6

976 135 18
                                    

Taehyung disana. Diam memandang Seokjin yang masih setia menutup mata. Melihatnya seperti ini menjadi bal baru, ia yang biasa penuh kebencian kini mulai luruh.

"Taehyung?" Tanyanya heran. Taehyung yang semula melamun kini teesadar bahwa Seokjin telah bangun dan mencoba duduk bersandar. Ia hanya memerhatikan perjuangan Seokjin.

"Dimana Eomma?" Tanya Seokjin.

"Eomma diluar."

Seokjin mengangguk paham. Sean pasti kini sibuk berada di rumah sakit karenanya. Tangan Seokjin langsung meraih ponselnya dan mengirim pesan pada Sean agar datang karena ada Taehyung disini.

"Kau boleh pergi, nanti akan ada suster yang berjaga disini."

Lelaki itu bergeming ditempat.

"Kenapa Taehyung-ah? Apa kau tidak suka aku berada disini? Aku bisa meminta untuk pulang sekarang."

Seokjin tidak enak hati. Membuat Taehyung datang karena tubuhnya yang drop, sampai menggagalkan kegiatan Sean dan dirinya. Ia mencoba bangkit untuk duduk tegap walau dadanya terasa nyeri bahkan hanya untuk duduk sjaa Seokjin sampai berkeringat banyak.

"Aku disini saja. Eomma sibuk tidak akan membalas pesanmu," jawabnya datar.

"Kau tidak perlu melakukannya, aku bisa disini sendiri. Jangan memaksakan dirimu, Tae. Kau tidak perlu berusaha baik padaku."

"Aku pikir kau akan senang aku disini. Jika kau kira begitu aku akan keluar."

Taehyung berdiri, ia akan pergi namun tangannya di cekal oleh Seokjin.

"Kau tidak keberatan menemani Hyung?" Tanya Seokjin. Mereka saling pandang beberapa detik. Taehyung lalu perlahan duduk kembali.

"Tidak."

Jawaban singkat itu membuat Seokjin menghangat. Biasanya Taehyung akan memasang wajah tidak suka padanya jika ia disini apalagi disuruh untuk menemani Seokjin kala Sean pergi.

"Aku berasa mimpi," ucap Seokjin yang masih tidak percaya.




👑






"Bagaimana Taehyung? Apa dia hidup dengan baik?" Tanya Seorang wanita pada Sean yang kini menikmati istirahat di sebuah kantin rumah sakit.

"Hmm.. sejauh ini dia baik."

"Syukurlah, apa kau sudah mengatakan hal itu padanya?"

Sean diam, ia tampak menimang namun Sean menggeleng.

"Seokjin tidak mengijinkanku untuk berkata jujur."

Wanita dengan pakaian sederhana itu kaget mendengarnya "Kenapa? Taehyung sudah dewasa, Sean. Apa kau mau dia mengetahuinya sendiri?"

"Biarkan saja seperti ini. Seokjin tidak mau Taehyung merasa bersalah."

"Sean, apa anakmu..."

"Iya, Seokjin tidak bisa sembuh bahkan setelah transplantasi itu dilakukan."

Wanita itu turut bersedih, ia diam dan hanya mengusap tangan Sean untuk menguatkan. Ia sudah lama mengenalnya, betapa kagum ia dengan sosok Sean seorang ibu tunggal yang kuat.







👑






"Jin?"

Tanya Taehyung ketika mereka hanya diam beberapa menit namun Seokjin sudah memejamkan matanya. Ia terulur ingin menyingkirkan anak rambut yang menghalangi mata Seokjin.

Namun ia terhenti, menarik kembali tangannya. Taehyung ragu dan memilih membiarkan Seokjin seperti itu.

"Dia belum sadar juga?" Tanya Doyoung yang datang tiba-tiba menghampirinya.

"Dia sudah sadar tapi tidur kembali," jawab Taehyung jujur.

Tanpa basa basi Doyoung mendekat memeriksa Seokjin membuka kancing bajunya. Dada itu terdapat luka jahitan yang memanjang, itu adalah bekas operasi yang ia lakukan dulu. Dengan donor darah dari Ayah mereka sendiri. Melihatnya mengingatkan Taehyung akan sang Appa, membayangkan jika saka semua tidak dilakukan, lelaki itu masih ada disisinya sampai sekarang.

"Kenapa dia belum sembuh juga? Apa tidak cukup dengan mengorbankan nyawa orang lain?"

Doyoung mematung mendengar penuturan Taehyung. Ia segera menutup baju Seokjin kembali dan beranjak mendekati anak yang lebih muda.

"Taehyung-ah, Appa mu dan Seokjin akan melakukan hal yang sama jika kau mengalaminya juga."

Taehyung hanya diam dan tisdak menjawab.















To be continued...

Sapa yang nanyain amerta mulu😡
Oiya baca ulang aja guys takutnya udh lupa

AMERTA (Taejin Brothership)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang