Tepung ft. Wooyoung

1.5K 175 8
                                    

Dulu, Wooyoung tidak ngerti alasan ibunya tak mau bawa bayi pas beliau masak. Padahal bayinya 'kan cuma diam aja, pastinya tidak akan berbuat ulah yang berujung merepotkan. Iya, itu dulu. Sekarang, Wooyoung baru mengerti alasannya.

"Astaga, Choi San!" Pekik Wooyoung saat melihat San kecil yang mencoba meraih tempat pisau.

Wooyoung memindahkan tempat pisau itu ke rak atas, jauh dari jangkauan San kecil. Sementara si bayi yang merasa mainannya telah diambil lantas mengerutkan alisnya, bibirnya mencebik, matanya memicing memandang sinis Wooyoung.

Si Jung bukannya merasa takut, malah tertawa puas. Dia meledek, "Apa? Kau tak bisa meraihnya ya?"

San mengepalkan tangan kecilnya, lalu mengangkatnya ke udara seperti ingin memukul Wooyoung. Wooyoung sendiri sengaja menjauhkan tubuhnya agar San tidak bisa memukulnya. Si bayi yang terduduk di meja pantry lantas merangkak, menuju tepi untuk meraih Wooyoung tanpa memedulikan dirinya yang sedang berada di tempat tinggi dan bisa terjatuh. Wooyoung yang menyadari si kecil semakin mendekat ke pinggir lantas meraih tubuh bayi kucing itu, menggendongnya. Kemudian mencium pipinya sampai-sampai si korban melupakan niatannya untuk memukul Wooyoung beberapa saat lalu.

Wooyoung tertawa lepas, namun setelahnya tawanya reda ketika mencium bau gosong. Dia melihat kompor yang masih menyala dengan asap mengepul di atasnya. Sial, dia lupa sedang memasak sekarang. Wooyoung langsung menurunkan San di lantai, bergegas mematikan kompor dan mengecek makanan yang dimasaknya sudah berwarna hitam. Bahkan pinggirannya juga mulai menghitam sewarna arang. Makanannya tidak akan bisa dimakan.

Wooyoung berjalan meninggalkan dapur, hendak mencari Seonghwa agar mengajak member lainnya untuk sarapan di luar aja, melupakan San kecil yang masih terduduk di lantai dapur.

San memperhatikan Wooyoung yang meninggalkan dapur. Dia tidak merengek ataupun menangis. Kemudian fokusnya teralih melihat salah satu rak pintu dapur yang terbuka sedikit. San merangkak mendekati rak itu, mendorongnya pelan dengan susah payah agar terbuka lebih lebar. Dia menatap bagian dalam rak itu yang agak gelap, kemudian perhatiannya teralih pada kantong kertas berwarna kuning cerah. Dengan tangan mungilnya si bayi kucing mencoba meraih benda berwarna kuning itu. Namun sayang, ketika tangannya berhasil meraih kantong kuning tadi, kantongnya malah robek membuat isinya berceceran di bagian dalam rak sampai ke lantai dapur.

San menatap benda putih yang berceceran di lantai dengan pandangan berbinar bahagia. Dia menyentuh benda asing tersebut, lalu tertawa girang.

"Nju~ Yeay, nju!" ["Salju~ Yeay, salju!"]

San bertepuk tangan, membuat tepung yang menempel di tangannya menjadi berterbangan, membentuk asap tipis di udara. Selang beberapa saat si bayi kucing terdiam, hidungnya mengerut dan tatapan matanya kosong. Tak lama setelahnya bunyi bersin terdengar. Bukannya menangis, San kecil malah semakin kegirangan.

"Iya. 'Kan tadi sekalian jagain San-ie jadi lupa kalo kompornya nyala. Jadinya gosong deh, Hyung. Ka–" Mata Wooyoung melotot melihat lantai dapur yang tadi bersih kini penuh tepung. Manik coklatnya melirik si pelaku kekacauan yang masih asik bermain tepung. Pipi, hidung bahkan telinga kucing San sudah berwarna putih akibat tepung tadi. Wooyoung berkacak pinggang sambil berseru, "Kau bersenang-senang ya, kucing?"

San yang mendengar suara Wooyoung lantas menatap ke sumber suara. Dia melihat si Jung yang auranya agak berbeda. Apapun itu, San-ie tidak suka Woo yang seperti ini, membuatnya tidak nyaman :< Lalu matanya melihat Seonghwa di belakang Wooyoung yang sedang memegang kepalanya.

"Yuung!" ["Hyung!"] San memanggil Seonghwa, berharap mendapat bantuan dari Hyung tercintanya.

Seonghwa menghela nafas, berjalan melewati Wooyoung dan langsung menggendong si hybrid kucing. "Wooyoung tolong bereskan ini juga. Kita akan sarapan setelah aku membersihkan San-ie," pesannya sebelum meninggalkan dapur.

Sekarang Wooyoung mengerti kenapa bayi dan dapur adalah kombinasi yang buruk. Benar-benar buruk.

*****

Sesuai dengan ucapan Seonghwa, mereka semua hari ini sarapan di luar. Untungnya ada sebuah restoran private tidak jauh dari dorm mereka. Para member berangkat lebih dulu, sementara Seonghwa harus membereskan San yang tubuh dan bajunya dilumuri tepung.

Setelah selesai dengan penyamarannya, Seonghwa keluar dari dorm ATEEZ dengan San dalam gendongannya. Dia berjalan mengendap-endap keluar dari gedung. Baru setelah tiba di trotoar, Seonghwa mulai berjalan selayaknya orang normal. Dia juga sedikit membungkuk pada beberapa orang yang lewat.

Kurang dari dua puluh menit, Seonghwa sampai di restoran private yang dimaksud. Dia langsung menuju ke ruangan di mana member ATEEZ berada. Ternyata mereka semua belum memulai makan karna menunggu kedatangan Seonghwa. Setelah Seonghwa duduk dan menurunkan San dari gendongan –si bayi langsung meminta dipangku Yunho–, mereka baru memulai sarapan yang agak terlambat itu.

Seperti biasa, Mingi memberikan biskuit bayi kepada San kecil sebagai cemilan. Sementara member lainnya mulai memakan sarapan mereka, termasuk Yunho yang satu tangannya memegang San yang dipangku di pahanya.

"Bisa, Yun?" Tanya Hongjoong.

Yunho meletakan sumpitnya setelah memasukkan sepotong ikan ke mulutnya. Dia membentuk huruf o dengan jempol dan jari telunjuknya, pertanda OK.

San kecil yang mulai bosan dengan biskuitnya hanya menatap makanan itu, sesekali memukulkannya ke tangan Yunho yang sedang memegang perutnya agar tak terjatuh. Matanya mulai jelalatan menatap makanan yang tersaji di meja, terlihat menarik walaupun si bayi kucing tidak tau makanan apa itu.

"Unoo!" ["Yunho!"] Pekik San sambil mendongakkan kepalanya agar bisa bertatapan dengan Yunho.

Yang dipanggil Yunho, yang nengok semua member. Mereka langsung memusatkan perhatiannya pada si bayi hybrid, takut kucing kesayangan mereka memerlukan sesuatu.

"Mam," tunjuk San pada makanan di meja.

"Iya. Ini makanan." Wooyoung mengambil salah satu udang di meja dan memakannya.

Iya San-ie tau kok itu makanan, tapi masalahnya San-ie juga mau makan makanan itu. Orang dewasa ini kenapa nggak pernah paham mau San-ie sih? (ノ`Д´)ノ

Tangan mungil San mengepal, memukul-mukul telapak tangan Yunho walaupun tidak terasa sakit sama sekali. Telinga kucingnya berdiri tegak seperti menyalak tanda dia sedang marah. Dia berseru, "Hng! Mam! Mam!"

Yeosang mengambil San kecil dari pangkuan Yunho. Kebetulan si Kang juga sudah menyelesaikan sarapannya. Sementara San kecil masih mengamuk dengan memukul dan menendang ke segala arah.

"San-ie."

Si hybrid tidak peduli, masih mau melanjutkan aksi protesnya karna tidak mendapatkan makanan yang sama seperti yang lain.

"Makanan itu nggak enak, San-ie," jelas Yeosang.

San-ie tidak peduli, San-ie cuma mau marah!! (ノ`Д´)ノ

"Mpus, jangan ngambek dong," ledek Mingi.

San kecil yang sedang mengamuk langsung menghentikan aksinya. Alisnya mengerut, matanya menyipit, tangan kecilnya yang tadi mengepal kemudian terbuka. Dia menggerakkan tangannya ke kanan dan kiri sambil berujar, "No~ Uthan mpus, nii Can-ie!" ["No~ Bukan mpus, ini San-ie!"]

"Lah, sempetnya protes dia," gumam Hongjoong.

ToBeContinued

Hillow hillow👀
Any request?

[✓] Little Kitten Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang