Chapter 2

5.1K 370 7
                                    

Edwin Ravindra Hamzah pria berusia 20 tahun, saat ini tercatat sebagai Mahasiswa di salah satu Universitas di ibukota Jakarta. Anak pengusaha sukses Rizal Hamzah. Ravin begitu dia panggil oleh keluarganya, sejak kecil tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya, sang ibu meninggal dunia setelah melahirkan Ravin, membuat Rizal menyalahkan Ravin karena kehilangan wanita yang ia cintai. Dia tidak pernah memberikan kasih sayang untuk Ravin seperti pada dua anaknya yang lain. Itu sebabnya Ravin menjadi anak yang sering membuat ulah di sekolahnya, hanya demi mendapatkan perhatian  dari sang ayah.

Rizal menikah lagi dengan adik kandung istrinya tapi mereka tidak di karunia anak. Intan, bibi sekaligus ibu tiri Ravin sangat menyayangi anak-anak kakaknya, berulang kali dia mengatakan pada Rizal agar memperlakukan Ravin seperti anaknya yang lain, tapi laki-laki selalu bilang, kalau melihat Ravin  hanya mengingatkannya wajah kesakitan Almarhumah istrinya saat melahirkan Ravin.

Ravin mempunyai satu orang kakak laki-laki dan satu orang kakak perempuan. Kedua kakaknya sudah berumah tangga,  dan selalu menjadi kebanggaan  seorang Rizal Hamzah.

Dua bulan lalu Ravin di usir dari rumah oleh sang ayah karena ketahuan balapan mobil dengan teman-temannya.

Flashback

"Dasar anak pembawa sial, pergi dari rumahku," ujar Rizal waktu itu. Ravin kalah balap mobil dan membuatnya harus membayar uang 50juta pada temannya. Sebenarnya Ravin meminta uang itu pada kakaknya, tapi tetap saja Rizal tahu apa yang di lakukan putra bungsunya.

"Pergi dari sini! Aku tidak sudi lagi melihat wajahmu, seharusnya kamu yang mati dua puluh tahun lalu, bukan Irma istriku," maki Rizal lalu masuk kedalam rumahnya.

Ravin sudah terbiasa mendengar kalimat pedas dari sang ayah yang berharap dirinya-lah yang mati waktu itu, bukan wanita yang telah melahirkannya. Kalau boleh milih, sebenarnya Ravin tidak ingin selamat di hari kelahirannya kalau hanya menjadi sesal laki-laki yang ikut andil menghadirkannya kedunia ini.

"Kamu mau pergi kemana, Nak. Mama mohon jangan pergi. Papa kamu tidak benar-benar mengusir kamu," ujar Intan. Wanita berhati lembut itu hanya bisa menangis kalau Rizal memarahi Ravin.

"Ravin harus pergi, Mah. Kali ini Papa benar-benar marah. Maafin Ravin ya, selalu bikin Mamah sedih." Ravin mengusap airmata wanita yang selama ini merapat.

"Tapi kamu janji, selalu hubungi Mamah."

"Iya, Mah. Ravin pergi dulu, ya."

"INTAN MASUK!" teriak Rizal dari dalam rumahnya.

"Kamu pergi saja kerumah kakak kamu," ujar Intan di angguki Ravin.

"INTAN!" Rizal kembali berteriak karena istrinya tak kunjung masuk.

"Masuk gih, Ravin akan baik-baik aja, kok."

"Hati-hati di jalan."

Ravin lalu berjalan gontai meninggalkan rumah mewah yang selama ini dia huni, tidak ada barang satu pun yang ia bawa, hanya beberapa barang untuk kuliahnya, untuk Rizal sudah membayar uang kuliahnya untuk satu tahun kedepan, jadi dia masih kuliah. Yang dia pikirkan sekarang kemana harus pergi, dia tidak ingin tinggal di  rumah kakak-kakaknya.

Ravin berjanji akan membuktikan pada ayahnya kalau dia masih bisa hidup tanpa keluarga besarnya.

****

Semalam Ravin tidur di rumah temannya, tapi pagi ini dia harus mencari kerjaan untuk menyambung hidup. Tidak mungkin dia terus-terusan menginap di rumah temannya.

My Brondong Driver (Aldama Family Seri 12)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang