Pagi yang cerah di hari yang tak dinantikan. Angin yang terasa menusuk ke pori2 kulit, semakin membuatku tenggelam dalam bisikan setan agar tetap terlelap dalam tidur.
Sampai suara musik "Henry -It's You" membangunkanku. Suara yang berasal dari nada dering HPku.
Satu panggilan WA masuk dengan nama yang tertera disana adalah Jenny bersama foto profil yang sepertinya baru dia ganti. Aku menekan tombol hijau pada layar dan meletakkan Hpku di telinga kiriku."Assalamu'alaikum..", sapa Jenny melalui telpon.
"Wa'alaikumsalam", sahutku setengah sadar.
"Astaghfirullah Han.. kamu masih belum bangun", suara jenny terdengar marah
"Hm..", jawabku masih hanyut dalam buayan bantal
"Iya aku tahu kamu tadi malam begadang dan kebetulan sejak kemarin datang bulan, tapi ini bukan waktunya terbuai dengab bantalmu itu. Apa kamu lupa hari ini kita ada janji meeting ketemu sama klien jam 8.00"
Sontak aku terbelalak, karena melupakan hal sepenting itu.
"Sekarang jam berapa Jen", tanyaku bergegas bangun
"7.36", jawab Jenny.
"Astaghfirullah, sorry Jen.. aku benar2 lupa. Ya udah, aku sekarang siap2 dan cuz kesana"
"Iya kali ini aku maafkan. Ya udah geh siap2. Dan hati2 di jalan, gak usah ngebut2 naik motornya. Ntar aku kasih alasan ke klien alasan kamu terlambat", ucap Jenny.
"Oke, makasih yah Jen. Sahabat terbaikku I love you"
"Love you too" balas Jenny
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Setelah mengakhiri panggilan, aku bergegas mandi dan siap2. Karena waktu mepet aku hanya sempat mandi dan berpakaian.
"Untung dokumen presentasi sudah aku siapkan lebih dulu tadi malam. Tinggal berangkat", gumamku.
Aku lalu menuju sepeda motorku di gudang. Tanpa membuang waktu aku menyalakan mesin motor dan segera melintasi jalanan.
Setelah bernjuang dengan waktu, akhirnya aku tiba sekitar jam 8.16. Terlambat.
Aku mencoba mengirim chat pada Jenny. Apa aku sudah bisa menghampiri mereka. Dan Jenny dengan cepat membalas pesanku
"Sudah boleh", jawabnya.
Aku langsung masuk kafe dan menghampiri meja no 7 tempat janji bertemu klien.
Aku melihat Jenny duduk di hadapan 2 orang klien hari ini.
Melihatku Jenny segera melambai, akupun langsung bergegas menghampirinya."Perkenalkan ini Desainer Busana kami, Hany Septa Mela", ucap Jenny memperkenalkan.
"Assalamu'alaikum, perkenalkan saya..", ucapku terhenti saat melihat wajah yang aku kenal dari kedua klien itu "Hany", sambungku pelan mencoba mengendalikan diri.
"Kedepannya ibu Hany ini yang akan mendesain busana yang akan bapak dan ibu gunakan mulai dari akad sampai resepsi", ucap Jenny menjelaskan.
Sedangkan aku hanya senyum tanpa bisa mengatakan apapun, seakan mulutku terkunci dan membisu.
Aku seakan kehilangan kendali akan diriku. Tidak bisa mendengar apapun, hanya fokus pada rasa kaget. Dan aku kehilangan kendali mataku yang dengan semaunya mencuri pandang ke arah orang itu.
"Han.. Hany", senggol Jenny dan berbisik
"Kamu kenapa dari tadi bengong dan diam aja", bisiknya.
"Dia.. Orang itu", bisikku
"Orang itu? Orang itu yang mana? Mempelai pria?"
"Iya"
"Trus kenapa sama mempelai pria?"
"Dia di Panda", jawabku
"Panda? Panda apa sih Han?", ucap Jenny.
"Panda..Apa!!!", ucapnya tiba2 mengeras.
"Ada apa mbak Jenny?", tanya Mila klien kami dan mempelai wanitanya.
"Gak pa2 mbak. Maaf saya dan teman saya mau ke toilet sebentar yah mbak", jawab Jenny.
Lalu menarikku menuju toilet.
"Sekarang ceritakan padaku, kok bisa si panda jadi klien kita?"tanya Jenny
"Aku juga gak tahu, selama ini kita hanya berhubungan dengan Mila dan dia gak pernah mengatakan nama pasangannya", jawabku.
"Kenapa selama ini dia merahasiakan kalau si panda adalah pasangannya?", tanya Jenny yang akupun bertanya dan gak tahu jawabannya.
"Tapi kamu gak pa2 kan Han?", tanya Jenny.
"Iya, aku gak pa2. Itu sudah setahun yg lalu, aku gak ada penyesalan apapun", jawabku menenangkan Jenny yang terlihat khawatir. Meski aku harus berbohong.
Aku sebenarnya masih sama dengan hari itu, satu tahun yang lalu. Masih dalam penyesalan yang sama karena aku menyerah dengan keadaan dan menyerah dengan si panda.
Kami kembali bersama menghampiri pasangan yang terlihat begitu bahagia. Seperti tidak pernah ada masalah yang menghampiri. Hanya aku yang bermasalah. Bermasalah dengan penglihatanku, pendengaranku, dan juga hatiku.
"Sedih dan sakit, tapi itu terobati dengan pancaran bahagia di wajahnya", gumamku saat melihat dua pasangan di hadapanku ini.
"Baik kita sudah sepakat yah mbak, tolong di atur sesuai rencana yah", pinta Mila
"Baik bu", jawab Jenny lalu menjabat tangan Mila begitu juga aku.
Dan saat si panda mengulurkan tangan ke arah Jenny, Jenny menyambutnya tapi saat ke arahku. Aku hanya membeku menatap uluran tangannya.
"Hm.. maaf pak, ibu hany membantasi kontak lawan jenis", ucap Jenny membelaku.
"Owh.. maaf.. saya tidak tahu", ucap si panda
Asing. Seperti itulah cara bicaranya dan caranya menatapku. Aku seperti orang baru yang dia kenal. Seakan aku gak pernah ada di hidupnya.
"Bukankah ini yang kamu mau Han.. dia sama sekali gak mengenalimu, sama sekali gak mengingatklmu. Semua sesuau dengan apa yang kamu inginkan waktu itu. Lalu untuk apa kamu merasa sakit?",gumamku melihat sosok itu semakin menjauh keluar dari balik pintu kaffe.
"Kamu gak jujur Han!", ucap Jenny.
"Kamu salah jen, aku memang gak jujur, tapi aku juga gak berbohong", sahutku
"Ekspresi di wajahmu saat menatapnya mengatakan segala Han", balasnya lagi.
"Aku.."
"Berhenti untuk mencari alasan. Aku gak akan memaksamu mengatakan segalanya. Tapi aku mohon profesionallah", pintanya.
Itu benar. Aku hari ini benar2 sangat tidak profesional.
Sungguh, ini bukan hari yang aku nantikan. Sejak saat itu, aku berhenti menantikan hari ini. Hari saat kami kembali dipertemukan. Tapi bukan dalam situasi seperti ini. Dan aku masih harus bertemu mereka selama 1 bulan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Black Rose
RomantizmCerita seorang wanita dan perjuangannya. Hany Septa Mela. Seoarang wanita yang selalu optimis dan yakin dengan segala keputusannya. Tapi semua berubah saat dia bertemu seorang pria bernama Rian. Si Panda. Pria yang setelah bertemu sekilas 3 kali di...