Cakrawala berwarna lembayung, menandakan bahwa sang mentari hendak pulang ke peraduan. Namun, hal tersebut tak lantas membuat kedua insan yang sedang terduduk menatap hiruk-pikuk kota dari atas rooftop caféㅡyang kini sedang menjadi trend di kalangan pemuda-pemudi seusianyaㅡbergegas untuk pulang. Mereka justru malah semakin nyaman memperhatikan swastamita dihadapannya beserta angin yang sesekali menerpa paras keduanya, membuat suasana menjadi semakin tenang. Meskipun gema dari klakson mobil yang bersautan dapat terdengar dari jalanan kota yang begitu padat, karena sudah melewati jam pulang kantor.
"Orang kenapa sih suka banget klakson begitu. Padahal mah kalau emang waktunya jalan kan pasti jalan. Kalau nggak jalan berarti di depannya belum jalan atau ada sesuatu." Omel sang gadis sembari menatap jalanan yang padat merayap dibawah sana.
"Nah. Nggak semua orang pola pikirnya kayak kamu, Ay. Kalau semua orang pola pikirnya kayak kamu, tentram dah nih dunia." Sang gadis memicing kemudian memukul pelan lengan sang laki-laki.
"Kok aku dipukul sih?! Kan bener??"
"Iyain aja dah."
"Kamu salting kan, ayo ngaku." Goda Yuta pada sang gadis, yang kemudian membelalakkan matanya dan langsung menoleh ke arahnya.
"NGGAK."
Yuta hanya tertawa melihat ekspresi sang gadis. Sementara yang ditertawai kembali fokus dengan jalanan di bawah sana.
"Hidup tuh mirip-mirip sama orang yang suka klakson-in kendaraan lain nggak sih, Yut?"
"Random banget?" Yuta menatap sang gadis dengan raut wajah kebingungan dan alis yang mengerut.
"Iya... gini deh. Ibarat kata kalau kamu sabar nih, nanti juga pasti kan jalan dengan sendirinya tanpa perlu di klakson. Ntar tau-tau udah sampai aja di tempatnya. Nah, hidup juga gitu nggak sih? Sabar aja, nikmatin prosesnya. Ada macet-macetnya ya nggak apa-apa, tapi nanti pasti sampe kok di garis finish." Sang gadis tersenyum tanpa melirik Yuta sama sekali.
"Tumben pinter banget. Abis makan apa kamu?" Yuta mengacak rambut sang gadis pelan, ingin mencairkan suasanya yang tiba-tiba menjadi serius.
Sang gadis hanya tertawa kemudian menggelengkan kepalanya, "Nggak. Aku cuma kepikiran aja. Tempo hari aku ngerasa sedih banget liat yang lain kok kayaknya pada bisa ini itu dan keren-keren banget gitu, sedangkan aku tuh bisa apa? Kok kayaknya gini-gini aja? Padahal aku juga berproses. Kenapa hasilnya nggak kelihatan? But now, aku sadar kalo yang namanya proses tuh nggak instant. Semua juga butuh waktu. Buat lepas dari kemacetan sore ini aja, kita harus nunggu malem dulu biar agak luang jalannya, apalagi proses buat mencapai sesuatu."
Yuta tersenyum kemudian merangkul sang gadis dan lagi-lagi, mengusak pucuk kepala sang gadis dengan gemas, "Pinter. Jangan sedih terus. Nggak baik."
"Ya, gue juga maunya nggak sedih." Sang gadis menjawab dengan bersungut.
"Ya, makanya sedihnya dibagi sama gue, Ay, biar nggak ditelen sendirian." Yuta mencubit pipi kanan sang gadis dengan gemas.
Keduanya kemudian terdiam dengan posisi Yuta yang masih merangkul sang gadis, sementara kepalanya bersandar pada pundak Yuta. Mereka sama-sama memandang cakrawala yang berubah temaram, menandakan bahwa sang surya telah pulang ke peraduan. Lampu jalan serta gedung yang berada disekitar, mulai berpendar membuat lingkungan disekitarnya menjadi kentara oleh mata memandang.
"Inget nggak, dulu aku pernah bilang apa?" Yuta bertanya tiba-tiba, membuat sang gadis terduduk dengan tegak dan menatapnya kebingungan.
"Kamu nggak perlu sekeren mereka. Kamu udah keren dengan caramu sendiri. Boleh, kalau mau jadiin mereka tolak ukur buat memaksimalkan kemampuan kamu. Tapi kamu juga harus inget kalau kamu nggak bisa memaksakan diri 'harus bisa kayak gitu'. Harus tahu juga porsinya, kamu mampunya seberapa. Karena tiap orang tuh pasti punya sesuatu yang bisa mereka kuasai dengan baik, dan sebenarnya nggak terlalu penting buat bisa semuanya. Selama kamu tetep ngerasa seneng ngelakuinnya." Yuta kini menatap sang gadis dengan tersenyum kecil, kemudian meletakkan tangannya dipuncak kepala gadis yang ada dihadapannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bonheur || Yuta ✔
KurzgeschichtenBonheur; means Happiness. ㅡㅡ Million people out there, but i just look at you. Million people out there, but i still could find you. But million people out there, no one can replace you. You're the star that I've been longing for so long, To brighte...