Bagian Pertama

55 15 1
                                    


   Bibirku tak henti-hentinya tersenyum melihat pemandangan si manis yang tengah duduk disampingku. Aku menggeser sedikit bokongku untuk mendekat kearahnya. Tangan kananku terulur mengusap helai rambut panjang miliknya menurun hingga pipi gembulnya.

"Kau menggemaskan sekali. " Ucapku tersenyum manis seraya mencubit pelan pipinya.

Ia terkekeh kecil mendengar ucapanku. Ah sungguh, dia begitu menggemaskan sekaligus manis.

"Kau juga tampan sekali." Ucapnya diiringi dengan senyuman.

Kurasakan suhu udara malam hari ini mulai mendingin. Mataku melirik kearah samping memandang lelaki manis itu lamat. Aku khawatir jika ia akan mengigil karna suhu disini. Aku memutuskan untuk meraih tangannya kalau mengusir rasa dingin dijemari mungil miliknya.

Tanganku terulur perlahan meraih jemari mungil itu.

"Dingin, hm? " Tanya ku lembut setelah aku menautkan jemariku dijemari miliknya sesekali aku mengusapnya.

Ia menatapku dengan pipinya yang menggembung lucu disertai dengan rona merah kemudian menggangguk kecil sebagai jawaban.

"Hannan." Ia memanggil namaku dengan begitu halus, aku suka saat dia memanggilku. Kutolehkan kepalaku kearahnya, kusadari ia semakin mendekat kearah tubuhku.

"Hmm? " Aku berdeham sebagai jawaban atas panggilannya.

"Dingin, mau peluk Hannan. " Ujarnya sembari merentangkan kedua tangannya agar aku memeluknya. Ah, benar-benar menggemaskan.

Aku terkekeh kecil melihat tingkah gadis manis ini.

"Ahh kucing manisku ingin sebuah pelukan ya? Baik, ayo kemarilah." Perlahan tanganku terulur merengkuh tubuh mungilnya dari arah samping. Aku memeluknya dengan begitu erat sesekali mengusap pelan pundaknya.

"Suka, hm? " Tanyaku sembari mengusakkan pucuk hidungku dipipi gembulnya.

Ia menggangguk cepat.

"Umm! hangat, Kevia suka! " Aku terkekeh ia seperti anak kecil.

Gadis manis yang sedang berada dipelukanku ini bernama Kevia ah lebih tepatnya Kevia Nayyara Nandita. Dia adalah kekasihku, ia memiliki rambut pendek sebahu, dan kecantikan yang luar biasa. Kami sudah menyandang status sebagai kekasih sejak setengah tahun yang lalu. Tak pernah terpikirkan olehku jika aku akan berakhir seperti ini bersamanya. Karna sedari dulu bersamanya adalah anganku yang kupikir tak akan pernah terwujud. Tapi nyatanya perkiraan ku salah karna aku bisa memilikinya. Dan aku begitu bahagia ketika bersamanya, sungguh!

Aku memandang lekat-lekat wajahnya. Dia begitu manis! Sangat!

Jika seperti ini aku tidak akan pernah bosan memandangnya hingga 500 tahun sekalipun.

Kuulurkan tanganku meraih tenguknya. Kuusap perlahan bibir semerah cherry miliknya. Kepalaku mendekat kearahnya. Ku kecup bibir nya, bibir ini sudah menjadi candu ku sejak awal.

Wajahnya merona ketika aku secara tiba-tiba mengecup bibirnya. Aku terkekeh melihat tingkahnya.

"Cuaca semakin dingin, tidak ingin pulang, humm? " Tanyaku sembari membubuhkan banyak kecupan di seluruh wajahnya.

"Mmh! Geli haha! "

"Ingin! Iya aku ingin pulangg! " Lanjutnya sembari mengusakkan wajahnya didada bidang milikku.

Lihatlah tingkah nya yang seperti ini. Sangat berbahaya sekali bagiku, aku bisa saja menerkam nya disini.

"Ugh! Kenapa kau menggemaskan sekali, aku jadi ingin memakan mu. " Dengan gemas aku mengigit pipinya.

" Han kau sangat menyeramkan, Jangan makan aku! " Aku tertawa gemas melihatnya. Kucingku begitu polos aku jadi semakin ingin menerkamnya.

"Baiklah-baiklah, ayo kita harus segera pulang." Titahku seraya melepaskan pelukan dengan perlahan. Bibirnya mengerucut mendengar ucapanku.

"Sejujurnya aku masih ingin disini bersamamu, tak bisakah sebentar lagi? " Ia memohon dengan wajah manisnya. Jauh diilubuk hatiku aku juga masih ingin berlama-lama dengan nya hanya saja aku takut suhu disini begitu dingin, aku takut jika ia sakit.

Sejenak aku berfikir. "Bagaimana jika menginap dirumahku? Lalu kita akan meminum coklat hangat buatan ibuku seraya menghangatkan tubuh. Kau mau? "

Ia tersenyum sumringah mendengar perkataan ku.

"Mau!! " Antusias sekali. ia nampak girang setelah aku mengajaknya. Ntah yang keberapa kali ia menginap dirumahku, terlalu sering hingga orangtua ku begitu hafal dengan kehadirannya.

"Aku juga rindu pada ibu, Jadi ayo kerumahmu! " Sudah kubilang terlampau sering hingga ia pun memanggil ibuku sama persis saat aku memanggil.

Aku menggangguk kemudian kembali meraih jemarinya. Kutautkan kembali jemariku dengan jemari nya. Kami sudah bersiap untuk pulang setelah duduk dan berkeliling melewati taman kota.

"Baiklah, ayo. "

Kami pun pulang. Diperjalanan tak hentinya kami mengobrol saling melempar canda satu sama lain, tautan tanganku mengerat. Aku sungguh bahagia sekali, momen sederhana seperti ini benar-benar membuat ku bahagia.

Dan aku berharap kedepannya aku tetap akan seperti ini bersamanya.

••••

GenkakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang