Nomer asing.

5 1 0
                                    

Unknown.

| Wkwkw mau mau aja lo dibodohin Haikal.
| Lo semua tuh cuman dianggap babu buat dia.
| See? Lo ga ngerasa sifat bossy-nya?

ganggu anjirt|
ga penting amat chatnya|
gua lagi nge game, mabar ga?|
bagi id lo sini|

| Cepat atau lambat, gua bakal bikin
kalian pisah.




"Norak ah, ga jaman banget ngechat orang pakai unknown unknown begini."

Kirain tadi ada nomer baru yang nge tc. Harap harap cewe cantik nyasar ke kontaknya, ga taunya orang gabut pakai profil WhatsApp malaikat izroil.

Nabas senderkan lagi punggungnya nyaman ke tembok kelas. Dia sengaja berangkat lebih awal.

Kalau pagi pagi begini, wifi sekolah lancar. Nabas yang kerjaannya tukang habisin kuota tapi ga modal jadi terbantu.

Lagi asik mainin ponselnya. Suara tapakan kaki masuk ke dalam kelas, Nabas melirik sekilas.

"Buset, hoki banget gua berangkat pagi," katanya, nada bicaranya rendah kok.

Tiba tiba Aila berdiri dari kursinya. Membuat atensi Nabas jadi gagal fokus antara ke layar atau ke cewe yang sekarang jalan ke arah dia.

"YAH ANJIR KALAH!" teriaknya frustrasi. Tapi marahnya tertahan, lantaran Aila yang udah berdiri aja di samping mejanya..

"Eh, Aila? Kenapa?" Nabas pause dulu gamenya. Menyorot Aila yang agak gugup mau membuka obrolan.

"Eum.. Aku boleh nitip ini?" Aila angkat paper bag kecilnya, gambarnya dora bareng monyetnya. "Buat Haikal."

"Boleh aja." Nabas ambil paper bagnya. "Haikal doang, gua engga?" katanya bercanda, serius dia ga beneran minta tapi kayanya Aila malah bikin ini serius.

"Oh? Ma-maaf, aku cuman bawa buat Haikal."

"Bercanda elah, jujur amat."

Cewe itu ketawa canggung. Mungkin merasa ga enak? "Minta tolong ya, makasih."

"Iya iya," balas Nabas agak kecewa.

Setelah Aila balik ke kursinya. Nabas juga balik ke kegiatan awalnya. Jadi dia nyamanin sebentar posisi duduknya.

Mengangkat dua kakinya ke atas kursi, sedangkan punggungnya dia senderin ke tembok kelas.

Posisi paling pw, apalagi kalau ada yang suapin dari meja depan, aduh Nabas jadi laper.

Di rumah belum ada yang masak, Nabas berangkat sekolah aja emaknya masih ngorok di kamar.

Ting!

Satu lagi notif yang bikin Nabas antara pengen makan nasi atau makan orang.

Unknown.

| Lo mau satu fakta?
| Haikal adalah orang yang paling lo benci suatu hari nanti.

...

Geng ODGJ sekarang udah ngumpul ditempat biasa, deket lapangan tapi dibawah pohon besar.

Mereka duduk sambil makan gorengan. Haikal sama Angga ngesot dibawah, sedangkan yang lain duduk di atas kursi.

"EH KAL!" Nabas tiba tiba ngegas.

Yang dipanggil cuman noleh sebagai respons. Gorengan bu kantin terlalu enak.

"Tadi, si Aila nitip papper bag ke gua. Isinya bekal kayanya."

Haikal telan dulu gorengannya. "Kenapa baru bilang sih nyet, udah habis gorengan lima gua."

"Ya maapin, lupa. Gua taruh di loker gua," katanya. Mulutnya penuh sama roti rahmat.

Mengangguk, dan acara makan dilanjut dengan lumayan ribut, ya namanya juga cowo ya bro.

"Weits Aila, hp baru nih," goda Nabas sesaat waktu cewek itu bareng Jingga lewat di depan mereka.

"Jangan genit tolol, cewek dikit lo cegatin." Angga nampol kaki Nabas yang nge-glantung di belakangnya.

"Halah bilang aja kamu cemburu kan, maz." Sambil ngetoel dagu milik Angga di bawah.

Aila senyum. "Hehe iya, aku baru beli kemarinn."

"Maafin Sella ya." Kalau yang ini Haikal. Jujur aja malah dia yang ngerasa ga enak, karena ya...

Sella ngelakuin itu pasti karena ga suka, dari awal Aila datang ke sekolah mereka ( Aila - Haikal) udah langsung banyak yang comblangin.

Raja terkekeh. "Kayanya ada yang mulai buka hati nih." 

Omong omong hubungan keduanya baik baik aja kok, Haikal kalau moodnya jelek emang mode senggol bacok. Lagian Raja digituin doang ga baper.

"Najis! Amit amit Haikal gua, sama penunggu lawang sewu," timpal Nabas lagi.

"Bukan elo, tapi Haikal." Kali ini Ravi. Sebentar dia nonyor dahi Nabas biar ga asal nerocos.

Sementara Aila kasih senyum simpulnya. "Gapapa kok, aku udah maafin."

Angga tepuk tangan. "Gila gila anying, kalo gua jadi lo bakal gua tagih terus sih."

"Alah itu jiwa miskin lo aja yang teriak." Naren tergelak, tapi ga lama langsung batuk berdahak. Karma.

"HAHAHA MAMPUS."

Aila terkekeh. "Aku ke kelas dulu." Yang mana langsung membuat cowok cowok di sana kompak kasih anggukan.

"Kal."

Panggilan Ravi ngebuat Haikal alihin atensinya ke cowok itu. "Paan?"

"Aila, kayanya suka sama lo."

Ke- tiga temennya diam, menyorot raut Haikal yang terbilang santai dan biasa aja.

"Terus? Ya biasa, resiko anak ganteng."

Nabas berdecih. "Gantengan gua."

"Lah Aila milih gua tuh?" Haikal menjulurkan lidah nyebelin.

"Ya elo lagi hoki aja, pokoknya gantengan gua."

Angga menghela. "Ribet, padahal gantengan gua."

"Biasa aja. Malah mancungan gua," balas Raja.

Ngebuat Haikal, Naren, maupun Angga langsung berekspresi datar. "Lo ga diajak bangsat."

Lain Raja, milih buat diam diam habisin sisa gorengan yang tinggal empat. Kesempatan bagus.

Otak cerdas yang mulai lelah ini harus diberi banyak tenaga, temanan sama empat bencong bangjo ini ga gampang, effrot buat bertahan harus segede burj khalifah.

"Padahal juga mancungan gua."

Padahal elo udah bener diam aja, Ravi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be Loser.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang