Chapter 7

4.3K 380 32
                                    

Hari minggu adalah hari yang di nantikan banyak orang, terutama bagi mereka yang sudah bekerja maupun yang masih sekolah. Banyak orang memanfaatkan moment ini untuk berlibur, quality time bareng keluarga atau hanya sekedar bermalas-malasan di rumah.
Begitu juga dengan Rasya, menikmati hari liburnya dengan rebahan, janda tanpa anak itu sedang malas keluar rumah.

Setelah sarapan Rasya kembali ke kamar, entah kenapa tubuhnya terasa berat untuk bangun meski itu cuma untuk makan.

Tok!Tok!Tok!

"Nyonya ada tamu," teriak Sari dari luar kamar Rasya.

"Siapa?" sahut Rasya, wanita itu baru saja selesai mandi, tadi tiba-tiba dirinya ingin makan kue cubit, sehingga terpaksa membersihkan diri sebelum keluar rumah.

"Tuan Tama," jawab Sari.

Mendengar nama mantan suaminya di sebut, Rasya mendengus kesal, 'Mau ngapain lagi sih tuh orang,' batin Rasya.

Dua minggu berlalu setelah perceraian mereka, Rasya sudah mulai terbiasa hidup tanpa pria itu, jujur masih ada sedikit rasa cinta untuk Tama.

Tak butuh waktu lama, Rasya menemui mantan suaminya. Mencoba terlihat baik-baik saja meski hatinya kembali menangis melihat laki-laki yang pernah menghalalkannya 4 tahun lalu itu.

"Apa kabar, Sya?" ujar Tama basa-basi.

Rasya menatap Tama dari ujung kaki hingga ujung kepala, penampilan masih sama seperti dulu, cool, berwibawa dan selalu membuat Rasya terpesona, "Seperti yang kamu liat, aku baik-baik saja."
Tapi cepat-cepat Rasya menepis pikirannya, dia tidak boleh lagi mengagumi laki-laki yang sudan mengkhianatinya.

Melipatkan kedua tangannya di depan dada, dan berkata dengan ketus," Mau apa kesini lagi?"

"Syukurlah kamu kalau kamu baik," ujar Tama canggung.

"Tentu aku akan baik-baik saja, kamu pikir aku akan terus-terusan menangisi pria brengsek seperti kamu?"

"Katakan mau apa ke rumahku, lalu pergi dari sini," ujar Rasya sedikit meninggikan nada bicaranya.

"Maaf, Mas harus memilih Andin, semoga kamu segera menemukan laki-laki yang lebih baik dari Mas,"

"Sudahlah, jangan bertele-tele, hidupku bukan urusanmu lagi, katakan mau apa kesini. Jangan lama-lama di rumahku. Aku muak liat muka kamu,"

Tama menelan saliva, Rasya sudah berubah, tidak ada lagi Rasya yang lembut jika berbicara dengannya. "Ada beberapa barang Mas yang tertinggal di sini, Mas cuma mengambilnya, Sya," ujar Tama.

"Linda! Sari!" Raysa memangil para asistennya.
Dua orang perempuan yang sejak tadi menguping pembicaraan Raysa dan Tama, berlari menghampiri sang majikan.

"Kami, Nyonya!" ujar Sari dan Linda bersamaan.

"Dimana barang-barang pria ini?"
Rasya sudah menyuruh para asistennya membersihkan ruang kerja Tama dulu, kini ruangan itu sedang di renovasi, Raysa ingin membuang semua yang mengingatkannya pada sang mantan.

"Ada di gudang, Nya," jawab Linda.

"Kamu dengar 'kan? Semua barang-barang kamu ada di gudang sana," cetus wanita berusia dua puluh delapan tahun itu.

"Di gudang?"
Tama sedikit tidak rela barang-barang di simpan di dalam gudang.

"Masih mending aku tidak menyuruh mereka membakarnya. Cepat ambil semua barang-barang kamu lalu pergi dari sini." Untuk kesekian kalinya Raysa mengusir Tama. Setelah mengatakan itu dia melangkahkan kakinya kembali ke kamar.

"Mari, Tuan. Saya antar ke gudang," ujar Linda setelah kepergian majikan perempuannya.

Sebenarnya Tama masih mencintai Rasya, tapi dia juga mencintai Andin, sempat ragu antara memilih Raysa atau Andin. Akhirnya pilihan Tama jatuh pada mantan kekasihnya itu, di tambah Andin berhasil mengandung darah dagingnya. Membuat Tama yakin dengan keputusan yang dia ambil.

My Brondong Driver (Aldama Family Seri 12)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang