1

18 2 0
                                    


Di siang hari di kota Jakarta, suara gemuruh langit membangunkan Erwin yang sedang tidur nyenyak. Seperti seekor beruang yang baru bangun berhibernasi, Erwin mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi sambil meregangkan badannya. Tidak lama setelah Erwin selesai meregangkan badannya, gemuruh langit tersebut berubah menjadi sebuah hujan yang deras. Erwin mengambil Hp-nya dan langsung mengisi daya Hp-nya. Erwin beranjak dari ranjangnya dan mengambil handuk beranjak mandi.

Singkat cerita, Erwin sudah selesai mandi dan menggunakan pakaian rumahnya. "Aduh, gabut banget," ucapnya sambil mengeringkan rambutnya yang sudah cukup panjang itu. "Kerumah Brandon enak sih kalo kaya gini, nebeng main dirumah dia," ucapnya hendak mengambil ikat rambut hitam yang berada di mejanya.

Tidak lama, hujan mulai mereda dan menandakan akan berhenti. Erwin mengambil dompet, jaket, dan tas selempangnya seakan hendak keluar. "Ma, aku keluar bentar ya ke rumah Brandon," ucap Erwin kepada ibunya yang tengah memasak. "Kamu yakin mau keluar? Hujan loh," ucap ibunya. "Gak apa-apa, air doang," balas Erwin. Tapi, sebelum Erwin mengambil sendalnya, ia berlari kearah dapur.

"Wih, cumi," ucap Erwin. "Untung kamu liat sayur mama, kalau engga, gaada yang makan itu cumi," balas ibunya sambil tersenyum. "Yaudah, mau makan dulu deh baru keluar," ucap Erwin dan hendak melepas jaket dan tas selempangnya. Erwin bergegas mengambil piring dan nasi disamping ibunya. "Itu mama masak apa lagi?" tanya Erwin sedikit penasaran. "Ituloh, sayur kesukaan kamu waktu kecil dulu," ucap ibunya. "Oh, sayur itu toh. Sip porsi kuli kalau begitu," balas Erwin dan menambah nasinya.

Erwin bergegas duduk dan menyendok cumi tersebut keatas nasinya. Tidak lupa, mengambil juga beberapa sendok sayur yang barusan dihidangkan diatas meja oleh ibunya. "Makan yang banyak, Win. Biar kamu cepet gede badannya," ucap ibunya. "Mana gede, tiap hari makan porsi kuli aja badan masih kaya begini terus, gabisa gede-gede ini perut," balas Erwin sambil menepuk perutnya pelan. "Kamu nanti kerumah Brandon hati-hati ya," ucap ibu Erwin menghawatirkan anaknya tersebut.

Erwin mengangguk ringan menjawab ucapan ibunya. "Kamu ada bawa masker?" tanya ibunya memastikan Erwin. "Ada kok ma, tenang aja," balas Erwin percaya diri.

Erwin terus menerus menyendok nasi diatas piringnya masuk kedalam mulutnya yang seperti karet. Tiga suapan terakhir akhirnya masuk kedalam mulut Erwin. Sambil mengunyah makanan yang berada didalam mulutnya, Erwin mengambil gelas yang sudah disediakan ibunya untuknya. Meminum habis air tersebut beserta dengan makanannya. Erwin berdiri dan membawa piringnya kedapur. Mencuci piringnya dan menaruhnya di rak piring.

"Aku pergi ya," ucap Erwin kepada ibunya sambil memakai masker. "Ya," balas ibunya singkat jelas dan padat.

Suara deru motor memecah keheningan di sekitar rumah Erwin. Rintik hujan sudah tidak membasahi kota tersebut dan Erwin bergegas pergi kerumah Brandon. Rumah Brandon tidak terlalu jauh dari rumah Erwin, hanya sekitar 10 menit menggunakan motor dari rumah Erwin menuju rumah Brandon. "Brandon sibuk ga ye?" tanya Erwin kepada dirinya sendiri di tengah jalan.

Sambil menikmati dinginnya angin sehabis hujan, Erwin membuka lebar matanya. Jika tidak, Erwin bisa saja tertidur dengan hawa sedingin ini jika dia berada dikamarnya. Sambil memperhatikan sekitar, Erwin menikmati setiap detiknya di jalan raya di ibukota. Tidak terlalu banyak orang keluar disaat seperti ini. Sehabis hujan, dalam pandemi yang tidak pernah ada ujungnya, dan tidak ada titik cerahnya.

Tak terasa, Erwin sudah sampai di rumah Brandon. "Brandon!" panggil Erwin didepan pintu rumah Brandon. Terdengar suara deru motor dibelakang Erwin. Erwin menoleh sebentar dan mendapati bahwa orang tersebut adalah Arlo. Salah satu temannya dari bangku SMA. "Lah, lu kesini juga?" tanya Arlo kepada Erwin sedikit bingung. "Kenapa emang?" tanya Erwin balik kepada Arlo. "Gak kenapa-napa sih," balas Arlo sedikit tertawa. "Kaget aja tau-tau lu dateng," lanjut Arlo dengan tawanya yang khas.

ArcadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang