❛ │00:45 a/p.m ❜

261 34 12
                                    

『LENGKARA』

Bersatunya kita adalah kata Lengkara


Sebab aku adalah Bencana –

Siang ini di jam istirahat, Haruchiyo memutuskan untuk menemani pujaan hatinya mengembalikan buku ke perpustakaan sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang ini di jam istirahat, Haruchiyo memutuskan untuk menemani pujaan hatinya mengembalikan buku ke perpustakaan sekolah. Mereka berdua berjalan sesampingan dan sesekali melakukan obrollan ringan.

Manik sapphire pemuda itu nampak melirik ke samping dimana ia dapat menjumpai tumpukan buku tebal berada pada gendongan tangan si mungil.

Merasa kasihan mngingat buku-buku itu pastilah berat, Sanzu dengan lembut berangsur merebut buku itu dari gendongan si gadis dan beralih membawanya.

(Name) reflek terkejut. Namun saat ia tahu bahwa Sanzu berniat baik, maka ia hanya menghadiahinya dengan kekehan kecil serta senyuman manis.

"Kalau mau, ya bilang dong! Kaget tau tiba-tiba ngerebut gitu!" ujar (Name) dengan nada meledek.

Sanzu melirik sekilas ke arah si gadis, lalu berdehem singkat sebagai balasan.

Sedangkan (Name) hanya menggelengkan kepala pelan. Merasa aneh sendiri dengan sikap teman dekatnya ini.

"Ah, Sanzu, aku mau nanya seusatu boleh?"

Sanzu kembali melirik. Lalu membalas setelahnya.

"Nanya apa?"

"Em, dari dulu aku mau nanyain ini. Cuma takut bikin kamu marah. Tapi aku penasaran, mangkanya aku putusin buat nanya sekarang aja. Maaf ya kalo kesannya gak sopan."

"Santai. Nanya apa emang?"

(Name) kemudian melirik ke arah bekas luka yang tercipta di kedua sudut bibir pemuda itu. Gadis itu lalu menempelkan jari telunjuknya di sana hingga membuat si puan merasa kaget dan jantungan secara tiba-tiba.

"Ini loh, lukamu ini sebenernya kenapa? Kamu jatoh ya? Kok sampai kayak gini?"

Sanzu langsung mengerti.

"Oh ini? Ini ulah ayah gue."

Kening si gadis tertaut bingung.

"Ayah? Kok bisa?"

"Bisa. Waktu itu umur gue masih tujuh tahunan. Seminggu setelah kematian ibu gue, ayah gue jadi suka mabuk terus hobi ngonsumsi sabu. Yah, kebetulan malem itu dia lagi mabuk berat si, dan gue yang masih bocah waktu itu ngerengek minta dibeliin sepeda. Alhasil karena kesel dia langsung ngambil pisau dan nebas mulut gue sampe gini. Keren kan?"

Mendengar itu sekujur tubuh (Name) langsung bergidik takut dan iba di waktu bersamaan. Tak di sangka Sanzu pernah mengalami hal semengerikan itu. Dan bukannya sedih ia malah menceritakannya dengan ekspresi tenang dan seolah biasa saja.

𝗟𝗘𝗡𝗚𝗞𝗔𝗥𝗔╵ᵃ.ʰᵃʳᵘᶜʰⁱʸᵒTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang