Bag 7: Puk-puk

146 10 2
                                    

***

Mulut penuh Jeon sibuk mengunyah makanan yang tersaji di meja. Tak lupa ditemani oleh seorang gadis yang sedang duduk dihadapannya dan hanya memandangi lelaki itu menghabiskan makanan yang dia buat beberapa saat lalu. Siapa lagi kalau bukan Fujiara Anastasya?

Diam-diam Fujiara tertawa geli melihat cara makan Jeon yang seperti anak kecil. Bocah itu seperti tidak pernah diberi makan saja. Fujiara jadi gemas sendiri ketika melihat Jeon makan bahkan dengan bibir yang berantakan.

Jeon yang asyik menikmati ayam gorengnya tiba-tiba menegang di tempat duduknya ketika Fujiara mengusap sudut bibirnya perlahan. Gadis itu berdiri dan merentangkan tubuhnya, sangat dekat hingga membuat Jeon entah mengapa menjadi gugup. Fujiara membersihkan butiran nasi yang menempel di bibir Jeon tanpa menyadari ekspresi lelaki itu yang tiba-tiba menjadi berubah total.

"Pelan-pelan aja makannya bisa gak sih, dek? Kamu makan aja masih kaya bocil heran" ucap Fujiara dengan ekspresi gemas. Ya, sangat terlewat gemas dengan remaja labil dihadapannya sekarang.

Sedangkan Jeon hanya mengerjapkan kedua matanya lucu tanpa berkata apapun. Fujiara pun merasa bingung melihat raut wajah lelaki itu yang tiba-tiba cengo di tempat.

"Kenapa? Kok ngelihatinnya gitu banget?"

"Eh? Hm, gak apa-apa" Jeon akhirnya tersadar dari mode ngelag dan memilih untuk melanjutkan aktifitas makannya.

"Yaudah, kamu habisin aja makannya. Sekarang kakak pamit dulu, ya? Harus balik kerja soalnya" Fujiara bangkit dari duduk lalu mengambil tasnya. Jeon hanya mengangguk sembari memandang gadis itu malu-malu.

"Daahh"

"Kak Fuji, tunggu!" panggil Jeon kembali dan membuat Fujiara menghentikan langkah.

"Iya?"

"Hm, makasih banyak ya udah buatin gue makanan. Sebenernya sih tadi gue cuma iseng aja jahilin lo. Eh, tapi lo malah beneran masakin apa yang gue minta. Maaf udah ngerepotin kak Fuji"

Jeon menatapnya dengan pandangan mata yang berbeda dari sebelumnya hingga membuat Fujiara-lah yang bergantian cengo kali ini. Namun gadis itu kemudian tersenyum dan merasa menyukai sikap Jeon. Lelaki itu benar-benar manis walaupun sedikit menyebalkan.

"Gak apa-apa. Makan yang banyak. And get well soon, dek oreo!" seru Fujiara sembari melambaikan tangan dengan senyum manis dan juga kedipan mata lalu kemudian bergegas pergi.

Bahkan tanpa mengetahui bahwa tingkah centilnya barusan berhasil membuat kedua pipi sekaligus kedua telinga remaja sma itu memerah sempurna.

***

Malam ini Jeon merasa sangat senang karena Vicky tidak pulang larut seperti biasanya. Jadi kakaknya yang tampan itu bisa menemani dirinya tidur. Ah, sepertinya sudah jarang sekali Vicky pulang lebih awal dari kantor dan ini adalah kali pertamanya Jeon dibawakan susu coklat favoritnya oleh sang kakak sebelum tidur.

Jeon meneguk segelas susu hangat itu hingga tandas lalu menarik tangan Vicky untuk ikut berbaring di ranjang bersamanya. Vicky hanya tersenyum ketika melihat adiknya itu sedang mencari posisi hangat di dadanya. Lihatlah, mode cute dan manja Jeonathan Gibrani sepertinya datang lagi.

"Aku pikir kak Vi pulangnya malem lagi" gumam Jeon sambil menutup mata namun tidak sampai tidur. Sedangkan kakaknya itu sibuk mengusap kepalanya.

"Hm, gak tau kenapa kak Vi pengen bobok bareng kamu. Gigi kamu udah mendingan belum, dek?"

Jeon mengangguk dan membuat Vicky senang sekaligus lega.

"Oh iya, tadi bibi sempet bilang kalo kamu minta kak Fujiara masakin kamu makanan ya pas bibi lagi di luar rumah? Kenapa gitu?"

Dek Oreo! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang