01 | Meet

145 27 0
                                    


     Airin Pramudita, nama cewek tomboy itu. Cewek yang suka robot, judes, cantik, tapi sayangnya dia nggak suka sama spesies laki-laki. Bukan berarti dia tidak normal. Ia hanya menganggap spesies itu tidak ada gunanya. Merepotkan. Begitulah.

     Saat Airin—sekarang panggil saja Rin—sedang memikirkan syarat yang diberikan oleh mamanya. Cewek itu meradang. Dia benar-benar tidak ingin berinteraksi dengan cowok. Terlalu malas berurusan dengan spesies itu.

     Kaki Rin berjalan pelan menyusuri komplek perumahannya. Tas ranselnya ia sandang sebelah di bahu kiri. Sedang tangan kanannya memegang permen hot hot pop yang berada di mulutnya.

    Tiba-tiba dari ujung gang sana, ia melihat seseorang tengah di palak. Rin memandang malas kejadian itu. Berusaha abai untuk tidak melihat.

    "Haha, siapa yang mau nolong Lo, ha?!"

    Sang tukang palak itu menjambak rambut seorang cowok yang tengah meringis kesakitan. Sesekali cowok yang tengah di bully itu menatap harap pada Rin.

   Rin awalnya tidak mau peduli. Sudah ia bilang ia malas meladeni spesies itu. Tapi, begitu melihat cowok itu menatapnya penuh harap, apa boleh buat?

   Rin mengeluarkan permen dari mulutnya itu, "Woy!"

   Kedua orang yang tengah membully cowok itu pun menoleh pada Rin, "Wah, ada cewek cantik. "

   Salah satu dari mereka mencoba menggapai Rin. Namun, cewek itu dengan cepat menarik tangannya sendiri. Sebagai gantinya, Rin melempar permen hot hot popnya pada cowok itu hingga menempel di baju seragam SMA nya yang putih.

  "Lo?!" Rin hanya menatap santai ke arah cowok itu.

  "Apa?!"  Rin menantang cowok itu, "Permen itu gak seberapa sama luka yang ada di cowok yang Lo bully itu. "

  Cowok itu mendesis kesal. Tangannya kini sibuk menghilangkan bekas permen yang menempel di bajunya.

   Teman cowok itu maju, "Lo gak usah macem-macem. Gua gak pandang bulu. Mau cowok apa cewek bakal gue—"

   Bugh!

   Rin lebih dulu menendang selangkangan milik cowok itu, "Bacot. "

     Cowok itu terduduk di aspal. Bagian bawahnya sakit sekali. Tendangan Rin tidak main-main.

    Rin kemudian berjalan santai ke arah cowok yang sedang dibully itu.

"Bangun. " Ujar cewek itu singkat.

"T-tapi—"

    Rin mendengus. Payah sekali cowok ini, begitu pikirnya.

   Rin mengeluarkan sebuah koin dari dalam saku roknya. Lalu melemparkannya pada kedua cowok itu.

  "Mau duit kan? Nih, " Rin melemparkan koin bernilai 1000 rupiah itu kepada dua cowok yang tengah murka itu. "Dasar pengemis!"

   "Lo bilang apa?"

    Sebelum kedua cowok itu marah dan mengejarnya, Rin lebih dulu menarik cowok yang terduduk di aspal itu untuk berlari.

    Mereka berhenti di sebuah gang sempit yang tentunya tidak dapat ditemukan oleh kedua cowok preman itu. Napas keduanya tersengal. Terlebih napas cowok itu. Sepertinya ia bukan ngos-ngosan melainkan sedang sesak napas.

   "Ma-makasih. "

   "Hmm, gara-gara Lo gue kehilangan permen gue, " ujar Rin ketus.

   Cowok itu berusaha tersenyum, "Nanti aku ganti. "

HIRAETH✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang