Bag 6: First cipokan?

257 18 4
                                    

Fyi, Jeon dibaca "Jon" bukan "Je-on"
Imacihh

***

"Nih, buburnya. Udah gue beliin. Ada buah juga dari gue" Jimy memberikan sekantung plastik yang tampak penuh pada Vicky. Sore ini, dia menyempatkan diri untuk menjenguk keadaan adik sahabatnya.

"Makasih ya, Jim. Lo duduk aja, gue ambilin minum dulu. Sekalian mau ngambil mangkuk buat taruh bubur" Vicky kemudian berlalu ke dapur sedangkan Jimy mendekati Jeon yang masih terbaring di ranjangnya.

"Gimana keadaan kamu sekarang, Jey or Jeonathan?" tanya Jimy dengan senyum manis khas miliknya yang membuat kedua mata sipit lelaki itu tenggelam.

Jeon mengangguk sambil berusaha membuka mulutnya yang masih terasa nyeri.
"Aku udah gak apa-apa kok, kak. Lega juga rasanya"

"Nah, dari dulu kek dicabut. Kan sebelumnya gak usah ribet nahan sakit" lanjut Jimy sedangkan Jeon masih memegangi pipi gembilnya yang mengembung lengkap dengan plester.

"Iya sih. Tapi tetep aja pas dicabut itu juga sakit tau kak Jim. Untung aja udah kelar" dengus Jeon. Jimy yang mendengarnya tersenyum kembali lalu mengusak rambut lelaki itu.

"Gak apa-apa. Yang penting sekarang semuanya udah berhasil terlewati. Nanti juga satu atau tiga hari lagi sakitnya hilang. Kamu harus kuat. Masa adeknya Vi letoy kaya banci"

Jeon menggangguk sembari tertawa pelan. Jeon memang sangat menyukai Jimy, sahabat karib sekaligus tangan kanan sang kakak dalam dunia bisnis dan perkantoran. Lelaki tampan yang sering diejek bantet oleh kebanyakan orang itu sangatlah baik kepadanya. Jeon jadi merasa memiliki dua kakak yang begitu sempurna dan selalu sayang kepadanya.

"Jeon, makan buburnya dulu. Ini bubur ayamnya enak tau dari kak Jimy" Vicky datang lalu duduk disamping ranjang dengan semangkuk bubur di tangannya. Ngomong-ngomong, karena demi ingin menjaganya, kakaknya itu sampai mengambil cuti hari ini. Ah, Jeon jadi terharu.

"Iya Jeon. Buburnya enak loh, kamu pasti suka" lanjut Jimy. Namun tampaknya lelaki kelinci itu tidak akan pernah berselera dengan bubur.

"Pengen ayam krispi" rengek Jeon. Vicky menghela nafas melihat tingkah kekanakan adiknya.

"Ngadi-ngadi nih anak. Gigi kamu itu baru aja sembuh masa mau makan yang keras-keras. Bubur dulu untuk sementara adekk" Jimy berkata lebih dulu dengan gemasnya. Adik kandung Vicky ini benar-benar membuat emosi siapapun menjadi naik turun.

"Iya nih kamu ada-ada aja. Masih sakit juga banyak banget protesannya" lanjut Vicky dan membuat Jeon cemberut.

"Ini buburnya kan ada ayam suwirnya juga, dek. Enak banget tau" Vicky tidak menyerah dan terus membujuk adiknya untuk makan. Jeon pun juga tidak tega melihat kakaknya yang lelah terus meladeni sikapnya yang banyak menuntut, lelaki itu kemudian mengangguk untuk makan bubur.

"Nah, gitu dong. Adeknya kak Mphi harus seterong. Jangan melempem" gumam Vicky sembari menyuapi sesendok bubur menuju mulut sang adik.

"Iya tuh, dek. Kasian kak Mphi kamu sampai nunda proposal banyak hari ini. Untung udah ada aku yang selesain setengahnya" sambung Jimy. Vicky pun tersenyum sembari menepuk bahu sahabatnya seakan mengucapkan terima kasih.

"Maaf ya kak, gara-gara aku, kakak jadi harus libur kerja. Besok aku bisa sendiri, kok" keluh Jeon dan membuat Vicky menggeleng sembari mengusap rambut adiknya.

"Gak apa-apa. Ngapain minta maaf, orang bukan salah kamu. Emang tugas kak Vi buat jagain kamu dulu. Urusan kantor mah gampang kan ada si bantet yang bisa diandalkan, ye kan chim?" Vicky menaikkan satu alisnya sembari melirik pada Jimy yang malah memandangnya dengan bibir mengerucut.

Dek Oreo! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang