❛ │00:00 a/p.m ❜

266 27 11
                                    

LENGKARA

Bersatunya kita adalah kata Lengkara
Sebab aku adalah Bencana
Dan kau korbannya
Lantas,
Bisakah jika aku merubah semua kenyataan pahit yang ada?

– Ah sial! Aku lupa!
Ternyata memang tidak bisa. –

Menatap ke arah kaca jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menatap ke arah kaca jendela. Memandang indahnya alam di luar sana. Sanzu terbenam dalam lautan rasa dan juga asa dalam perih hatinya.

Mengorbankan ego demi cinta. Ia berharap bahwa ini adalah jalan terbaik.

Tak apa. Asal gadis itu bahagia, itu sudah lebih dari cukup.

Sanzu akan berusaha.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Sanzu bertaruh bahwa gadis itu sudah mengutarakan semua angan yang selama ini ia pendam bersama pemuda pilihan hatinya.

Ia juga bertaruh bahwa gadis itu saat ini tak kunjung berhenti menebarkan senyum penuh kebahagiaan. Membuat hati Sanzu teriris perih, namun lagi-lagi ia bertahan untuk membungkus pedihnya luka dengan balutan kain penuh duri.

Sanzu tersakiti oleh keadaan. Juga tersakiti dengan keputusannya sendiri.

Namun walaupun begitu, ia juga tak merasa menyesal karena memilih untuk pergi. Membawa rasa juga lara dan meninggalkan memori indah bersama dengan gadis itu di sana.

Sanzu akan berjuang. Ia tak akan kalah.

Ponsel pada saku bergetar nyaring, tanda ada panggilan masuk. Melihat nama yang tertera, Sanzu segera mengangkat panggilan tersebut saat mengetahui '(Name)' lah orang yang menelpon dirinya.

"Ya?"

Sanzu mengawali. Dan terdengar helaan nafas lega dari sosok di sebrang sana.

"Sanzu, gimana kabarmu? Udah sampai mana sekarang?"

Balas sosok tersebut.

Dan Sanzu pun kembali menolehkan pandang ke arah luar kaca jendela kereta.

"Baik. Ini udah di Nagoya. 40 menitan lagi sampe Kyoto. Itupun kalo gak macet."

Terdengar kekehan kecil dari sosok di sebrang sana. Yah, (Name) terkekeh mendengar balasan Sanzu tersebut.

"Kereta gak bisa macet Sanzu.. Bukan kayak kendaraan jalan raya.. "

"Bisa. Cuma belum ada aja."

"Haha dasar kau ini!"

Sanzu tersenyum kecil mendengar suara merdu gadis itu. Rasa rindu begitu jalari diri namun sayang ia tak bisa berbuat apa-apa selain tetap mengalah pada keadaan.

Yah, Sanzu berusaha.

"Gimana? Diterima?"

Sanzu bertanya.

𝗟𝗘𝗡𝗚𝗞𝗔𝗥𝗔╵ᵃ.ʰᵃʳᵘᶜʰⁱʸᵒTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang