🍃jealous

1K 105 7
                                    

Sorry for typos
.
.
.
.
.

Keluar dari lift, berjalan menuju lobby apartemen, Wang Zhuo Cheng mendial nomor sang kekasih. Menunggu sejenak sampai seseorang di seberang sana menjawab dengan ramahnya.

"Hallo, ada apa sayang?" suara khas Liu Haikuan  menjawab.

"Kuan, istri bosmu merengek padaku agar suaminya tak mendiamkannya lagi." tanpa berbasa-basi Zhuo Cheng memberitahu penyebab ia menelepon kekasihnya.

"Huh? Memang apa yang terjadi?"

"Entah, sepertinya Yibo cemburu pada si anak setan." Zhuo Cheng terus berjalan keluar lobby, menunggu jemputan dari sopirnya.

"A-Cheng!" Haikuan sedang menegur Zhuo Cheng tentang mulutnya yang kadang tak bisa dikontrol.

"Ya ya ya, tidak boleh memanggil anak itu dengan sebutan anak setan.  Jadi kau mau membantu mendamaikan mereka tidak?" memilin-milin rambutnya sebagai bentuk kebiasaan yang dimiliki Wang Zhuo Cheng  ketika sedang dalam mode 'anak manis'.

"Astaga, kekasihku ini baik sekali eoh? Mengkhawatirkan rumah tangga adik sepupunya." ini Haikuan sedang menggoda kekasihnya yang mampu bersikap manis.

"Diam kau!" suaranya sedikit meninggi karena kesal. Bukan jawaban itu yang ingin di dengar Zhuo Cheng.

"Manis sekali kekasihku."

"Kubilang diam Kuan!" Zhuo Cheng semakin kesal. Tadi saja ia menahan malu untuk meminta bantuan, sekarang malah diledek oleh kekasih sendiri.

"Ahahahahaaa, karena kekasihku yang meminta bantuan..."

Zhuo Cheng langsung mematikan sambungan ponselnya karena kesal, tidak menunggu kekasihnya untuk menyelesaikan perkatan sebab Zhuo Cheng sendiri sudah tau jawabannya. Berdecak berkali-kali kemudian menggerutu betapa menyebalkannya dan betapa ia membenci si tua Haikuan. Nyatanya hanya mulutnya saja yang berbicara demikian, karena hatinya masih mencintai dan membutuhkan seorang Liu Haikuan.

🍃🍃🍃🍃🍃

Xiao Zhan berjalan keluar apartemen sejam setelah Zhuo Cheng pergi sambil membawa ponsel pintar di tangannya. Sesaat yang lalu Xiao Zhan menyempatkan diri untuk makan siang sebelum pergi seperti pesan ibu juga suaminya. Ia sampai tak menghiraukan jalan di depannya, tatapan mata terpaku pada layar ponselnya.

"Definisi c-i-n-t-a" menggumam ketika menulis keyword pada search engine di satu situs pencarian terkemuka. Dahinya berkerut lucu serta bibirnya maju beberapa centi karena membaca artikel yang sedikit –sangat- tidak ia setujui. Matanya sejenak lepas dari ponsel ketika lift di hadapannya terbuka, menuju pojok ruangan yang tidak berdesakan dengan orang-orang.

Xiao Zhan mendengus "Cinta itu pasti hanya dirasakan orang gila." gerutunya yang cukup dapat didengar semua pasang telinga mengingat ruangan berbentuk kubus itu tidaklah luas. Seketika seluruh pasang mata melihat kearahnya dengan pandangan yang tidak menyenangkan cenderung menghakimi. Xiao Zhan yang tidak menyadari masih setia dengan gerutuan-gerutuannya serta menekan-nekan layar datar ponselnya dengan brutal, dan sepertinya pemuda unyu kita ini tak pernah mendengar perkataan orang jika 'Cinta itu buta,tuli, cacat dan gila'.

Seperti orang gila, Xiao Zhan bermain-main dengan menaiki lift ke bawah dan ke atas gedung apartemen. Awalanya dari lantai dua belas tempat ruangan apartemen Yi-Zhan berada, turun ke bagian Basement kemudian berbelok pada lift di samping lift yang tadi ia naiki. Menunggu sampai lift terbuka lalu memencet bagian parkiran lantai paling atas gedung, begitu sampai tujuan ia mengulangi tingkah usilnya tadi. Menunggu lift terbuka hingga menuju basement gedung apartemen.  Begitu entah sampai berapa kali. Mungkin pengawas cctv akan tertawa melihat tingkahnya atau malah mengira ada orang gila berparas imut masuk ke apartemen mereka. Xiao Zhan terlalu galau, sehari saja Yibo melakukan aksi diam dan sukses membuat Xiao Zhan sangat tersiksa. Begitu merindukan lelaki yang menjadi suaminya. Meskipun biasanya juga Yibo hanya diam tapi setidaknya lelaki itu akan menanggapinya ketika Xiao Zhan berceloteh tentang apa saja yang ada di kepalanya.

What Am I To You? (YiZhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang