Balada Pak Ngam

4 0 0
                                    

Setiap kali Pak Ngam datang untuk mengamen, Sonya sering sakit perut karena menahan tawa. Apa yang terjadi di balik itu? Beginilah kisahnya

Pak Ngam adalah nama seorang pengamen tua. Mungkin nama "Ngam" diambil dari profesinya sebagai tukang ngamen, mungkin juga dari kependekan nama aslinya, Ngamin. Tak ada yang mempedulikan

Pak Ngam berkelana dari kampung ke kampung. Juga kampung tempat Sonya tinggal. Suaranya sungguh khas, serak seperti tidak sampai dan tentu saja jauh dari sempurna. Seiring dengan ketuaannya Pak Ngam makin tidak diperhatikan. Bisa jadi karena suaranya makin serak dan makin tidak sampai, atau juga kalah bersaing dengan pengamen-pengamen muda yang kian banyak jumlahnya. Namun ini semua tidak mengurangi semangat Pak Ngam

"Ngamen bisa di mana saja. Di bus, di lampu merah, di warung, bahkan di kolong jembatan pun jadi, asal ada yang bayar!" katanya suatu ketika

Hanya satu hal yang membuat Pak Ngam tidak bisa terima, masalah gengsi. Ia tidak rela kalah begitu saja oleh pengamen-pengamen muda yang disebutnya sebagai "pendatang baru". Maka ia berupaya sekuat tenaga untuk membuat suaranya kembali merdu, bahkan ia rela minum jamu, berpantang makanan berminyak, dan berbagai macam syarat lainnya

Hasilnya, nol besar! Untuk itulah ia menemui Sonya, salah satu langganannya untuk mengamen. Siapa tahu ia punya jawabannya

"Lagunya ganti dong!" kata Sonya. "Sheila on 7, gitu lho, atau Padi. Atau lagunya Meteor Garden! Jangan lagu-lagu lama terus, bosan!" kata Sonya

Pak Ngam langsung terbelalak. Mana bisa ia menyanyikan lagu-lagu seperti itu? Selama ini yang dikenalnya hanya lagu-lagu lama berirama keroncong dan langgam Jawa. Belum selesai Pak Ngam terkejut, Sonya menambahi...

"Penampilannya juga ganti, dong! Jangan dekil dan bau, huuu, siapa yang mau bayar mahal kalau begitu. Dandan kayak Tamingsek gitu lho, rambutnya gondrong, lalu pakai baju ketat dan celana jeans. Itu baru oke!"

Pak Ngam manggut-manggut

"Mungkin ini yang dimaui anak sekarang," katanya dalam hati. Maka sejak itulah Pak Ngam mengubah penampilan dirinya menjadi ala Tamingsek. Masalah suara, ia tak perlu kerepotan. Kini zamannya teknologi. Ia tinggal menyewa tape recorder dan aki, lalu tinggal cuap-cuap, pura-pura menyanyi

Hasilnya? Sungguh luar biasa. Penggemar Pak Ngam makin banyak. Tidak hanya orang tua, tapi juga remaja, bahkan anak-anak. Kini, kedatangan Pak Ngam selalu ditunggu. Karena setiap ia datang, suasananya jadi meriah, penuh gelak tawa. Tentu saja, pendapatan Pak Ngam makin berlimpah

Sayang seribu sayang. Gaya Pak Ngam ini hanya bertahan tiga hari. Apa alasannya?

"Aku bukan badut! Aku bukan tontonan yang bisa ditertawakan! Aku ini penyanyi tulen yang hanya menerima duit saat orang senang mendengar suaraku. Lebih baik aku jadi pengamen tua lagi, biar duit sedikit, tapi masih bisa jaga gengsi!"

Begitulah Pak Ngam. Ia masih sering mengunjungi rumah Sonya untuk mengamen. Itulah yang membuat Sonya sering sakit perut menahan tawa karena teringat kembali balada Pak Ngam

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan Cerpen Sonya Gadis PenyihirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang