20 | Care About You

31 10 2
                                    

"Keef, kamu udah minum obat kan?" Tanya Aruna. Keef yang saat itu sedang membantu Aruna menyiapkan makanan pun menoleh sebentar, "Udah, Ma. "

Hadi menutup koran yang tengah dibacanya. Kemudian berjalan mendekati Aruna dan Keef.

"Kamu jadi ikut kompetisi melukis itu, Keef?" Tanya Hadi seraya menarik kursi makan lantas duduk disana.

Keef mengangguk, "Jadi, Pa. "

Hadi tersenyum, "Lumayan tuh hadiahnya. Yang menang bisa pajang lukisannya di museum nasional. "

Aruna tersenyum senang, "Iya, Keef. Itu kan impian kamu dari dulu. "

Keef tersenyum tipis. Menyusun beberapa gelas di atas meja, "Iya, Ma. Keef lagi cari ide buat lukisannya. "

Aruna mengusap lembut kepala Keef. Walaupun Keef bukan anak kandungnya tapi Aruna sungguh sangat menyayangi anak itu.

"Oh, iya. Belva mau kesini, Keef, " ucap Hadi.

"Kapan, Pa?"

Hadi menggeleng, "Katanya abis ujian semester. "

Aruna terkekeh, "Dia pasti kangen kamu, Keef. "

Keef tersenyum.

"Keef panggil Rin dulu, ya, Ma. "

"Oh, iya, iya. "

"Nanti aja Keef, " ucap Hadi. "Kasian tidurnya keganggu. "

"Rin belum makan apa-apa dari pagi, Pa. Takutnya dia sakit. "

Aruna tersenyum menggoda, "Uuu ada yang perhatian. "

Telinga Keef memerah. Ia jadi malu. Demi menyelamatkan dirinya, Keef dengan cepat berjalan menuju kamar Rin.

Tangannya terangkat hendak mengetuk pintu kamar tersebut. Namun, siapa sangka Rin lebih dulu membukanya sebelum Keef mengetuk pintu itu.

Bugh!

Mata Keef melebar ketika Rin dengan tiba-tiba memeluknya. Perempuan itu menempelkan wajahnya di dada bidang milik Keef.

"Rin?"

"Hiks, K-keef. Mama--" Rin tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Tubuhnya bergetar. Tangisannya begitu lirih.

Ada apa sebenarnya?

Keef memegang bahu Rin. Memaksa perempuan itu untuk menatap ke dalam matanya.

"Kenapa, hm? Ada masalah?"

Rin menatap Keef dengan mata basahnya, "Mama, tolong, dia di rumah sakit. "

Tanpa bertanya banyak, Keef mengangguk mengerti. Menangkup pipi Rin, "Kamu tenang, ya? Kita kesana sekarang. "

Selanjutnya, tangan Keef menggenggam tangan Rin. Berjalan menuju pintu rumah. Sebelum itu mereka berpamitan kepada Hadi dan Aruna. Namun, orang tuanya memilih untuk ikut dan meninggalkan makan malam.

****

Rin tidak sempat melihat keadaan Dewi begitu ia sampai di rumah sakit karena wanita itu buru-buru dimasukkan ke ruang operasi. Dokter bilang, tusukannya sampai mengenai liver.

Disinilah Rin. Duduk di depan ruang operasi sampai menunggu operasi selesai. Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangan. Air matanya tak berhenti mengalir. Perasaannya sungguh cemas.

Bagaimana tidak?

Dewi berjanji akan kembali seminggu kemudian. Namun, yang ditemuinya malah kabar buruk seperti ini.

HIRAETH✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang