"Wah.. terimakasih Mas, repot2 pakai bawa bunga segala", ucap Mila terlihat sangat bahagia ketika Mas Rian datang dengan sebuket bunga untuknya.
Hal inilah yang tidak ingin aku lihat. Ini mengingatkanku pada masa indah yang terasa sakit untuk diingat.
Sama seperti Mila, aku juga pernah menerima sebuket mawar dari Mas Rian bedanya. Mas Rian memberikan mawar merah pada Mila, tapi dulu dia memberikan mawar putih untukku.
"Kamu tahu apa arti mawar putih?", tanya Mas Rian waktu itu.
Aku menggeleng dan berkata "Memangnya mas tahu?"
"Aku membaca sebuah artikel bahwa bunga mawar putih melambangkan cinta sejati", jawabnya yang saat itu sedang berdiri di depanku memposisikan kaki kamera.
"Itu hanya simbol Mas, mau cinta sejati atau bukan, kan itu tergantung yang menjalani dan kearah mana porsi cinta mereka", jawabku sambil sesekali mencium harum aroma mawar yang aku peluk.
"Apa yang kamu katakan itu benar. Makanya aku sedang berusaha agar porsi cintaku ke arah yang benar. Mencintai karena Allah dan menjalani hubungan kita dalam keseriusan", ucapnya lalu memposisikan dirinya di belakang kamera.
Hari itu Mas Rian mengambil foto diriku saat kelulusan. Dia bilang ingin sekali berfoto berdua denganku, tapi takut menjadi dosa. Karena itu dia hanya mengambil foto diriku sendiri.
"Jadi bagaimana mbak Hany?", tanya Mila menyadarkanku kembali
"Iya mbak", jawabku refleks
"Jadi bagaimana dengan busana pakaian adat yang saya pesan sudah selesai?",tanyanya lagi
"Iya mbak, sudah. Mari saya antarkan mbak sama calonnya ke dalam ruang fitting", ajakku.
Kami lalu menuju ruang fitting di lantai 2. Aku mempersilahkan Mila untuk masuk kamar ganti dan mengenakan pakaian yang telah selesai dirancang sesuai pesanannya. Pakaian Adat Jawa yg lengkap tapi menggukan bahan yang berkualitas, ringan dan nyaman dipakai.
Saat menunggu Mila mengganti pakaian. Hanya tertinggal aku dan Mas Rian yang ada di ruang tunggu. Aku tetap berdiri sambil sesekali mencuri pandang pada orang yang sudah lama tidak aku lihat itu.
Sedangkan sang objek duduk nyaman di sofa sambil membolak balikkan majalah.
"Apa ada sesuatu di wajah saya?", tanyanya tiba2
Aku kaget. Dia menyadarinya. Padahal aku sudah mencoba untuk berhati2.
"Hm.. gak ada Mas", jawabku singkat.
Dia lalu mengangkat wajahnya mengalihkan pandangannya dari majalah ke arahku. Menatapku dengan kerutan kening.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?", tanyanya lagi
"Iya Mas?!", aku kaget
"Aku merasa wajah anda sangat familiar", lanjutnya
"Owh.. tentu saja Mas, kita kan pernah bertemu sebulan yg lalu saat meeting pertama", jawabku berusaha tenang.
"Bukan hari itu, entah kenapa aku merasa sudah lama mengenal anda"
"Mungkin hanya perasaan anda, dan wajah saya memang pasaran, jadi mungkin memang anda pernah bertemu dengan orang yang wajahnya seperti saya", jelasku.
Tak lama kemudian Mila muncul dari balik tirai dengan mengenakan pakaian adat. Sungguh cantik. Memang sepertinya dia yang lebih cocok untuk Rian.
Aku lalu memandang ke arah Rian. Dia tersenyum tanpa komentar saat memandang Mila. Dan tanpa disengaja dia memandang ke arahku hingga mata kami bertemu. Segera aku alihkan pandanganku. Lalu menghampiri Mila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Rose
RomanceCerita seorang wanita dan perjuangannya. Hany Septa Mela. Seoarang wanita yang selalu optimis dan yakin dengan segala keputusannya. Tapi semua berubah saat dia bertemu seorang pria bernama Rian. Si Panda. Pria yang setelah bertemu sekilas 3 kali di...