Cerpen 01 - Prank

1.3K 27 0
                                    

Ishana terus menangis tidak peduli keadaan di sekelilingnya. "Huhuhuhu hiks.. hikss..."

Sabria, Malika dan Andien hanya bisa menghela nafas.

"Bagaimana bisa Owen begitu tega pada aku? Dia tiba-tiba minta putus, padahal sebelumnya hubungan kita baik-baik saja, tidak ada tanda-tanda dia akan memutuskan hubungan kita." Ujar Ishana.

Sabria mengelus pundak Ishana.

Malika mendengus. "Sekarang kamu faham kan bagaimana rasanya jadi Owen saat kamu tiba-tiba minta putus?"

Ishana semakin terisak. "Setidaknya aku memberikan tanda, aku marah atau ngambek dulu. Kalau Owen kan tidak..."

"Bagaimana ceritanya sih kok kalian bisa putus?" Tanya Andien.

"Ya gitu..." Ishana terdiam sejenak. "Tadi pagi dia telpon aku... bilang kalau hubungan kita tidak bisa dilanjutkan. Aku tanya kenapa? Terus dia jawab ya kita putus saja. Harusnya kalau dia bosan katakan saja, jangan meninggalkan tanya apa salahku sampai dia tega mengambil keputusan itu. Huhuhu.." Ishana melanjutkan tangisnya.

"Terus kamu maunya gimana?" Dari ketiga teman Ishana hanya Malika yang tidak menghibur.

Ishana mengambil tisu untuk menghapus air matanya. "Ya mau gimana lagi? Kalau itu memang yang diinginkan olehnya, aku hanya bisa menerima." Ishana membuang tisunya.

"Terima kasih ya kalian sudah mau menemani aku. Makanan hari ini aku yang traktir, aku pamit ya..." Ishana bangkit berdiri.

"Shan..? Shan...!" Tapi Ishana tidak menggubris, terus berjalan menjauh.

#

Satu Minggu Kemudian.

Perasaan Ishana sudah jauh lebih baik setelah empat hari berturut-turut Ia menangisi Owen.

Ishana menghela nafas dalam. "Ini memang tidak mudah, sangat tidak mudah." Bayang-bayang Owen dan bagaimana perilaku manis lelaki tersebut terus saja menghantui. "Setidaknya aku sudah tidak menangis."

Getaran pada ponsel membuatnya menoleh, Malika yang menelpon. "Iya Lik?"

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Malika tanpa basa-basi.

"Sedikit lebih baik." Ishana menyisir rambut dengan tangannya dan menutup mata, lagi... muncul bayangan Owen.

"Kumpul sini yuk, parah banget sih kamu sama sekali tidak muncul-muncul setelah kepergianmu yang aneh seminggu lalu." Malika mengingatkan Ishana soal kepergiannya yang mendadak itu, padahal Ishana yang memaksa mereka untuk berkumpul.

Ishana jadi tidak enak. "Ada siapa saja?"

"Banyak, yang jelas Aku, Sabria, Andien, Jevan, Mario juga ada." Jawab Malika.

Jantung Ishana berdetak lebih cepat hanya karena Malika menyebut ada Jevan dan Mario yang notabene merupakan teman dekat Owen. "Mmmhhh gitu.."

"Tenang saja, Owen tidak ikut kok." Malika tahu makna jawaban Ishana.

Ishana sedikit terkikik. "Ada dia juga tidak apa-apa kok. Lihat nanti ya, soalnya aku ada deadline kerjaan nih." Jawab Ishana berbohong, semua deadline sudah dikerjakan olehnya, imbas dari putus hubungan dengan Owen Ia melarikan diri dengan mengerjakan semua deadline.

"Oh tidak ada kata tidak ya, kamu harus, mesti, wajib datang! Kalau perlu aku seret kamu untuk tetap datang kesini." Ucap Malika mengancam.

Ishana menggaruk lehernya. "Benar kan Owen tidak ada disitu?" Tanya Ishana ragu-ragu. Bukannya ingin menghindar, Ishana hanya berusaha menjaga tubuhnya untuk tidak bertindak reflek memeluk Owen, karena jujur saja Ishana begitu rindu pada lelaki itu.

(END) Kumpulan Cerita Pendek - CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang