BAB I

30 7 1
                                    

'𝑺𝒂𝒚 𝒊𝒕 𝒃𝒆𝒇𝒐𝒓𝒆 𝒊𝒕'𝒔 𝒕𝒐𝒐 𝒍𝒂𝒕𝒆'

11 tahun kemudian...

Ellena tumbuh menjadi gadis yang cantik dan juga baik. Ia menjadi terkenal di seluruh kalangan bangsawan karena menjadi teman dari pangeran ketujuh. Keduanya menjadi sahabat seiringnya waktu berjalan.

Ternyata waktu berlalu sangat cepat hingga salah satu dari mereka memiliki sebuah perasaan untuk waktu yang lama.

"Kenneth, apa aku boleh menjadi partner dansamu di acara ulang tahun pangeran keempat nanti?" Mereka berdua berada di bawah pohon besar sedang memandang pemandangan kerajaan Greynorth dari atas bukit.

"Pfft...Mengapa kau bertanya seperti itu?" Kenneth tertawa mendengar permintaan Ellena yang tak biasa itu.

"Hmm...Karena aku ingin," ucap Ellena kini menatap Kenneth.

"Bukankah kau biasanya selalu menerima tawaran dari pria yang sesuai tipe idealmu?" tanya Kenneth. "Yaa, walaupun beberapa kali kau menerima tawaranku karena kasihan," tambahnya lagi diselingi tawa smirk-nya.

"Ellena yang dulu juga menerima bukan karena alasan kasihan," balas Ellena sedikit tertawa kecil.

"Benarkah?" pikir Kenneth sambil memicingkan matanya lalu sedetik kemudian ia tersenyum menanggapi jawaban Ellena.

"Entahlah, pria idealmu yang belum kau terima masih banyak, jadi mungkin aku pergi dengan yang lain saja," ucap Kenneth menjadi serius dan tak menatap wajah Ellena.

Ellena yang mendengarnya hanya bisa menahan rasa sakit di hatinya. Ia ditolak oleh Kenneth. Sejenak ia ingat dengan masa lalu ketika Kenneth mengajaknya karena tidak memiliki partner dansa selain Ellena, tetapi Ellena yang tak ingin ketahuan perasaannya lebih memilih pergi bersama orang lain.

Ellena berpikir dirinya yang masih remaja sungguh bodoh dan juga pemalu. Akibat perbuatannya itu, dirinya yang sudah dewasa menjadi menanggung itu semua setelah mengumpulkan keberanian yang ingin keluar dari zona cinta dalam diam.

Karma datang begitu cepat, tetapi setelah dipikir kembali ternyata ia yang telat. Di setiap ada kesempatan Ellena selalu menghindar walau sesekali ia memberanikan diri. Setidaknya ia pernah mencoba beberapa kesempatan itu.

"Sudah petang, ini saatnya kita turun sebelum jalanan menjadi gelap." Perkataan Kenneth barusan membuyarkan ingatan Ellena akan masa lalu. Mereka berdua pun akhirnya turun dengan menunggangi kuda mereka yang tak jauh dari mereka duduk.

Keduanya saling ingin memimpin untuk siapa yang bisa mencapai bawah terlebih dahulu. Mereka saling tertawa saat mereka saling mendahului.

Namun, dibalik tawaan Ellena, ia masih terganggu dengan percakapan mereka di atas bukit. Jawaban Kenneth sedikit membuatnya khawatir jika pernyataan tersebut bukan sekedar pembicaraan biasa. Bagaimanapun sahabatnya ini seorang pangeran, ia juga sadar batasan dengannya untuk tidak memaksa lebih.

•••

Beberapa minggu kemudian...

Ellena cemas pasalnya undangan yang ia harapkan dari Kenneth tak pernah datang. Padahal lusa sudah acara ulang tahun pangeran keempat. Ia berulang kali memeriksa tumpukan surat di antara surat undangan yang lainnya. Namun, nyatanya surat tersebut memang tak pernah Kenneth kirimkan padanya.

 Namun, nyatanya surat tersebut memang tak pernah Kenneth kirimkan padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE SIXTH PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang