14 | Rencana

42 9 4
                                    

Yuan benci harus berada di rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yuan benci harus berada di rumah. Yuan benci selalu di salahkan. Dan Yuan benci hidupnya selalu diatur. Laki-laki itu juga ingin mencicipi kebebasan. Layaknya remaja yang sepantaran dengannya.

Yuan tertunduk dalam. Tak mampu mengangkat kepala menatap sang ayah dengan wajah murkanya.

"Ciuman di sekolah?!" Bentak Dharma.

"Bukan, Pa. Itu salah paham, " ucap Yuan berusaha meluruskan.

"Salah paham apa? Jelas-jelas di foto ini kamu yang pegang dagu dia!" Dharma membuang foto tersebut ke wajah Yuan.

"Percaya sama Yuan, Pa. Papa bisa tanya sendiri sama Rin!"

Dharma menatap anak sulungnya itu tajam, "Jadi, namanya Rin?"

Yuan meneguk ludahnya.

"Kamu pacaran sama dia?" Tanya Dharma. "Jawab papa, Yuan!"

"Iya!"

"Putusin dia. "

Yuan berdiri. Rahangnya mengeras menatap balik Dharma dengan tajam.

"Nggak akan. "

"Berani kamu ngelawan papa?"

Yuan tertawa miris, "Yuan biarin papa ngelarang ini itu. Tapi, buat kebahagiaan Yuan, papa nggak berhak nyentuh itu sedikit pun. "

Yuan beranjak pergi dari ruang tamu meninggalkan Dharma.

****

Rin: Mama dimana?
Rin: Udah makan?
Rin: Mama tadi siaran radio jam berapa? Kenapa kok diganti sama Tante Dian, Ma?
Rin: Ma

Rin membuang napasnya dengan kasar.

Centang satu.

Sudah terhitung dua hari Dewi tidak mengaktifkan ponselnya. Membuat Rin sangat cemas. Entah Dewi sudah makan apa belum. Tinggal dimana. Itu semua menjadi pertanyaan gadis berumur 18 tahun itu.

Langkah Rin berhenti tepat di depan pagar rumahnya. Belum ada yang mengisi rumah minimalis itu. Rin kira begitu dirinya pindah, rumah itu akan diisi langsung oleh seseorang.

Ternyata tidak.

Papanya kejam sekali menjual rumahnya. Rumah satu-satunya. Bahkan barang-barangnya masih utuh di dalam sana. Tangan Rin mengepal kuat di sisi tubuh. Untung saja ponselnya tidak remuk.

Rin dendam sekali dengan Pram. Ingin rasanya menemui laki-laki itu sekarang juga. Namun, Dewi malah melarangnya. Bilang semua akan baik-baik saja. Sebaliknya, wanita itu yang akan mengurusnya.

Sret sret sret

Rin menoleh ketika ia mendengar suara benda diseret.

Itu Keef.

Laki-laki itu menyeret sebuah selang air yang ada di rumahnya. Lalu dibawa masuk ke halaman rumah lama Rin.

HIRAETH✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang