Kiranaziva MaharaniSeorang gadis manis berusia 18 tahun yang baru akan melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Kirana diterima di sebuah universitas negeri di Jakarta pada jurusan Akuntansi. Malam itu Kirana tengah menginap di rumah sahabatnya, Reva--dalam rangka perpisahan. Ya, tidak lama lagi Kirana akan meninggalkan keluarga dan sahabat-sahabatnya di Banyuwangi untuk menempuh pendidikan di Jakarta.
"Nanti kalo kamu udah di Jakarta jangan lupa sama aku ya Na, kita harus sering video call", ucap Reva dengan raut wajah sendu.
"Iyaa Va, tenang aja. Nanti juga aku bakal sering pulang ke Banyuwangi", balas Kirana sambil mengusap pundak Reva untuk menenangkan gadis itu.
"Beneran ya Na, kalo boong aku teror kamu nanti", ancam Reva pada Kirana.
"Takut ihh mainannya neror", balas Kirana sambil terkekeh.
Di sela-sela candaan mereka, tiba-tiba handphone Kirana berdering, tanda ada panggilan masuk.
+62813xxxxxxxx is calling...
"Nomor asing lagi, angkat gak ya Va?", tanya Kirana bingung.
"Angkat aja Na, siapa tau penting"
Dengan ragu-ragu, akhirnya Kirana mengangkat telepon dari nomor asing tersebut.
"Halo, dengan siapa ya?"
"Halo Kirana, ini tante Nia", ucap suara dari seberang.
"Oh, tante Nia. Ada perlu apa ya tan?"
"Kirana, kamu yang tabah ya nak. Mama dan papamu kecelakaan" ucap Tante Nia sambil terisak.
Kirana terduduk lemas seketika. Bulir air mata perlahan jatuh dari kedua netranya.
"Mama sama papa sekarang dimana tan? Aku mau kesana"
"Mama sama papa kamu ada di rumah sakit Medika nak. Disini ada Tante sama Om Sugi yang nungguin mama sama papamu"
"Aa..aku kesana sekarang tan, ti..titip mama sama papa yaa tan..", pinta Kirana sambil menangis.
"Iya sayangg, kamu hati-hati yaa nak"
"Iya Tante makasih.."
Panggilan pun terputus. Tanpa ba-bi-bu lagi, Kirana langsung meminta Reva untuk mengantarnya ke rumah sakit tempat mama dan papanya dirawat.
Diperjalanan menuju rumah sakit, tak henti-hentinya Kirana menangis. Reva terus berusaha menenangkan dan meyakinkan Kirana kalau orangtuanya akan baik-baik saja.
Tak butuh waktu lama, akhirnya Kirana dan Reva tiba di rumah sakit. Mereka berdua langsung menuju ruangan tempat orangtua Kirana dirawat.
"Om, tante.. Gimana kondisi mama sama papa? Mereka baik-baik aja kan?", tanya Kirana penuh harap.
"Kirana....yang sabar ya nakk", ucap Tante Nia sambil terisak.
"Tante Nia kasih tau aku tan, mama sama papa kenapaa..", desak Kirana.
"Mama sama papa kamu......meninggal"
Dunia Kirana seketika hancur. Ia langsung menangis histeris begitu mendapati kedua orangtuanya telah tiada. Ia tak bisa membayangkan hidupnya tanpa kedua orangtua yang sangat menyayanginya.
"Kamu kuat Na, kamu kuat...", ucap Reva sambil memeluk Kirana yang masih menangis histeris.
"Mamaa....Papa...jangan pergii...", ucap Kirana di sela tangisnya-- hingga beberapa sesaat kemudian gadis itu pun tak sadarkan diri.
****
Sudah satu minggu semenjak kepergian orangtua Kirana. Gadis itu masih diselimuti duka yang mendalam. Sepanjang hari ia terdiam sambil memandangi foto kedua orang tuanya.
"Kirana...Tante sama Om Sugi mau bicara sebentar sama kamu nak", ucap Tante Nia lembut.
"Iya Tante, Om, mau bicara apa?"
"Om tau kamu masih berduka atas kepergian mama dan papamu. Itu wajar. Tapi Mereka pasti akan sedih jika melihat kamu terus bersedih seperti ini, Kirana", jelas Om Sugi.
"Kiranaa..sekarang sudah saatnya kamu bangkit nak. Mengikhlaskan kepergian mereka bukan berarti melupakan kan? Simpan kenangan kedua orangtuamu disini. Jangan bersedih lagi. Kejar mimpi dan cita-cita kamu. Buat mereka bangga Kirana..", tambah Tante Nia sambil mengelus puncak kepala Kirana dengan sayang.
Kirana sadar ia sudah terlalu lama bersedih. Sudah terlalu banyak air mata yang keluar dari netranya. Om Sugi dan Tante Nia benar, ia harus segera bangkit. Kirana tidak ingin mendiang orangtuanya bersedih melihat putrinya putus asa seperti ini.
Kirana perlahan menyeka air matanya. Sudah cukup dirinya berlarut-larut dalam kesedihan. Ia berusaha menyemangati dirinya sendiri. Akhirnya, gadis itu bangkit dari keterpurukannya.
"Om Sugi sama Tante Nia bener. Aku akan bangkit. Demi mimpi dan cita-cita aku. Aku bakal bikin mama sama papa bangga", ucap Kirana dengan penuh keyakinan.
"Nahh, itu baru Kirana. Om tau kamu anak yang kuat", ucap Om Sugi sambil mengusap puncak kepala Kirana dengan sayang.
"Anak cantik kesayangan tante..oh iya sebentar lagi kamu udah mau masuk kuliah kan sayang?"
"Iya tante. Aku keterima di salah satu kampus di Jakarta. Oh iya aku hampir lupa, minggu depan udah mulai orientasi"
"Aduh, tante berat banget mau ngelepas kamu Kirana. Tante khawatir kamu sendirian di Jakarta"
Kirana terdiam seketika. Ia sadar dirinya tidak punya kerabat dekat sama sekali di Jakarta. Bagaimana jadinya kalau dia tinggal sendiri? Kepada siapa dirinya akan meminta tolong jika terjadi sesuatu?
"Om tau. Kirana mending sama Mas Kevin aja di Jakarta. Biar Mas Kevin yang jagain kamu disana. Daripada kamu ngekos sendirian, bahaya. Nanti kalau ada apa-apa kan enak, bisa minta tolong sama Mas Kevin", ucap Om Sugi begitu antusias.
"Oh iyaa pa, bener juga. Kok aku gak kepikiran ya tadi. Bener Kirana, kamu gausah takut, meskipun keliatannya cuek, Mas Kevin baik kok orangnya", tambah Tante Nia berusaha meyakinkan Kirana.
Kirana nampak sedang berpikir. Ia tahu Kevin Sanjaya, anak kedua dari Tante Nia dan Om Sugi yang berprofesi sebagai atlit bulutangkis. Ia tahu pria itu, namun mereka tidak saling mengenal. Kevin pulang ke Banyuwangi hanya setahun sekali dan pria itu hanya berkumpul dengan keluarga intinya saja.
Kirana tidak enak jika harus tinggal bersama Kevin. Tapi ia juga takut jika harus tinggal sendiri di Jakarta. Terlebih lagi ia tidak punya kerabat dekat sama sekali disana. Alhasil Kirana pun memutuskan menerima tawaran Tante Nia dan Om Sugi untuk tinggal dengan Kevin selama ia berkuliah di Jakarta.
"Baik Om, Tante, aku mau tinggal sama Mas Kevin di Jakarta", ucap Kirana pada akhirnya.
"Nahh bagus kalo gitu, nanti Om sama Tante yang nganter kamu kesana"
****
Lampung, 20 Januari 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Closer || Kevin Sanjaya
ФанфикBerawal dari sebuah keterpaksaan yang pada akhirnya berujung nyaman