Bab 2 - Sudah Seharusnya

5 0 0
                                    

Halo! Selamat malam, readers!

Ketemu lagi dengan Lunar di tanggal kelipatan lima, hehe

selamat membaca!

~~~

Yang selalu baik, bukan berarti harus menyukai.

-Lunarian Enra-

***

Hari itu mendung, tak sedikit pun secercah matahari dapat menembus gumpalan awan-awan kelabu yang pekat. Langit seolah sedang berkabung entah untuk hal apa. Separuh semester di kelas satu telah Lunar jalani dengan tidak cukup baik. Mimpi buruk sepanjang hidupnya terus terjadi, herannya Lunar sendiri tidak mengerti mengapa hal itu terus saja menimpanya sejak sekolah dasar.

Hari itu, Lunar merasa sangat lelah, seseorang kembali mencoret bangku dan mejanya di kelas. Anak broken home! Si orang gila! Si sinting! Si caper! Gak tau diri! Coretan-coretan itu diiringi dengan gambar-gambar mengejek. Nyaris menutupi seluruh mejanya. Bahkan, mereka juga sengaja meletakkan tanah dan sampah-sampah bau. Dia bingung, apa yang harus ia lakukan agar bisa hidup di tempat yang tidak seorang pun mengganggunya.

Lunar yang tidak bisa menerima semua itu, lantas menyeret meja tersebut ke luar. Dia menyeretnya sampai ke kelas Viel dan kawan-kawannya. Lunar tidak mau lemah lagi, ia ingin hidup tenang, karena itu ia akan melawan. Dia menyeret dan mendorong sampai jatuh hampir mengenai Viel dan kawan-kawannya.

"Bersihin!" seru Lunar membuat seruangan kelas dan siswa di lorong yang mengintip dari jendela terdiam.

"Kamu kenapa, Lunar?" tanya Viel tak berdosa.

"Kamu gak usah pura-pura, Viel. Kamu tuh busuk, sama kayak hati kamu!" ujar Lunar dengan berani.

"Kok kamu bilang gitu ke aku? Lunar, aku beneran gak tahu apa-apa." Viel membela dirinya dengan wajahnya yang dibuat-buat tak bersalah, Karena Lunar tidak punya bukti yang cukup kuat untuk membuat Viel menjadi tersangka.

"Bersihkan!" teriak Lunar. Dia menarik tangan Viel dengan paksa.

"Gak punya bukti, gak usah nuduh, Lunar!" Viel melepas paksa tangannya.

"Ada apa ini rame-rame?" ujar seorang guru masuk ke ruangan kelas. Dia melihat siswa berkumpul di kelas 1-A hingga, memadati lorong sekolah.

Semua murid langsung kaget dan berhamburan pergi dari lokasi. Mereka tidak ingin sampai terlibat. Guru BK tersebut menyiutkan nyali semua siswa untuk menonton pertengkaran Viel dan Lunar lebih jauh, sebab siapa pun yang melihat guru BK, bulu kuduk mereka bergidik karena merinding. Jangan salah, ruang BK yang gelap dan seram di sudut sekolah pun seperti ruangan yang apabila dimasuki selamanya tidak akan pernah keluar.

"Ini kenapa pagi-pagi bertengkar?" selidik Bu Silqi—guru BK.

"Ini kenapa meja ampe terbalik gini, kotor pula!" Mata Bu Silqi menatap tajam seluruh kelas yang beralih pandang, menyisakan Lunar sendirian berdiri di dekatnya.

"Ini meja siapa?" Semua masih diam, tidak berani menjawab.

"Kalian tahu, kan? Merusak fasilitas sekolah itu dilarang?" Lagi-lagi semua masih diam.

"Saya tanya sekali lagi, ini meja siapa? Kenapa kalian pada diam seperti menengok hantu? Jangan bikin saya makin kesal, ini masih pagi!" ujar Buk Silqi nadanya tegasnya mulai meninggi.

"Meja saya, Bu," jawab Lunar.

"Berdirikan mejanya!" seru Bu Silqi. Suara tegas yang terdengar tajam di telinga, membuat siswa berprasangka Bu Silqi guru BK yang sangar. Di tambah lagi, rumor-rumor dari senior. Semakin memberi bumbu yang tidak sedap bagi siswa kelas satu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arah Pulang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang