Dad Family ; 09

3.6K 475 133
                                    

"Tidur sama kakak aja mau?"

Arka kalau ada disituasi kayak gini dia bakal jadi sosok yang hangat, penyayang dan gak mikir lagi tentang rasa gengsi antara peduli dengan saudara.

Netra Arka menatap dalam wajah Chandra yang masih terisak sambil menunduk. Di tengah malam ini Chandra hanya ditemani kakak sulungnya sama terangnya bulan purnama di langit, juga udara malam yang kian dingin.

"Ini udah malem Chandra... mau tidur di sini?" Arka mengangkat alisnya seolah menunjukkan kalau tempat ini memang bukan untuk istirahat.

Mereka berdua tepat di belakang rumah, berteduh dari dinginnya angin di dalam rumah-rumahan kayu yang dibuat saat mereka masih kecil.

Chandra cemberut ketika melihat Arka mendengus dan meninggalkannya begitu saja. Karena merasa ngeri, Chandra akhirnya memilih untuk mengekor masuk ke dalam rumah menuju kamar kakaknya itu.

"Tidur!"

"Em.."

Chandra mengangguk masih cemberut langsung merebahkan tubuhnya spontan dan mulai meringkuk menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal.

Arka mendengus dia memilih masuk ke dalam kamar mandi. Memang sedari tadi Arka belum mandi. Mana bisa dia tidur dengan bau keringat seperti ini.

"Bocah gemblung gue gak dikasih selimut." Desis Arka sebal waktu selesai mandi dan mendapati adiknya yang sepertinya mulai maruk.

Tapi Arka diam-diam tersenyum. Terakhir kali dia tidur bersama adik kembarnya kayaknya sudah lama sekali. Waktu itu Arka masih SD kelas dua dan si kembar masih di taman kanak-kanak.

Waktu itu rumah hanya terisi tiga bocah kecil yang sama-sama masih polos dan penakut. Entah semua orang ke mana tapi Arka punya tekat harus melindungi adik-adiknya dari monster.

Kala itu Chandra menangis kencang karena takut gelap. Karena semua lampu mati. Terpaksa Arka mencari lilin untuk penerangan. Yang alhasil dia nemu lilin aromaterapi punya bunda dulu.

Chandra tidak mau berhenti menangis. Novan sampai sebal dibuatnya.

"Tapi itu bayangan kamu di tembok."

"Bukan! Itu hantu—hiks!"

"Iya bener, Chandra kan titisannya setan."

Setelah itu tangisan Chandra semakin kencang. Dan terpaksa mereka harus tidur bertiga dengan Chandra di tengah-tengah.

***

Tengah malam Arka dibangunkan rasa panas di bagian lehernya. Matanya perlahan terbuka karena makin lama ternyata gak nyaman.

Pas dicek ternyata tangan Chandra melingkar di lehernya. Pantas saja rasanya seperti tercekik. Dengan pelan Arka membenarkan letak tidur Chandra yang seperti kucing.

Arka melihat bibir Chandra yang pucat dan sedikit bergetar. Lalu ketika tangannya terangkat menyibak rambut adiknya itu pelipis Chandra sudah dipenuhi bulir keringat dingin.

Arka memutar bola matanya malas. Chandra demam. Selalu saja seperti ini, bisa diprediksi kalau ada masalah langsung jatuh sakit.

"Bikin susah aja."

Walaupun mendumal kesal tapi Arka tidak setega itu untuk membiarkan adiknya jatuh sakit. Kaki jenjangnya turun pelan-pelan melewati tangga.

Arka berjalan ke arah dapur dan mencari baskom untuk wadah air panas yang dia tuangkan dari dispenser. Setelah itu Arka kembali dan melihat gaya tidur Chandra sudah berbeda dari yang terakhir Arka lihat.

Arka iba melihat Chandra yang gusar seperti ini. Bibirnya bergumam tidak jelas tapi rengrengan itu bisa Arka dengar dengan jelas.

Perlahan Arka mengompres Chandra dengan pelan-pelan. Sampai rasanya kantuk menyerang namun kesadarannya langsung kembali ketika gumaman Chandra semakin jelas.

"Bun—da"

***

Arka berjalan malas-malasan menuju ruang makan. Seluruh tubuhnya pegal dan masih mengantuk, berulang-kali dia mengup lebar sampai tersedak.

"Kenapa mata kamu? Main game sampai pagi?" Tanya Johnny gak bersahabat pagi-pagi ini.

Arka meringis sambil menggaruk tengkuknya gak gatal. Perihal dia gak tidur memang benar, tapi tidak soal main game kawan.

Malam tadi waktu Chandra bergumam memanggil bunda, Arka sempat terdiam dan diliputi perasaan marah, sedih, tidak enak bercampur aduk menjadi satu. Satu-satunya jalan Arka memilih keluar menuju balkon dan merenung sendirian.

"Enggak!"

"Terus?"

"Chandra demam, tadi malem Arka kompres. Malesin anaknya rewel kalo tiap demam." Jawabnya jujur sambil mencemot ayam goreng.

Johnny hanya bisa menghela napas lelah. Iya dia tahu, Chandra gak tidur dengan kembarannya. Awalnya ini udah jadi hal biasa pertengkaran kembar tidak identik.

Tapi ada yang aneh dengan Novan. Karena Johnny tahu betul sifat-sifat anaknya. Terbukti kejadian kemarin sore sampai membuat Chandra menangis.

Tapi yang ada dipikiran Johnny malah santai aja begitu memakan nasi gorengnya dengan tenang. Novan seperti tidak ada masalah apapun.

"Dad, kita berangkat ya! Itu paracetamol punya Chandra ada di nakas suruh minum aku cek tadi masih panas." Arka tergesa-gesa karena waktu melihat jam sudah hampir jam tujuh.

***

Si pretty boy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si pretty boy

Si pretty boy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEDIH BNGT HAECHAN GADA KABAR UPDATE HUHU YA ALLAH KANGENNNNN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEDIH BNGT HAECHAN GADA KABAR UPDATE HUHU YA ALLAH KANGENNNNN

Dad FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang