Chapter 5

4.9K 406 16
                                    

Sekitar tiga puluh lima menit, mobil Fortuner berwarna putih  yang di tumpangi Rasya dan Ravin tiba di halaman kampus Universitas Indonesia. Selama perjalan Rasya memilih diam setelah Ravin bilang, laki-laki itu mengeluarkan semua cairan nikmat itu di rahim majikannya, tidak ada setetes pun yang Ravin buang di luar. Tentu saja itu membuat Rasya murka, dia takut kalau terjadi sesuatu pada dirinya, bagaimana kalau dia hamil dengan statusnya sekarang yang seorang janda. Tapi Rasya mencoba berpikir positive, selama empat tahun menikah aja dia tidak punya anak dengan Tama, apalagi ini cuma kejadian satu malam, meski tadi Ravin bilang mereka melakukannya hingga menjelang subuh.

"Bu, kita udah sampai di kampus," ujar Ravin membuyarkan lamunan sang majikan.

Brukkk

Rasya melangkah keluar tanpa bicara lagi pada Ravin dan menutup pintu mobilnya kuat, dia masih kesal dengan sopir pribadinya itu. Sebenarnya dia hanya malu karena tadi saat bertanya bagaimana dirinya semalam, Ravin bilang kalau Rasya-lah yang sangat agresif, dan dengan polosnya, pria  berusia dua puluh tahun itu menceritakan setiap detail adegan demi adegan yang mereka lalui bersama.  Membayangkan kejadian semalam kepala Rasya rasanya mau pecah saat ini juga.

"Dia kenapa? Kok marah, apa bu Boss sedang pms? Tapi enggak ah, kalau lagi pms pagi ini mungkin gua masih perjaka, iya 'kan?" ujar Ravin berbicara pada dirinya sendiri. "Gua ga nyesel bu Rasya yang ngambil keperjakaan gua, meski dia janda. Ibu menang banyak 'kan? dapat perjaka tong-tong." Ravin terkikik geli.

"Gua janji setelah ini tidak boleh ada laki-laki lain yang miliki bu Boss. Dia hanya milik Ravindra seorang. Bu Rasya tunggu saya sukses ya, baru saya akan lamar ibu."

Ya Ravin berjanji setelah ini dia akan menjaga sang Boss dengan jiwa dan raganya sampai tetes darah penghabisan, dia tidak akan membiarkan laki-laki lain mendekatinya. Ravin ga salah 'kan? Karena sekarang Rasya sendiri bukan milik siapa-siapa, meski dia tahu wanita itu masih mencintai pria yang telah mengkhianatinya.

*****

"Terlambat lagi kamu?" Rasya berdiri di depan pintu kelas saat melihat salah satu Mahasiswa-nya baru datang.

Ravin menggaruk kepalanya yang tak gatal, dia terlambat karena butuh waktu beberapa menit untuk mengganti penampilannya.

"Maaf, Bu. Tadi macet," alibi Ravin.

"Ini yang terakhir kalinya, kalau besok kamu telat lagi, kamu tidak boleh masuk kelas saya biar kamu tidak dapat nilai," ujar Rasya tegas, dia wanita yang disiplin tidak suka dengan orang yang membuang-buang waktu.

"Saya janji, Bu."

"Ya, sudah, duduk di tempat kamu."

"Baik, Bu. Terimakasih."

Rasya mempersilakan anak didiknya itu masuk, "Ingat hari ini terakhir kalinya kamu telat di kelas saya. Ini juga berlaku untuk kalian semua." Para Mahasiswa di ruangan itu mengangguk paham.

Ravin kemudian menuju tempat duduknya di samping sang sahabat, Dion.
"Tumben lu masuk, biasanya absen pelajaran ini?" ujar Dion. Dia tahu Ravin tidak suka belajar.

"Karena dia, noh." Ravin menunjuk Rasya dengan dagunya.

"Bu Rasya?"

"Yup,"

"Elu? suka sama dosen kita?" Dion mengecilkan volum suaranya.

"Madih PDKT," ujar Ravin santai. "Doain aja ya." Ravin tersenyum tanpa dosa sambil menaik turunkan alisnya.

"Ga salah? Dia udah punya suami." Memang belum ada yang tahu kalau Rasya telah menjadi seorang janda.

"Udah bercerai beberapa hari lalu," ujar Ravin membuat Dion membulatkan matanya.

My Brondong Driver (Aldama Family Seri 12)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang