Bagian Ketiga

24 14 0
                                    

Tanganku terulur meraih tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanganku terulur meraih tangannya. Kusisipkan jemariku di jemari miliknya. Menautnya perlahan dan menggenggamnya erat. Sesekali ibu jariku mengusap lembut tangannya.

Kami berjalan berdampingan, saling menyamakan setiap langkah.

Sudut bibirku terangkat membentuk sebuah garis. Sesaat mendengarnya bersenandung ria. Nampaknya hari ini ia sangat bahagia sekali.

Kutatap netra legam miliknya, tangan kiriku yang kosong refleks mengusak surainya yang mulai memanjang.

"Ada apa denganmu hari ini, hm?? Terlihat bahagia sekali sepertinya." Tanyaku lembut tak lupa dengan senyuman manis yang hanya kutunjukkan kepadanya.

Spontan ia menoleh sembari mengerjapkan matanya. Garis dibibirnya pun terbentuk.

"Aku tidak tahu mengapa tetapi hari ini aku begitu bahagia sekali! "

Aku hanya terkekeh membalasnya.

Hari ini aku dan Kevia berangkat ke sekolah bersama. Dan tentu saja aku yang menjemputnya dahulu.

Perjalanan kami tampak sangat tenang hingga seseorang datang menghampiri salah satu dari kami.

Seorang lelaki tengah berlari tergesa menghampiriku dan juga Kevia. Ia berhenti sejenak kemudian menyapa Kevia juga menepuk bahunya, didepan mataku.

"Kevia! Selamat pagi! " Sapanya sembari tersenyum manis yang ia tujukan hanya pada Kevia.

Aku mengepalkan tanganku menahan api yang tengah bergejolak didadaku.

"Kau cantik sekali hari ini. Mau pergi ke sekolah bersamaku?? " Apa-apaan itu. Ia jauh datang hanya untuk berangkat bersama kekasih ku? Ck tidak akan kubiarkan. Kevia hanya milikku! Tidak boleh ada yang menyentuhnya.

Kevia terlihat kelimpungan. Sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sesekali arahan matanya tertuju padaku.

"Ah, ta-tapi a-aku.. "

Terlampau kesal melihatnya, refleks tanganku dengan cepat terulur meraih pinggang ramping Kevia lalu menariknya kearahku. Tak lupa tatapan mata tajam yang kuberikan kepada lelaki itu.

"Dia kekasihku. " ujarku dengan nada yang terbilang dingin dan penuh penekanan.

Lelaki itu terlihat gugup dan takut saat melihat tatapan tajam yang kuberikan kepadanya.

"A-ahh ma-maaf, jika begitu lain kali saja ya Kev. A-aku duluan. Sampai jumpa! " Setelahnya lelaki itu beranjak pergi meninggalkanku dan Kevia. Baguslah!

"Ck, menyebalkan. " Kesal ku masih dengan tanganku yang bertengger dipinggang ramping Kevia.

Kevia menoleh kearahku lantas terkekeh kecil.

"Kau cemburu hum? "

Aku hanya menatapnya sekilas saat mendengarnya.

"Masih saja bertanya, bukankah sudah jelas? "

Mendengar jawabanku, Kevia tertawa. Aku hanya memutar bola mataku kesal. Aku cemburu dan ia malah tertawa, mengesalkan.

"Lucu sekali. Sini aku peluk. " Kemudian ia memelukku erat dan jangan lupakan tangannya yang mengusap lembut surai ku.

Rasa kesal ku seketika lenyap saat ia memelukku. Pun aku ikut membalas pelukannya. Hangat sekali, jika begini caranya, aku jadi ingin terus-menerus cemburu agar Kevia selalu memeluk dan mengusap suraiku, hehe.

•••

GenkakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang