Dijalan yang sepi, kakinya melangkah tanpa arah. Taehyung sore tadi memutuskan pergi dari tempat itu. Membayangkan tinggal bersama orang asing selama bertahun-tahun, membuatnya merasa bukan siapapun disana. Ia hanyalah orang asing yang dipungut. Pikir Taehyung.
Niat hati ingin mencari panti asuhan yang dulu ia tinggali, namun naas, alamat itu sudah berubah menjadi perusahaan besar. Bahkan perusahaan itu adalah milik mendiang ayahnya.
Kakinya sudah lelah, Taehyung duduk du trotoar menumpukkan tangannya menjadi penyangga. Ia tidak mau kembali ke rumah itu, ia terlalu malu mengakui bahwa Sean dan Seokjin keluarganya. Ia tidak pantas berada disana setelah semua kalimat buruk ia lontarkan pada Seokjin.
Seharusnya Seokjin yang memperlakukan dirinya demikian.
Sekarang ia tidak tahu lagi harus kemana. Terbesit dalam hati memikirkan bagaimana keadaan Seokjin namun lagi, gengsinya lebih besar dari rasa khawatirnya.
Ia ingat bagaimana Sean merawatnya, mencoba mengatur waktu dan membagi kasih sayang antara dia dan Seokjin. Ia juga ingat bagaimana dirinya menuntut Sean agar memerhatikannya juga, tanpa mengerti bahwa keadaan Seokjin juga buruk.
Taehyung egois. Jika ia menjadi Seokjin sudah tentu ia akan membenci orang asing sepertinya, tapi Seokjin tidak. Dia lelaki baik yang tulus menerimanya di rumah.
"Aku harap mereka tidak mencariku," lirih Taehyung. Ia menyenderkan tubuhnya pada tembok lalu memejam sejenak. Pejaman itu membawanya jauh kedalam alam mimpi sehingga ia tidur sambil duduk.
...
Taehyung mengusap pipinya yang sedikit basah. Ia merasa nyenyak tadi. Apalagi ketika kepalanya bersandar dibahu seseorang.
Tunggu.
Seseorang?
Taehyung membuka matanya dan langsung duduk tegap. Ia menoleh pada seseorang yang duduk menunduk disampingnya. Lelaki itu tertidur pulas. Namun ketika menyadari sesuatu, Taehyung langsung mengguncang pundak itu.
"Seokjin Hyung!!"
Teriak Taehyung. Orang yang menjadi penyangganya malam ini adalah Seokjin. Lelaki yang sore tadi terbaring lemah kini menunggunya semalaman dibawah malam yang dingin.
"Hyung, bangun!"
"Eungh.." Seokjin melenguh membuka matanya sedikit lalu tersenyum pada Taehyung "Kau sudah bangun?"
"Jin Hyung apa yang kau lakukan disini!? Kau sedang sakit!" Panik Taehyung. Ia segera melepas jaket yang ia kenakan dan memakaikannya pada tubuh kurus Seokjin.
"Ayo aku antar Hyung pulang," ajaknya.
Seokjin membalas dengan tatapan kesal "Kita pulang. Bukan hanya aku yang pulang."
Taehyung menatap Seokjin dalam "Aku bukan adikmu, Hyung, dan aku tidak pantas berada disana."
"Kalau begitu aku akan mengikuti kemana Taehyung pergi. Karena kau adalah adikku."
Taehyung tidak menjawab, ia lebih memilih menatap jalanan yang sepi sebari memeluk lututnya.
"Apa kau mau mendengar ceritaku?" Tanya Seokjin.
Taehyung mengangguk sembari menatap Seokjin dari samping. Ia bisa melihat mata sang kaka yang kini berbinar karena pantulan bintang dari langit.
"Dulu, Hyung putus asa karena jantung ini. Benda ini yang membuat Hyung menyerah. Karenanya Hyung tidak bisa melakukan semua hal."
Seokjin berhenti sejenak, ia memeluk jaket yang berada di pundaknya karena hawa dingin mulai menusuk.
