tanpa memperdulikan lagi yang namanya sopan satun ketika ia tahu bahwa Attaric mengirim seorang pembantu ke rumahnya dan ia yakin pasti wanita itu adalah mata-mata yang dikirimkan Attaric untuk mengawasi keluarganya agar bisa mengancamnya di kemudian hari bila ia tidak mematuhi keinginan pria itu.

"Tenang, mengapa kau begitu marah Rebecca aku hanya tidak tega membiarkan ibumu yang sakit harus di urus oleh kedua adikmu yang masih kecil itu" jelas Attaric yang tentu saja tidak sepenuhnya benar kerena Attaric pasti selalu memiliki tujuan tersendiri.

"Sialan aku tidak perduli sebaiknya anda tarik kembali orang itu dari rumahku dan jangan campuri urusan keluarga ku, karena anda tak punya hak untuk mencampuri masalah bawahan anda tuan" ucap Rebecca cukup pedas lalu memutuskan sambungan telepon nya dan tentunya itu sudah cukup untuk menyinggung perasaan Attaric yang kini mengeraskan rahangnya menahan emosi yang entah kenapa selalu mudah sekali tersulut bila itu menyangkut tentang Rebecca.

Wanita pembangkang! Begitulah pikirnya.

...

Dengan napas memburu Rebecca melempar ponselnya ke atas sofa sebelum memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut sakit, sial sebenarnya apa mau pria gila itu? Masih kurangkah pria itu menyiksanya selama ini.

Hampir semua yang ia punya telah di renggut oleh Attaric termasuk keperawanannya tiga tahun lalu sial dan sekarang pria itu mulai mengincar keluarganya.

"Berengsek harus ku apakan pria itu tuhan, bila saja aku bisa membunuhnya sudah kulakukan sejak dulu" geram Rebecca.

"Aku benar-benar sudah muak" dengan rasa kesalnya yang masih bergemuruh Rebecca merebahkan tubuhnya di sofa dengan tangan kiri yang kini menutupi kedua matanya.

"Aku harus bagaimana Ayah?!" Lirih Rebecca, andai saja ayah masih ada mungkin ini semua tidak akan terjadi batin Rebecca.

"Ya tuhan tolong lindungilah ibu dan juga adik-adik ku" pinta Rebecca.

.

Keesokan harinya Rebecca mulai berkerja lagi dan akhirnya ia bertemu dengan wanita yang harus Rebecca awasi selama ia tinggal di Milan.

Rebecca di buat tercengang pasalnya wanita itu lebih cantik dari yang ia lihat di foto, sial mengapa firasatnya jadi tidak enak begini.

"Halo senang bertemu dengan mu nama ku Tia Farnley, kau bisa memanggilku Tia mohon bantuannya" Tia mulai memperkenalkan diri begitupun dengan Rebecca dan perkerja lainnya.

"Ya, kau bisa memanggilku Rebecca senang bisa mengenal mu" ucap Rebecca sebelum kembali mengerjakan tugasnya masing-masing.

Entah kenapa pikiran Rebecca kini mulai berkelana kemana-mana mencoba menerka recana gila apa lagi yang direncanakan pria yang tak waras itu, apa wanita itu adalah wanita simpanan? Rebecca yakin bukan itu, atau lelaki itu mencoba menyandera wanita itu? Rebecca menggelengkan kepalanya lagi, Mana mungkin.

Ya tuhan rasanya kepala Rebecca mau pecah saja memikirkannya!.

Jangan sampai ia terseret dalam rencana pelik pria itu, karena Rebecca tidak mau memperkeruh lagi hidupnya ini.

...

"Bagaimana hasilnya?" Tanya Attaric kepada bawahannya yang baru saja tiba di ruangannya.

"Seperti yang anda duga Tuan, Tuan Leonardo masih mencari keberadaan anaknya nyonya Emily, namun sepertinya Tuan Leonardo masih belum menemukan petunjuk lain sama sekali"

"Hah... Bodoh, lagi pula ia mencari orang yang sudah mati tentu saja tidak akan ketemu kecuali bila ia pergi ke alam baka dengan kakinya sendiri" hardik Attaric.

"Lalu bagaimana keadan wanita hina itu?"

"Kalau mengenai keadaan nyonya Emily sepertinya tidak ada perkembangan sedikitpun Tuan"

"Sial Kenapa tidak mati saja, kalau begitu kau kembalilah dan awas pergerakan mereka semua jangan sampai kau lengah terus pantau kakek tua itu"

"Baik Tuan kalau begitu saya permisi" pamit pria itu dan pergi meninggalkan Attaric yang kini sibuk menatap selembar foto ibunya.

"Aku berjanji padamu bu aku akan membuat mereka semua menderita karena telah menelantarkan mu" gumam Attaric dengan sorot mata yang begitu tajam.

Merekalah yang telah menelantarkan ibunya, maka dosa itulah yang harus mereka tanggung.

Attaric akan membalaskan semua rasa sakit yang ibunya terima, ayahnya maupun adik sialannya itu mereka harus menerima semua kemarahannya.

Emily steel Leonardo tolong menderitalah di neraka!!!.

....

Maaf chapter pendek soalnya An kehabisan ide 😅.

Sama masih banyak typo mohon di maklum aja ya kakak² 🥰😘.

A BASTARD'S OBSESSION.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang