Seokjin kritis.
Hal itu yang ia dengar ketika mengantarnya ke rumah sakit.
Dosen itu bergerak gelisah karena saat menelfon kontak bertuliskan 'Eomma' menolak penggilannya. Ia merasa bersalah membuat Seokjin seperti ini.
"Seokjin memang sakit."
Tiba-tiba seseorang duduk disampingnya, lelaki dengan jas putih khas dokter itu mengusap punggungnya perlahan.
"Tidak usah merasa bersalah. Sebelum kau membuatnya terkejut, penyakitnya memang sudah kambuh."
Ia diam. Walau demikian tetap saja ia memperburuk keadaan mahasiswanya. Melihat bagaimana Seokjin kesulitan bernafas hingga bibirnya yang membiru.
Dokter itu merebahkan tubuhnua sempurna diatas kursi tunggu. Matanya terpejam dan menelan ludahnya serat.
"Kenapa kau begitu tenang berkata bahwa Seokjin kritis?" Dosen itu kesal. Pasalnya ia seperti menganggap enteng keadaan Seokjin dan malah berkata bahwa jangan merasa bersalah.
"Aku sudah menduganya," ucapnya masih dengan mata tertutup "Walau transplantasi jantung sudah dilakukan tapi Seokjin tidak akan hidup lebih lama."
Dosen yang tidak mengenal mahasiswanya begitu baik, yang hanya tau bahwa Seokjin anak yang patuh dan sering bolos tanpa alasan namun memiliki nilai akademik yang baik. Apakah ini penyebab ia sering bolos? Kenapa dia tidak mengatakannya lebih awal?
"Bagaimana bisa??"
"Seokjin sejak lahir memang sudah sakit. Sudah bagus ia masih bisa hidup sampai sekarang walau kini organ tubuh lainnya juga mengalami kegagalan fungsi."
Dokter itu adalah sahabat dekat Eomma Seokjin. Mereka bekerja bersama dan berusaha keras demi kesembuhan sang anak. Hal itulah yang membuatnya tahu bagaimana kehidupan Seokjin sejak dulu.
"Maafkan aku," sesalnya. Walau ia tahu ini bukan murni kesalahannya tapi tetap saha rasa bersalah tetap ada.
"Sudah lah pak. Kau boleh pergi, aku tahu kau sibuk."
"Tidak. Aku akan menunggunya sampai orang tua Seokjin tiba."
"Apa dia tidak mengangkat telfon?"
Dosen itu menggeleng.
"Biarkan saja. Dia sedang melakukan hal yang seharusnya ia lakukan."
👑
Taehyung dan Eomma memutuskan untuk lansung datang ke apartemen Seokjin. Ia tahu sang anak pasti menunggu kabarnya, jadi ia sengaja tidak menghubungi balik sang anak. Untuk memberinya kejutan dengan membawa Taehyung.
"Eomma sepertinya Seokjin Hyung tidak ada."
Mendengar hal itu ia langsung mendekat dan membuka kunci apartment dengan kata sandi yang sudah ia tahu.
Ini sudah hampir malam namun keadaan rumah ini begitu kosong bal rumah tanpa penghuni. Ini tidak biasa bukan Seokjin. Bahkan ia biasa akan mendapat kabar dari anak itu jika sedang berada diluar. Raut khawatir mulai muncul. Tanpa sadar ia langsung mendial nomor Seokjin dan menghubunginya.
Tut...
Tut...
Belum juga mendapqt jawaban. Eomma menggigit kukunya cemas.
"Eomma apa Seokjin baik-baik saja?" Taya Taehyung khawatir.
Ia menggeleng "telponnya tidak diangkat."
'Yoboseo..'
Ponselnya yang sudah ia loadspeaker langsung membuat Eomma terkejut. Ini bukan suara Seokjin namun terdengar familiar.
"Kau siapa?" Tanyanya penasaran.
'Doyoung. Kim Doyoung.'
Mendengar nama itu Eomma langsung mematikan ponsel dan menarik tangan Taehyung untuk keluar. Jantungnta berdegup kencang kala nama itu terucap.
"Eomma kita kemana? Bagaimana dengan Seokjin Hyung?"
"Kita ke rumah sakit."
Mendengar nama tempat itu Taehyung langsung berlari mendahuluinya. Ia turun ke parkiran membuka pintu mobil dengan cepat. Ia tahu sesuatu sedang terjadi pada Seokjin.
👑
Doyoung menatap kearah kaca yang menunjukkan keadaan Seokjin secara langsung. Setelah mendapat telfon itu ia merasa bersalah karena tidak menghubungi wanita itu secara langsung, namun ia yakin jika Seokjin sadar ia akan melakukan hal yang sama sepertinya. Doyoung pasti akan dimarahi oleh Sean. Eomma Seokjin, namun tidak apa. Ia akan menghadapinya dengan baik.
Walau dalam benaknya rasa takut menyeruak.
"Kim Doyoung ssi.."
Ia menoleh. Sean datang dengan berlari kearahnya, wajahnya sudah merah padam dan tangannya melayang tinggi di udara.
PLAK
Rasa terbakar ia terima. Tamparan keras itu membuatnya berpaling. Perih.
"Kenapa kau tidak bilang!!?"
Doyoung tersenyuk tipis "aku sudah menelponmu tapi kau mematikannya."
"AKU TAU KAU DOKTER YANG HEBAT TAPI KENAPA KAU TIDAK MENGATAKANNYA PADAKU! AKU JUGA DOKTER DISINI."
Amarahnya memuncak. Namun dengan tenang Doyoung tetap diam. Menghadapi wanita ini bukan dengan emosi juga.
"Seokjin tidak ingin mengganggumu."
Sean diam. Kepalanya menunduk perlahan.
'Eomma harus menikmati waktu dengan Taehyung, dia begitu merindukanmu.'
'Eomma, kau harus menyayangi Taehyung.'
'Taehyung berarti bagiku.'
Sean menatap Taehyung yang juga diam. Ia tahu anak itu juga merasa bersalah sekarang. Sejenak Sean berpikir ia tidak boleh membuatnya bersedih.
"Taehyung ah.. apa kau masih membenci kakakmu?" Tanya Doyoung tegas. Ia mendekati Taehyung dengan langkah pelannya.
"Tidak."
Doyoung tersenyum dan menepuk pundak Taehyung "masuklah temui dia. Aku harus bicara dengan Eomma mu."
To be continued...
ANTI GANTUNG2 CLUB
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA (Taejin Brothership)
FanfictionKim Seokjin menyebalkan. Selalu saja dia yang mendapat perhatian Eomma -Taehyung Waktu yang ia punya lebih singkat, nak. Tolong mengerti -Eomma