"Sampai dimana Hyung harus operasi. Hyung tidak mau, karena Hyung tahu jika Hyung sembuh maka seseorang lain mati karena mendonorkan jantungnya. Hyung tidak mau menjadi pembunuh."
Sirat penyesalan terlihat dari bagaimana nada itu keluar dari mulutnya.
"Tapi orang yang mendonorkannya adalah seorang yang baik dan dermawan, dia memang sudah sakit sejak lama. Umurnya kian memendek, bahkan sudah tidak sanggup merawat anaknya lagi dan menaruhnya di panti asuhan. Namun, Eomma tidak pernah mengatakan hal itu pada Hyung, mereka menyembunyikan fakta bahkan mereka tanpa izin melakukan operasi karena saat itu, mereka bilang Hyung sudah tidak bisa bertahan lama."
Seokjin semakin menunduk, bahkan ia kini menenggelamkan separuh kepalanya kedalam lekukan kaki yang ia peluk.
"Setelah operasi, Hyung meminta 1 hadiah pada mereka. Hyung ingin seorang adik, untuk menggantikan Hyung suatu saat jika waktunya telah tiba."
"Hyung.. apa maksudmu?"
"Taehyung, kau adalah kado terindah yang pernah Hyung dapat."
Taehyung terdiam, ia sekarang menyadari betapa berharganya dirinya bagi Seokjin. Taehyung tak kuasa, ia menangis tanpa suara.
"Dan Eomma mu, kuharap kau mau memaafkanku. Aku yang membuat Eommamu pergi."
Kini Taehyung tidak tahu harus bagaimana merespon cerita yang Seokjin utarakan. Ia membisu seketika. Ingin marah, namun pada siapa?
"Aku tidak masalah kalau kau sekarang membenci Hyung. Hyung pantas mendapatkannya. Hyung telah membunuh satu-satunya keluargamu."
Mata mereka saling beradu, keduanya kini penuh dengan lelehan air dari matanya.
"Terimakasih, Hyung."
Seokjin terdiam. Ia tidak percaya Taehyung mengucapkan kalimat itu, entahlah mungkin Taehyung bermaksud menyindirnya.
"Eomma pasti senang, karena ia sudah tidak sakit lagi. Dan juga, kau merawatku dengan baik."
Seokjin mendongak melihat Taehyung yang tersenyum padanya. Anak itu tidak marah bahkan ia meraihnya kedalam pelukan hangat.
"Apalagi yang aku tidak tahu tentang hidupku? Hyung, bisa kau beritahu lebih banyak lagi?" Pinta Taehyung berbisik pada telinga Seokjin.
"Maafkan Hyung, maaf atas semuanya."
"Hyung aku ingin bertemu Eomma."
Seokjin melepas pelukannya lalu mengangguk "Ayo, Hyung antar ke tempat Eomma."
Seokjin segera menarik tangan Taehyung namun lelaki itu justru menatapnya iba. Pelukan tadi dapat ia rasakan Seokjin berkeringat dingin, dan jantungnya yang berdegup tidak karuan. Matanya sayu dan bibirnya kian memucat.
"Nanti saja Hyung. Kau harus kembali ke rumah."
"Tidak. Aku akan tetap disini, kecuali Taehyung berjanji untuk tidak pergi kemana-mana."
"Hyung jangan keras kepala."
"Berjanjilah!!" Tegas Seokjin bahkan kini nafasnya memburu karena emosi. Mau tidak mau Taehyung mengangguk.
"Hmm baiklah."
"Uh-- terimakasih.."
Ucap Seokjin lirih diiringi tubuhnya yang limbung ke depan tepat di dada Taehyung. Seokjin tidak sadarkan diri.
To be continued...
Hari ini bisa tamat gak ya otak aku lagi encer
Komen kalau mau segera next wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA (Taejin Brothership)
FanfictionKim Seokjin menyebalkan. Selalu saja dia yang mendapat perhatian Eomma -Taehyung Waktu yang ia punya lebih singkat, nak. Tolong mengerti -Eomma