surat tanpa penerima

15 2 0
                                    

"Pokoknya jangan macem-macem, pulang rapat nanti lo langsung ke tempat les. Gaada kabur-kabur, Darren."

Darren memasukkan ponselnya ke dalam saku. Lagi-lagi Kak Deva mengiriminya voice note agar dia langsung pergi ke tempat les. Darren Chester, usia 15 tahun, jurusan IPA, sedang menempuh semester tiga di bangku SMA, dan punya hobi baru yaitu bolos les. Les persiapan, bimbel, atau apalah namanya itu, yang jelas itu adalah les yang semua orang lakukan untuk persiapan masuk kuliah. Awalnya, Darren berniat untuk bolos les itu hari ini.

Tapi ternyata niatnya itu sudah tertebak oleh Kak Deva.

Darren membanting tasnya di kursi, tidak menghiraukan penduduk bangku sebelah yang kaget karena perbuatannya itu. Jelas sekali Darren sedang menunjukkan sikap 'tidak mau untuk les persiapan'-nya. Wajahnya mengerut, membuat orang-orang disekitarnya kebingungan.

Ketika bel berbunyi, Darren akhirnya begerak, lalu membisikkan sesuatu pada seorang siswi yang sedang duduk di belakangnya.

"Hari ini pelajarannya apa?"

Dahinya berkeringat. Setelah berhasil mengantri membeli es kopi favoritnya, sekarang Darren sedang menunggu skateboardnya yang dipinjam Arka bersama teriknya sinar matahari. Lucunya, Arka yang sedang ditunggu-tunggu ini ternyata sedang ngedate bersama calon pacarnya, yang mana membuat Darren terpaksa harus menunggu lebih lama di depan rumah Arka.

"Sendirian aja nih bro, lagi nungguin pacar ya?"

Merasa familiar dengan suara di sebelahnya, amarah Darren langsung meluap "Lama banget tai!"

Sudah biasa mendengar keluhan Darren, Arka hanya tertawa dan menggeret lengan temannya itu untuk masuk ke dalam rumah. Namun, temannya itu malah tetap diam berdiri di tempatnya, menolak untuk ikut masuk ke rumah.

"Gue diluar aja" tolak Darren.

"Lah, tumben? Biasanya main dulu bos. "

"Hari ini langsung disuruh pulang sama baginda raja."

Mulut Arka spontan membulat membentuk huruf O sebagai respon, "Kalo gitu bentar gue ambil skateboard lo dulu."

Mendengar itu, Darren tersenyum tipis.

"Sekalian minta es batu dong ka, kopi gue udah ga dingin."

Arka mendelik kesal, "Rumah gue bukan warung!"

Incoming Call from Kak Deva...

Panggilan masuk ketujuh dari Kak Deva membuat ponselnya kembali bergetar.
Darren menghela nafas, Kak Deva benar-benar bisa membuatnya gila. Hal sepenting apa yang harus dia bicarakan sampai harus menelepon tujuh kali? Memangnya tidak bisa dibicarakan nanti?

"Ha-"

"Kenapa belum pulang ke rumah?"

Belum sempat Darren menjawab halo, ucapannya langsung dipotong begitu saja.

"Yaiyalah orang masih di jalan??" jawab Darren, kesal karena ucapannya dipotong.

"10 menit Darren. Rumah. Or you'll regret it."

Apa-apaan ini? Sepuluh menit katanya? Mustahil! Lagipula, sejak kapan waktu perjalanan pulangnya harus dihitung seperti ini? Darren mendecak, kesal oleh perlakuan kakak kelasnya yang kebetulan tinggal tepat di saming rumahnya. "Kak! Gue tau lo kesel karna gue boong tentang bolos les kemaren, tapi ga gini juga!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

why, world?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang